Usai menelepon Qin Qian, Tan Yan meletakkan ponselnya lalu menoleh ke arah An Ran yang berdiri di pintu. “Ada urusan?”
Rupanya tadi Tan Yan melihat An Ran datang, karena itu dia berpura-pura lelah untuk mengakhiri telepon dengan Qin Qian……
An Ran masuk ke dalam ruangan, meminta maaf, “Mengganggu percakapanmu dengan Qianqian……”
Tan Yan diam.
An Ran duduk berseberangan dengan Tan Yan, memandangi tumpukan data di mejanya, mendesah, “Hanya kau yang bisa membaca semua data ini satu per satu, kalau kami, tak mungkin bisa menyelesaikan hubungan para pejabat ini dalam waktu singkat……”
“Ada keperluan?” Tan Yan terlihat tak sabar membicarakan hal yang sudah ditetapkan ini, berkata dengan kesal.
An Ran menggelengkan kepala, jujur menjawab, “Aku sengaja datang untuk berterima kasih telah menyelesaikan kasusku.”
“Aku membantumu agar kita tak saling berhutang.” Tan Yan berkata dengan datar.
An Ran segera paham maksudnya——dulu dia pernah membantunya, sekarang dia membalasnya agar tak ada lagi hutang di antara mereka.
Sudah terbiasa diperlakukan dingin seperti ini, hati An Ran meski sakit, tetap bisa tersenyum goyah. “Aku tahu, tapi ucapan terima kasih ini harus kusampaikan.”
Tan Yan menatap tajam padanya, "Lebih baik kau mengingat janjimu sebelumnya daripada sengaja datang untuk mengucapkan terima kasih padaku."
An Ran tetap tersenyum, "Menurutmu aku akan mengingkari janji?"
"Asal jangan ingkar janji." Tan Yan menarik kembali tatapannya, mengambil sebuah dokumen dari meja kerja.
Melihat Tan Yan masih ingin bekerja, An Ran bertanya penuh perhatian, "Qianqian pasti tersayat hati jika tahu kau begadang setiap malam..."
Tan Yan tak mengangkat kepala. "Keluar!"
"Tan Yan..." An Ran tetap tak bergerak, memanggilnya dalam-dalam.
Tan Yan mengerutkan alis, baru menatap An Ran, "Masih ada urusan?"
"Aku tahu setelah Komandan Jin turun jabatan besok, kita tak lagi 'berpasangan'. Ada sesuatu ingin kuberikan padamu." An Ran meragu di relung hati, akhirnya memutuskan untuk memberikan benda ini.
"Aku tak suka menerima hadiah." Suara dingin khas Tan Yan terdengar datar.
An Ran segera mengeluarkan kotak hadiah yang disembunyikan di belakangnya, menyodorkannya ke hadapan Tan Yan. "Lihat dulu baru putuskan mau terima atau tidak."
Tan Yan mengerutkan alis, jari-jari panjang beruas jelasnya mengangkat kotak hadiah sepuluh sentimeter itu, membukanya dengan gerakan kikuk.
"Sudah kuduga kau jarang terima hadiah. Lihat, membuka bungkus saja kau canggung." An Ran tak tahan terkekik kecil.
Tan Yan mengabaikannya, terus membuka. Detik berikutnya, terlihatlah dasi biru danau yang terbaring di dalam kotak.
“Tan Yan kulitnya agak pucat. Dasi warna terang selalu cocok dengannya. Dasi sutra biru danau ini jelas sangat pas untuknya.”
Tan Yan mengangkat tatapannya ke arah An Ran, tampak acuh pada dasi itu. “Apa maksudmu?” Tatapan dinginnya membuat An Ran kecewa. “Ini dasi pilihan terbaikku. Di bagian belakang ada singkatan nama Mandarinmu yang kusulam sendiri. Tapi kau boleh membuangnya...” Ucapnya tetap lembut, “Aku hanya ingin memberimu kenang-kenangan...”
“Kupikir ini sangat cocok untukmu.”
“Qianqian sudah membelikanku cukup dasi untuk setahun ini.” Tan Yan menghindari penolakan langsung dengan diplomatis.
An Ran tersenyum, bangkit dari kursi kerjanya. “Lakukan sesukamu... Aku tidur dulu...”
Sorot mata Tan Yan membeku menyaksikan bayangan An Ran menjauh.
Tanpa menoleh, An Ran berjalan tegap meninggalkan ruang kerja.
