Mu Ying juga tak menyangka Tan Yan akan kembali saat ini. Untuk sesaat ia panik, bangkit dari sofa, dan menyapa kaku. “Emm, Tan Yan, kau... kembali...”
Tan Yan mengangguk pada Mu Ying, kedua kaki yang memanjang melangkah mendekati mereka.
"Ayah."
Miao Miao berlari ke hadapan Tan Yan, merajuk dengan riang.
Tan Yan mengusap kepala Miao Miao, suara beratnya yang lembut berkata, "Sayang, pergi kerjakan PR-mu..."
"Ya." Miao Miao duduk patuh kembali ke meja buku.
Baru kemudian Tan Yan mendatangi Qin Qian, melirik dasi di tangan wanita itu, berkata datar, "Kau masuk ke ruang kerja?"
Mu Ying khawatir terjadi kesalahpahaman, segera mendekat dan menjelaskan tegas, "Ini bukan Qianqian yang mengambil dari ruang kerja, ini Miao Miao yang membawanya... Katanya melihat An Ran memberi hadiah untukmu, aku penasaran lalu menyuruhnya mengambil..."
Tatapan dingin Tan Yan tertuju pada Miao Miao, suaranya mengeras, "Tan Miao Sheng, siapa yang mengajarimu membuka laci ayah tanpa izin?"
Miao Miao yang sedang mengerjakan PR kaget, langsung bangkit dari meja, perlahan mendekati Tan Yan sambil menunduk. "Ayah, Miao Miao tahu salah, tak akan lagi sembarangan menyentuh barang ayah."
"Bukan hanya barang ayah. Sedikit pun barang orang lain tak boleh kausentuh tanpa izin pemiliknya, paham?" Suara Tan Yan semakin tegas.
Tubuh Miao Miao gemetar ketakutan, suaranya melemah lirih, "Miao Miao mengerti, Ayah..."
"Tan Yan, ini kamu melakukan apa?" Mu Ying mengeluh, seketika mengangkat Miao Miao dalam dekapan, berbisik menghibur, "Miao Miao, tidak apa, semua salah ibu tiri, ibu tiri yang menyuruhmu mengambil, tidak ada hubungannya denganmu..."
Miao Miao menundukkan wajah mungilnya yang tampan, penuh kesedihan, air mata sudah berputar-putar di matanya.
"Turun, seorang diri ke ruang kerja merenungkan kesalahan di depan dinding." Tan Yan mengeluarkan kalimat dengan keras.
Miao Miao segera meluncur turun dari tubuh Mu Ying, menahan tangis, menjawab, "Aku mengerti, Ayah." Miao Miao langsung pergi ke ruang kerja dengan patuh.
Melihat Tan Yan menghukum Miao Miao sekeras itu, Mu Ying tersayat hati berkata, "Tan Yan, biasanya kamu memang sekeras ini pada Miao Miao, atau kamu pakai hukuman ini untuk menuduh aku dan Qianqian tidak berpendidikan?"
"Kau terlalu banyak berpikir." Tan Yan hanya menjawab singkat empat kata itu. Mu Ying mendekati Tan Yan dengan aura marah, menyilangkan tangan di pinggang, berkata dengan amarah, "Jika cara mendidikmu selama ini seekstrim ini, maka aku harap kamu bisa menyimpan kewibawaan ayahmu... karena anakmu sudah cukup penurut dan pengertian, apa kamu masih mau memaksanya kembali ke masa
autis dulu?"
"Aku hanya mendidik anak." Tan Yan menjawab dengan tenang.
Mu Ying berkedut dadanya bergelombang hebat, pasrah berkata, "Baik, anakmu, mau dididik bagaimana, aku tidak komentar... tolong jelaskan dasi ini pada Qianqian."
“Aku akan menjelaskan pada Qianqian.” Tan Yan menjawab dengan nada datar.
Mu Ying membentak, “Kalau begitu jelaskan sekarang juga?”
“Xiao Ying...” Qin Qian mendekati Mu Ying, memanggilnya dengan suara memohon.
Barulah Mu Ying tenang kembali. Ia menggigit bibirnya keras sebelum berkata pada Qin Qian, “Kau terlalu baik hati, makanya Tan Yan seenaknya tak mempertimbangkan perasaanmu.”
“Sudah... Keluarlah sebentar untuk menenangkan diri!” Qin Qian menggeleng, memberi isyarat agar Mu Ying berhenti berbicara.
Relung hati Mu Ying penuh kata-kata pembelaan untuk Qin Qian yang ingin ditumpahkannya pada Tan Yan saat ini juga. Namun di hadapan tatapan memohon sahabatnya, akhirnya ia hanya bisa meninggalkan kamar dengan emosi tertahan.
