Tan Yan melirik foto itu, tatapannya sedikit muram.
Mu Ying menambahkan tepat waktu, "Sudah kuselidiki, foto ini bukan sintetis."
Meletakkan ponsel kembali di telinga, Tan Yan dengan datar berkata, "Maksudmu, aku berbohong pada Qianqian?"
"Bukan begitu, hanya saja kau bilang yang menjerumuskan Paman adalah Keluarga Jin, tapi kenapa yang bertemu dengan koki malah An Ran?" Mu Ying menyampaikan keraguannya.
"Fakta hasil investigasiku menunjukkan pelakunya adalah Jin Yun. Mengapa An Ran bertemu dengan koki, aku tidak tahu. Tapi jika Xiao Ying merasa aku menipu Qianqian, kau bisa menyelidikinya sendiri." Nada suara Tan Yan tetap tenang.
"Aku tak mau meragukanmu, Tan Yan. Hanya saja banyak kejanggalan dalam kasus ini." Kata Mu Ying.
"Sudah kukatakan, jika kau ragu, selidiki saja bahkan beritahu Qin Qian... Aku tak keberatan." Tan Yan berucap dengan nada dingin.
Mu Ying seketika tercekat.
"Dia sedang mempertimbangkan..."
Perasaan yang diberikan Tan Yan padanya tidak seperti sedang menipu Qin Qian, tapi kenyataannya seolah bertentangan dengan apa yang diucapkan Tan Yan...
"Sudahlah, aku masih ada urusan ke perusahaan, sampai di sini dulu." Tan Yan langsung memutuskan sambungan telepon.
Mu Ying membeku, pikirannya kacau balau, tak bisa mengambil keputusan.
……
Keesokan harinya.
Mu Ying pergi ke vila Qin Qian sejak pagi.
Saat Mu Ying tiba, Qin Qian sedang jalan-jalan di taman sekitar vila bersama ibu angkatnya. Melihat senyuman langka yang hampir tak muncul di wajah Qin Qian beberapa hari terakhir, Mu Ying mencengkeram ponselnya erat, kembali ragu di relung hati apakah harus menunjukkan foto itu pada Qin Qian.
Qin Qian tak sengaja menyadari kehadiran Mu Ying. Dengan senyum lembut, dia melambaikan tangan lalu mendekat.
Untuk menghindari kecurigaan Qin Qian, Mu Ying tersenyum paksa. "Qianqian."
Qin Qian bertanya dengan wajah penuh tanya sambil tersenyum, "Kenapa datang pagi-pagi begini?"
"Aku khawatir padamu, jadi datang menjenguk." Mu Ying berpura-piba santai, mencari alasan yang masuk akal. Kilau haru terpantul di mata Qin Qian, "Aku benar-benar baik-baik saja. Terima kasih sudah menjengukku pagi ini... Meski urusan Ayah sangat menyakitkan, tapi aku sadar terus larut dalam kesedihan hanya akan mempengaruhi kesehatan anak dalam kandungan, juga membuat semua khawatir. Jadi pagi ini..."
"Ajak Mama jalan-jalan ke taman ini. Ternyata memang bisa meringankan perasaan..."
“Apakah dia benar-benar akan memberitahukan urusan foto ini kepada Qianqian?”
Qianqian baru saja mengalami kabar tentang ayahnya, kalau dia tahu lagi Tan Yan menipunya, bisakah Qin Qian menahan ini?
Apalagi, sekarang dia belum bisa memastikan apakah Tan Yan menutupi kesalahan An Ran, lebih baik menyuruh orang menyelidiki sampai tuntas urusan ini, baru memberitahu Qianqian nanti...
Memikirkan ini, Mu Ying memasukkan ponsel yang dicengkeramnya ke dalam tas dengan gerakan natural.
"Tak apa yang penting kau baik-baik saja... Seharusnya memang begitu." kata Mu Ying dengan puas.
Shu Lan mengambil tas dari tangan Mu Ying, "Karena Xiao Ying sudah datang, biar dia yang menemani Qianqian jalan-jalan. Tulang-tua seperti aku memang tak bisa jalan terlalu jauh..."
"Bibi Lan cepatlah pulang istirahat!" sergah Mu Ying sibuk menjawab.
"Maaf, Ibu... Kondisi Ibu belum pulih, tapi masih harus merawatku." Qin Qian merasa bersalah. Awalnya dia mau jalan-jalan sendirian, tapi karena sedang hamil takut ada kejadian tak terduga, baru menyuruh ibunya menemani.