Setelah beberapa ketuk, Tan Yan mengambil dasi itu.
Di balik dasi, terpampang sulaman tangan An Ran: singkatan nama "Tan Yan" dalam aksara Mandarin.
Ia menggeleng, menaruh dasi ke dalam laci. “Sia-sia kau bersusah payah...” gumamnya lirih.
……
Dari mulut Qin Qian, Shu Lan mengetahui Tan Yan akan menjemputnya beberapa hari lagi. Batu besar yang menindih dada Shu Lan akhirnya jatuh ke lantai kayu. Ia menghela napas lega, namun tetap tak bisa menahan keluhan, "Akhirnya ia sadar kau menunggu di sini. Kukira ia masih akan terus menunda……"
Qin Qian bersandar nyaman di sofa. Memandangi perut bagian bawahnya yang menggembung, suaranya penuh bahagia berkata, "Ibu saja yang overthinking. Bagaimana perasaannya padaku, aku selalu tahu……"
Senyuman merekah di wajah Shu Lan. Dengan kasih sayang ia berkata, "Kalau begitu besok Ibu mulai membereskan barangmu, biar tidak buru-buru nanti."
"Ya, terima kasih Ibu." Qin Qian menjawab dengan hati puas mulut tulang putih.
……
Setelah bangun tidur, Tan Yan dan An Ran segera memulai perjalanan ke Kota H.
Mereka akan menemui beberapa pejabat tinggi dari Kota H dan C di klub pribadi. Berkat bantuan para pejabat inilah Komandan Jin akhirnya turun podium hari ini……
Di dalam klub, An Ran menemani Tan Yan sebagai pacar. Dengan lihai ia membantu Tan Yan menjalin hubungan dengan para pejabat, menutupi kekurangannya dalam hal pergaulan. Suasana pun terasa sangat harmonis……
Namun saat rombongan hendak menuju restoran pribadi klub, suara dingin penuh kebengisan tiba-tiba menggema, "Di mana Tan Yan?"
An Ran langsung mengenali suara Komandan Jin. Dengan ragu ia bertanya, "Bagaimana mungkin ia ada di sini?"
Detik berikutnya, Komandan Jin yang postur tubuhnya terpelihara baik masuk dari pintu. Ia sama sekali tidak terlihat seperti pria yang melebihi lima puluh tahun, terlihat sehat bugar, langsung menyerbu ke arahnya dan mencengkeram kerah jas Tan Yan.
Melihat hal ini, An Ran seketika meletakkan gelas di tangannya, memegang tangan Komandan Jin. "Apa yang kau mau lakukan?"
Komandan Jin sama sekali tak bisa mengendalikan emosi, semakin erat mencengkeram kerah jas Tan Yan sambil mengatupkan gigi, "Kau pikir aku akan jatuh begitu saja? Anak muda, ketahuilah... Saat aku menghancurkan habis-habisan seseorang, kau bahkan belum lahir!" Menghadapi teriakan Komandan Jin, Tan Yan tetap menjaga ketenangan. Ia memandang Komandan Jin dengan datar, seolah sedang menonton badut kecil yang melompat-lompat, wajahnya tak berombak. Setelah Komandan Jin memaki-maki sendiri cukup lama, barulah ia berbicara dengan tak tergesa-gesa, "Mengingat Tuan Jin jauh lebih tua dariku, 'Pemenang adalah raja, pecundang adalah penjahat',
Dalih sederhana seperti ini, apakah Tuan masih belum mengerti?"
Mendengar itu, Komandan Jin murka dan mengayunkan tinju ke arah wajah Tan Yan.
Tan Yan tidak menghindar, malah tatapannya semakin tenggelam dan tenang...
Komandan Jin yang sedang murka luar biasa mengerahkan semua amarahnya dalam tinju itu. Namun tepat saat tinjunya hendak menghajar wajah Tan Yan, semua pejabat pemerintah Kota H dan Kota C yang hadir segera menarik Komandan Jin menjauh...
Komandan Jin berteriak histeris, "Lepaskan aku, lepaskan aku..."
"Pejabat baru melepaskan Komandan Jin. Komandan Jin seketika melotot ke arah beberapa pejabat yang baru saja menariknya, berkata dengan amarah, “Kalian... kalian semua adalah orang-orang yang kubicarakan sendiri, tapi tak tahu balas budak, malah membantu Tan Yan melawanku, nurani kalian benar-benar dimakan anjing!”
