Pada ketukan ini, salah seorang pejabat pemerintah berkata dengan tenang dan datar, “Tuan Jin... Benar, kami memang dibicarakan olehmu, tapi bertahun-tahun kau memperlakukan kami seperti anjing untuk mengerjakan urusanmu, pernahkah kau berpikir kami juga manusia? Ya, nurani kami memang dimakan anjing, tapi
yang menjadikan kami anjing justru adalah dirimu sendiri!”
“Kau, kau, kau——”
Komandan Jin menunjuk satu per satu bawahan yang dipercayanya selama bertahun-tahun, mengatupkan gigi. Namun akhirnya, tangannya yang teracung dibanting keras oleh seorang pejabat tinggi. “Kau tak tahu kami sudah lama menantikanmu turun podium, jadi bisa bekerja sama dengan Direktur Tan, kami benar-benar gembira!” ujar pejabat itu.
Dada Komandan Jin naik turun tak beraturan karena marah, tapi kedua tinjunya tetap mengepal, dengan suara muram ia mengeluarkan ancaman, “Kalian akan membayar lunas atas pengkhianatan ini!”
Para pejabat belum paham, tiba-tiba Komandan Jin mengeluarkan senjata dari saku jasnya, dengan cepat ia mengarahkannya ke pejabat yang baru saja berbicara.
Melihat ini, wajah pejabat itu langsung pucat pasi, pejabat lain pun kehilangan ketenangan khas mereka, mulai menunjukkan kepanikan.
Tan Yan menyipitkan bola matanya yang hitam pekat, menatapnya dengan muram ke arah Komandan Jin, berkata dingin, "Untuk apa membuang-buang waktu? Orang yang paling kau ingin bunuh adalah aku!"
Perhatian Komandan Jin benar-benar teralihkan, mengarahkan senjatanya ke Tan Yan.
Di saat itu, semua pejabat menghela napas lega, tapi wajah An Ran mendadak pucat. "Tan Yan..." panggilnya dengan gemetar.
Tan Yan tak menjawab, tetap menatap dingin ke arah Komandan Jin. "Aku sarankan kau meletakkan senjata itu sekarang. Dengan begitu, paling-paling kau hanya akan didakwa membawa senjata ilegal dan mengancam keamanan orang lain. Tapi jika benar-benar menembakkan peluru ini, sisa hidupmu hanya akan kau habiskan di penjara!"
Komandan Jin mengatupkan gigi, "Jangan berpura-pura baik hati dengan nasihatmu! Sejak datang ke sini, aku sudah berniat tewas bersamamu... Tan Yan! Kau telah menghancurkan anak perempuanku dan karir politikku. Sekarang, serahkan nyawamu!" Usai berkata, Komandan Jin langsung menarik pelatuk pistol.
Namun, tak seorang pun menyangka, di detik-detik genting itu, An Ran tiba-tiba berlari menghadang di depan Tan Yan, menahan peluru itu...
Seketika, tubuh An Ran terjatuh. Rok putihnya mulai diwarnai genangan darah di bagian dada...
Semua pejabat yang hadir terkejut. Dalam kepanikan, mereka berhasil mengendalikan Komandan Jin. Petugas keamanan klub juga berhamburan masuk, terperangah melihat pemandangan di depan mata.
“An Ran——” Tan Yan segera menyambut tubuh An Ran, tapi An Ran tiba-tiba kehilangan kesadaran. Darah di dadanya masih mengalir deras, dengan cepat mengotori seluruh bajunya. “Panggil ambulans, cepat panggil ambulans...” teriak Tan Yan.
Semua orang baru mulai panik mengambil ponsel dan menelepon...
……
Rumah sakit.
Direktur An secara pribadi buru-buru datang. Melihat Tan Yan yang berdiri di depan pintu, Direktur An langsung menghajar wajah Tan Yan dengan tinjunya.
Tan Yan tidak menghindar, juga tidak menyeka bekas darah di bibirnya. Ia menerima teguran Direktur An dengan tenang.
“Apa yang kau janjikan padaku? Kau bilang akan melindungi An Ran, kau takkan membiarkan An Ran celaka, tapi sekarang kau biarkan An Ran terbaring di ranjang pasien tak diketahui nyawanya... Tan Yan, beginikah caramu menepati janji?”
Direktur An yang marah hendak meninju Tan Yan lagi, tapi dihalangi oleh Zed yang berdiri di samping Tan Yan.