"Apa maksudmu... Kalau pagi ini kau keluar sendirian, kau pikir aku akan percaya?" tegur Shu Lan lebih terdengar seperti perasaan kehilangan.
Qin Qian dipenuhi rasa terima kasih dan haru.
Baru kemudian Shu Lan pergi. "Ngomong-ngomong, Qianqian... Senin depan ulang tahun putriku Xiao Beike, kau dan Bibi Lan datang tinggal beberapa hari di rumah kami. Kebetulan hari-hari itu Mo juga harus kembali ke kantor pusat untuk urusan..." Mu Ying merasa bersalah karena tidak langsung memberitahu Qin Qian, sangat ingin melengkapi Qin
Qian.
"Baiklah, ulang tahun anak angkatku Xiao Beike pasti akan kuhadiri..." Qin Qian dengan senang hati menerima undangan.
Mu Ying menunjukkan senyum puas. "Baik, nanti akan kukirim mobil untuk menjemputmu dan Tante Lan..."
"Ya."
……
Kembali dari Kota H, An Ran segera menuju Grup Bisnis Keluarga Tan.
Karena seluruh anggota Keluarga Tan sudah mengetahui An Ran adalah pacar Tan Yan, An Ran tak perlu lagi membuat janji atau meminta sekretaris memberi pemberitahuan sebelum langsung masuk ke kantor Tan Yan.
Saat An Ran tiba di kantor, Tan Yan sedang berdiri tegak di depan jendela kaca. Punggungnya yang gagah tampak luar biasa, namun dalam bayangan jendela kaca selebar itu, terasa kesepian yang menyayat.
An Ran menyadari tangan kanan Tan Yan masuk di saku celana. Alisnya berkerut. "Tanganmu seharusnya dirawat dengan baik, tapi kau malah bersikap seperti tak ada masalah sama sekali. Apa kau benar-benar tidak takut efek samping di kemudian hari?"
"Aku tahu batasan." Tan Yan hanya menjawab singkat. Siluet elegan An Ran mendekat. Mengingat saat Tan Yan nekat menggendongnya ke ambulans meski terluka, tatapannya tertambak pada profil tampan itu. "Waktu itu kau buru-buru kembali ke Kota C, sampai aku tak sempat mengucapkan terima kasih... Hari ini secara resmi kuperkenankan
menyampaikan rasa terima kasih... Terima kasih sudah menyelamatkanku dengan mengorbankan diri sendiri. Aku benar-benar tersentuh."
“Aku terima ucapan terima kasihmu, tapi kau tak perlu haru. Saat itu kau pingsan, aku hanya mengira lukamu parah, makanya segera mengantarmu naik ambulans.” Tatapan Tan Yan masih tertambat di satu titik jauh di langit, dengan datar berkata.
Leher An Ran terasa pahit. “Tan Yan, apa kau harus selalu bicara padaku dengan dingin seperti ini?”
“Selain Qianqian, aku memang seperti ini pada semua orang. Kau tak perlu keberatan.” Jawab Tan Yan.
Dada An Ran tersentak sakit. “Aku keberatan, tentu saja aku keberatan... Karena aku menyukaimu.” Ini pertama kalinya An Ran mengutarakan perasaannya secara gamblang pada Tan Yan, sesuatu yang bahkan tak pernah dia duga sendiri, karena selama ini dia berniat mengubur perasaan ini dalam relung hati.
“Jika kau mencariku bukan untuk urusan bisnis, mohon pergi saja. Aku masih ada urusan nanti.” Tan Yan sama sekali tak tersentak oleh pengakuan An Ran. Mata An Ran berkaca-kaca, kabut air tipis membentuk lapisan di bola matanya, membuatnya terlihat menyentuh. “Aku tak berharap ada tempat untukku di hatimu, bahkan setitik pun. Yang kuminta hanyalah kau mau berbicara layak padaku, bukan selalu dingin dan formal seperti ini...”
……”
Akhirnya Tan Yan memutar tubuhnya, memandang An Ran.
An Ran tersedu-sedu, air mata terus mengalir deras.
Menghadapi An Ran yang wajahnya dipenuhi air mata dengan luka di dahinya, Tan Yan sedikit mencairkan nada suaranya. "Maaf, perasaanku sedang tidak baik. Jadi saat ini aku tidak ingin diganggu." "Ada apa?" suara parau An Ran penuh perhatian, "Bukankah kau sudah kembali kali ini untuk menemui Qianqian?"