……
Ketika kamar utama yang luas hanya menyisakan Qin Qian dan Tan Yan, wanita itu memulai pembicaraan, “Aku tahu teguranmu pada Miao Miao tadi memang benar, tapi dia masih kecil. Volume suaramu tadi benar-benar bisa membuatnya takut.”
Tan Yan melunakkan nada bicaranya, “Lain kali akan kuperhatikan.”
“Ya.” Qin Qian menyunggingkan senyuman lembut.
Tan Yan menuntun Qin Qian duduk di sofa. “Dasi ini memang pemberian An Ran, tapi saat itu sudah kujelaskan bahwa hubunganku dengannya hanyalah mitra bisnis. Dia bilang dasi ini cuma kenang-kenangan, jadi kusimpan sembarangan di laci.”
“Aku percaya padamu.” Qin Qian menatap dalam-dalam wajah tampan Tan Yan yang terlihat letih, berkata sungguh-sungguh, “Aku tahu tak ada apa-apa antara kalian... Cuma tak kusangka dia tetap mengungkapkan perasaan cintanya padamu.”
“An Ran adalah gadis yang tahu batasan, dia tidak punya niat merusak perasaan kita.” Tan Yan menoleh, menatap Qin Qian dengan tenang.
Qin Qian tersenyum lembut, tidak berkata apa-apa.
Sebenarnya dia sangat ingin memberitahu Tan Yan, jika An Ran benar-benar tidak punya keinginan merusak hubungan mereka, An Ran tidak akan memberi dasi ini kepada Tan Yan...
Karena dasi sudah termasuk barang yang cukup intim, pemberian An Ran ke Tan Yan pasti akan menimbulkan kesalahpahaman...
Ini membuktikan An Ran akhirnya tetap menggunakan sedikit licik dan dalam.
Tapi, dia tak perlu menjelaskan hal ini kepada Tan Yan, karena An Ran saat ini sudah terbaring di kamar ICU...
Bagaimanapun, dia tetap berharap An Ran bisa sadarkan diri...
Tan Yan menambahkan, "Maaf, kemarin di rumah sakit perasaanku sedang tidak baik, saat itu aku tidak tahu bagaimana menghadapimu, jadi... sekarang aku serius mengucapkan 'maaf' kepadamu."
"Aku mengerti, aku tidak marah... Aku tahu saat itu Pasangan An dan Direktur An，kau harus tetap memperhatikan mereka alih-alih langsung mendekatiku, pasti hatipun tidak nyaman." Qin Qian berkata dengan sungguh-sungguh.
Tan Yan menghela napas panjang. "Dari kemarin sampai tadi aku terus membujuk Pasangan An di rumah sakit, akhirnya berhasil kuyakinkan untuk pulang sementara beristirahat..."
“Kau pasti sangat lelah?” Qin Qian menepuk bahu Tan Yan dengan lembut, membantunya mengurangi kelelahan. Tan Yan tiba-tiba menggenggam tangan Qin Qian, berkata dengan penuh penyesalan, "Qianqian... Seharusnya setelah urusan Komandan Jin selesai, aku bisa menemanimu dengan baik. Tapi munculnya masalah An Ran ini membuatku harus bertanggung jawab, dan harus berusaha keras membangunkan An Ran. Jika tidak, nurani takkan tenang seumur hidupku."
...... Jadi, akhir-akhir ini mungkin waktuku menemanimu tidak sebanyak saat menjenguk An Ran di rumah sakit. Kuharap kau bisa memahamiku." "Tentu saja aku memahami." Qin Qian membalas genggaman Tan Yan, matanya yang jernih menatapnya dengan sungguh-sungguh. "Aku mengerti, apapun hasil kebangkitan An Ran nanti, kau harus melakukan usaha terbaikmu. Karena itu, aku akan mendukungmu... Jangan khawatir tentang aku. Sikap orang tuamu padaku sekarang..."
"...sudah berubah. Di rumah ini, mereka semua sangat merawatku."
"Kau benar-benar yakin ingin tinggal di sini selamanya?" Kilasan kerumitan terlihat di mata gelap Tan Yan saat bertanya dengan suara berat. "Jujur, aku tidak peduli harus hidup dimana. Yang kuperhatikan hanyalah kehadiranmu di sisiku... Jadi, aku bersedia tinggal bersamamu di Rumah Keluarga Tan, menjaga Ayah dan Ibu di masa depan." Qin Qian menjawab dengan ketulusan.