“Direktur An, mohon tetap tenang. Tidak ada yang menginginkan hasil seperti ini...” kata Zed.
Direktur An menarik napas dalam beberapa kali sebelum akhirnya tenang. Tapi sekejap kemudian, matanya sudah memerah. Dengan suara parau ia berkata, “Tan Yan, jika ada sesuatu terjadi pada An Ran, aku takkan membiarkanmu pergi!”
Tan Yan diam saja. Matanya dipenuhi urat darah merah, menunjukkan tekanan yang ia rasakan saat ini.
Ya, ia pun tidak menyangka akan terjadi hasil seperti ini...
Ia tak menyangka Komandan Jin yang telah dilaporkan dan turun jabatan, sampai kehilangan kemanusiaan mengejarnya ke Kota H, bahkan membawa senjata siap tewas bersama...
Padahal awalnya ia hanya ingin menarik perhatian Komandan Jin untuk menjamin keamanan orang lain, karena ia punya kemampuan membuat senjata Komandan Jin terlepas dari genggaman tepat saat pelatuk hendak ditarik...
Benar, ia adalah putra kedua Lu Xun, mantan penasihat militer kelompok Setan. Sejak kecil ia telah terbiasa dengan senjata, tahu cara melindungi diri...
Meski bertahun-tahun tak menyentuh senjata, keakraban dengan senjata telah mengakar dalam tubuhnya. Sama sekali tidak gentar dengan senjata yang diarahkan Komandan Jin, karena pasti bisa mematahkan pergelangan tangan Komandan Jin sebelum tembakan dilepaskan, sehingga senjata jatuh ke lantai...
Tapi siapa sangka, An Ran justru karena khawatir padanya, langsung menghalangi di depannya saat itu, mengganggu gerakannya...
……
Operasi An Ran ini berlangsung selama sepuluh jam penuh.
Dari siang hingga malam, semua orang baru menunggu dokter keluar lelah dari ruang operasi.
"Dokter, bagaimana keadaan keponakan saya?" Direktur An bertanya gugup. Suara letih dokter menjawab, "Operasi berhasil, tapi kondisinya masih kritis. 24 jam ke depan adalah masa kritis. Jika Nona An bisa sadar, itu sudah syukur. Tapi jika dalam 24 jam tidak sadar..." Di sini dokter menggeleng pasrah.
Kepalanya.
Direktur An menggelengkan kepala dengan tidak percaya, memohon, "Dokter, kau harus menyelamatkan keponakanku... Dia masih begitu muda..."
"Maaf, kami benar-benar sudah berusaha maksimal. Sekarang tergantung tekadnya sendiri..." Dokter menghela napas setelah berkata.
Direktur An terdiam di tempat semula.
"Paman An, aku tahu situasinya tak optimis, tapi aku tak akan membiarkan An Ran celaka..." Suara Tan Yan tiba-tiba terdengar. Tatapannya tetap dipenuhi permintaan maaf.
Direktur An tak lagi segugup sebelumnya. Matanya yang cokelat berkilat air memandang Tan Yan, suara parau-nya bergetar, "Bagaimana aku harus menghembuskan kepada adikku?"
Tatapan Tan Yan tak sedikitpun menghindar, "Semua ini tanggung jawabku."
Direktur An memegangi dadanya yang sakit. "Untuk apa kuhukum kau sekarang... Seharusnya sejak awal aku tak mengizinkan An Ran membantumu!"
Tan Yan diam.
Sekretaris Direktur An segera memapahnya ke kursi. Rasa sakit di dada pria itu perlahan mereda.
Tiba-tiba, An Ran didorong keluar kamar pasien menuju ICU.
Direktur An ingin bangkit menemani, tapi dihalangi Tan Yan. "Biarkan aku... Aku akan menemaninya tanpa meninggalkan setapak pun selama dua puluh empat jam ke depan."
Di mata Direktur An tak lagi ada teguran, hanya permohonan, "Tolong, pastikan keponakanku baik-baik... Dia masih sangat muda, jalan di depannya masih panjang, dia anak yang begitu penuh pengertian dan pintar..."
"Tenang, dia pasti tidak akan kenapa-kenapa." Janji Tan Yan. Barulah Direktur An kembali duduk di kursinya, meski tatapannya masih diliputi kecemasan.
