“Masih bilang luka ringan……” kata Qin Qian dengan sedih, “Qingyou bilang Nyonya Qin sampai mati-matian khawatir dengan tanganmu, katanya kau malah mencabut infus sendiri sebelum selesai dirawat di rumah sakit, dokter sampai membuat mereka menandatangani jaminan bahwa jika ada masalah dengan tanganmu bukan tanggung jawab rumah sakit……”
“Sudah kubilang, tidak parah… Kau tahu sendiri, rumah sakit selalu membesar-besarkan kondisi.” Tan Yan menghiburnya.
“Jangan kau tipu aku, aku yakin lukanya pasti parah… Yan, janji padaku, kau harus periksa lagi sampai tuntas. Jika tanganmu bermasalah, nanti bagaimana kau masih punya tenaga memelukku?” Qin Qian menggunakan serangan kelembutan, berharap bisa membujuk Tan Yan.
Jurus ini benar seperti yang diharapkan, Tan Yan tersenyum, berkata, "Baik, aku dengar kata-katamu, besok aku akan ke rumah sakit untuk pemeriksaan ulang... Tapi kau benar-benar tak perlu khawatir, tanganku sudah jauh lebih baik, dan akhir-akhir ini aku hampir tidak menulis dengan tangan, juga sangat berhati-hati..."
"Baguslah..." Namun Qin Qian tetap tak mau melepaskan pesan, "Berjanjilah padaku, dalam kondisi apapun, perhatikanlah tubuhmu sendiri, jangan seperti kali ini, demi menemuiku, bahkan luka di tubuhmu sendiri kau abaikan..."
"Kau tahu aku akan kembali ke Kota C?"
Qin Qian mengangguk, "Setelah tahu kau terluka, kuduga kau dan An Ran sama-sama terluka malam itu. Kemudian kuselidiki ruas jalan tempat kau terluka, ternyata itu tepat di ruas jalan dari Kota H menuju bandara. Aku juga dengar dari Qingyou bahwa Nyonya Qin menjemputmu di bandara... Jadi tahu kau bergegas kembali ke Kota C untuk menemuiku."
"Sayangnya saat kuselesaikan lukaku dan mencarimu, kau sudah naik pesawat..." Tan Yan penuh kesedihan. Ya ampun, betapa ia ingin bertemu... Setiap hari terpisah darinya, meski pekerjaannya selalu bermakna, hatinya tetap hampa.
"Maaf, saat itu aku..." Suara Qin Qian tersekat, tak tahu bagaimana menjelaskan.
Jujur saja, alasan utamanya memilih pergi adalah khawatir terlalu lama tinggal di Kota C akan mendatangkan masalah, tapi sebenarnya ada juga faktor karena menunggu Tan Yan yang tak kunjung datang, ia benar-benar mengira Tan Yan tak terlalu merindukannya...
"Bodoh, antara kita masih perlu kata maaf..." Tan Yan menghibur dengan suara lembut, "Kau tak menyalahkanku karena tak bisa segera menemuimu, aku sudah sangat puas..."
“Yan，maaf……” Akhirnya，Qin Qian tetap mengucapkan kalimat ini dalam hati kepada Tan Yan，karena ia merasa sangat bersalah atas kecurigaan sebelumnya terhadap Tan Yan，karena ia pernah berjanji untuk mempercayai Tan Yan.
“Maaf tentang apa?” Sebenarnya Tan Yan tahu maksud di balik ucapan "maaf" Qin Qian，tetapi ia terpaksa berpura-pura tak mengerti，dalam hati tersayat melihatnya.
“Tidak apa……Aku takkan mengganggumu bekerja lagi，sudah larut，aku juga mengantuk……” Qin Qian takut percakapan lanjutan akan membocorkan penyesalan dirinya，dan ia tak ingin Tan Yan tahu bahwa 15 menit sebelumnya ia sempat kehilangan kepercayaan padanya.
Mungkin ia tidak jujur，tetapi semua karena mencintainya……
“Baik，kau tidur lebih awal，aku akan patuh periksa ke rumah sakit.” Tan Yan berkata dengan kelembutan.
“Ya……Aku mencintaimu，Yan.” Ia tak tahan mengatakannya.
“Aku juga mencintaimu.” Tan Yan membalas dengan penuh kasihan.
Mata Qin Qian berkaca-kaca，kedalaman pandangannya dipenuhi haru. “Sudahlah，aku tidur……”
“Ya，Selamat malam.”
Baru kemudian Qin Qian dengan berat hati mengakhiri telepon.
……
Jin Yun semula mengira setelah mengirim foto ke Mu Yifeng，pengaruh perasaan Qin Qian dan Tan Yan pasti akan mengalami kelainan，tetapi tak disangka，hubungan mereka justru terlihat semakin membaik karenanya……
Karena selama seminggu terakhir, orang yang dikirim Jin Yun untuk mengawasi Qin Qian sering melihat Qin Qian dengan perasaan bahagia pergi jalan-jalan atau ke rumah sakit untuk pemeriksaan kehamilan bersama ibunya, sama sekali tidak terlihat seperti orang yang mengalami trauma emosional. Jin Yun menduga, urusan ini pasti ditekan oleh Tan Yan dengan cara tertentu……
Tapi apakah dia akan berhenti begitu saja?
Saat ini, Jin Yun memandang Qin Qian yang sedang girang membeli perlengkapan bayi di toko bayi, mata berbentuk phoenix-nya yang indah seakan terasapi racun. Dia berkata kepada bodyguard perempuan di sampingnya, "Apakah Tan Yan dan Qin Qian mengira mereka benar-benar bisa hidup bahagia bersama sejak saat ini?"
Bodyguard itu berkata dengan suara lemah, "Tapi semua rencana kita sejauh ini belum mengguncang air sedikit pun……"
Jin Yun menyipitkan mata, tatapannya memancarkan kebengisan. "Bagaimana bisa bilang belum mengguncang air? Hanya saja guncangannya masih belum cukup besar, masih bisa ditekan oleh Tan Yan…… Jadi, aku harus menciptakan guncangan yang lebih besar!"
Mata bodyguard itu langsung berbinar, memandang Jin Yun penuh harap. "Nona Jin, Anda punya ide apa?"
Bibir Jin Yan menarik tipis, "Tan Yan terus menutupi kesalahan An Ran. Meski aku tak tahu alasannya, selama dia punya alasan untuk melindungi An Ran, ini bisa kujadikan bahan untuk melanjutkan permainan!"
Bodyguard itu bertanya dengan semangat, "Apa rencana Nona Jin selanjutnya?"
Jin Yun menarik kembali tatapannya, menoleh dengan ekspresi suram ke arah bodyguard wanita. "Insiden An Ran melukai ayah Qin tak bisa kularang, tapi ada satu hal yang bisa kugunakan untuk melaporkannya..."
Bodyguard wanita penasaran bertanya, "Urusan apa yang Nona Jin maksud?"
Jin Yun segera membisikkan beberapa kalimat di telinga bodyguard wanita.
Mendengar itu, wajah bodyguard wanita merekah senyum, "Nona Jin memang pintar, aku sama sekali tak terpikir hal ini..."
……
Tan Yan sedang mengadakan rapat dengan beberapa eksekutif perusahaan di kantor, tiba-tiba sekretaris masuk dengan gugup, "Direktur Tan, Nona An sudah datang. Katanya ada urgent harus berdiskusi dengan Anda."
Tan Yan menyandarkan tubuh ke sandaran kursi, berkata kesal, "Kau tidak tahu aku sedang rapat?"
Sekretaris segera menunduk, "Sudah kusampaikan pada Nona An, tapi beliau bersikeras ini darurat..."
Para eksekutif lain yang hadir paham situasi, bangkit dari sofa. Seorang perwakilan berkata, "Direktur, kalau Nona An ada keperluan penting, kami akan kembali nanti..."
Tan Yan paling tidak suka rapatnya terganggu, hendak memerintahkan melanjutkan rapat, tapi An Ran sudah memasuki kantor.
Melihat situasi ini, para eksekutif segera mengundurkan diri diam-diam.
Saat hanya tersisa mereka berdua di kantor, Tan Yan berkata dingin, "An Ran, kerja sama kita tidak berarti kau bisa seenaknya mengganggu pekerjaanku."
“Aku ada urusan mendesak…” Suara lemah An Ran terdengar.
Tan Yan baru menyadari emosi An Ran yang berbeda dari dirinya yang percaya diri seperti biasa, suaranya sedikit melambat. “Urusan apa?”
An Ran menelan getir di lehernya, baru berkata, “Aku mungkin tetap tidak bisa kabur dari hasil masuk penjara...”
Tan Yan mengerutkan alis, bersuara berat. “Mengapa berkata begitu? Sudah kukatakan, aku tak akan membiarkanmu masuk penjara.” An Ran menundukkan kelopak matanya, berkata pilu. “Sebelum bergabung dengan An Group, aku pernah membuat pembukuan palsu untuk sebuah perusahaan besar, membantu mereka menghindari pajak 50 juta... Ini seharusnya tetap rahasia, tapi entah kenapa tiba-tiba terbongkar. Sekarang perusahaan itu sedang diselidiki penggelapan pajak, dan aku terseret. Polisi sudah meneleponku, memintaku segera ke kantor polisi untuk membantu penyelidikan.”
