"Bahkan setelah perbuatan mereka yang dulu, kau tetap mau memaafkan?" Tan Yan bertanya dengan suara parau.
“Sedikit tidak ada keberatan adalah palsu, tapi aku sungguh tidak menyalahkan mereka. Karena di relung hatiku, mereka tetaplah sesepuh yang selayaknya kita hormati…” Qin Qian berkata sejujurnya.
Di balik sorotan mata Tan Yan terlintas seberkas belas kasihan. “Qianqian, kau cukup pengertian.”
Qin Qian mengulurkan tangan memeluk Tan Yan, mendongakkan wajah cantiknya memandanginya. “Alasan lain aku setuju tinggal di rumah ini adalah karena aku tahu sebenarnya kau masih melekat pada keluarga ini...”
Tan Yan tiba-tiba diam.
Qin Qian tahu tebakannya tepat mengenai pikiran Tan Yan, melanjutkan, “Sejak kecil kau diadopsi Pasangan Tan. Mereka memberimu kehangatan layaknya orang tua kandung, membuatmu enggan meninggalkan rumah ini... Jadi memintamu keluar dari sini, sejujurnya hatimu tak tega.” Tan Yan merangkul bahu Qin Qian, menyandarkannya di bahunya, baru kemudian berbicara dengan suara lembut, “Jujur saja, aku berbeda dengan kakakku. Aku tidak suka perubahan, lebih memilih segala sesuatu tetap sama. Atau bisa kukatakan, kebiasaan yang telah terbentuk, tak ingin kuubah. Aku tidak mau hidup rumit, hanya ingin sederhana... Jadi sebenarnya keputusan meninggalkan Perusahaan Tan untuk pergi bersamamu saat itu adalah hasil setelah perenungan mendalam. Tapi aku tahu, hidup berkeliling dunia seperti kakakku dan Xi, itu bukanlah yang kuinginkan... Menurutku gaya hidup seperti itu terlalu
Lelah……tapi demi kau, aku bersedia mengubah diriku sendiri.” Qin Qian memejamkan mata dengan puas, berbisik lembut, “Aku tahu kau melakukan ini untukku, aku sangat terharu……hanya saja manusia itu egois, jadi saat kau bilang akan membawaku pergi di kemudian hari, aku tak membujukmu, karena tak ingin kehidupan kita dihalangi dua sesepuh yang ingin menghalangi
kita. Kuingin kita hidup tanpa kegelisahan……tapi kini semua masalah telah teratasi, setelah melewati begitu banyak hal, mereka akhirnya menyadari manusia lebih penting daripada uang……”
“Ya.” Tan Yan menoleh, mencium lembut dahi Qin Qian. “Belakangan ini, kau menderita……”
……
Keluar dari kamar, tak melihat Mu Ying. Akhirnya, Qin Qian menemukannya di balkon lantai dua.
“Kenapa, masih marah?”
Qin Qian membuka pembicaraan dengan manis.
Mu Ying berbalik, kesal, “Terlihat senang sekali, sepertinya mudah sekali dirayu Tan Yan, langsung nurut saja……”
Qin Qian duduk santai di sofa anyaman rotan balkon, tersenyum tenang, “Bukankah suami-istri harus saling percaya dan mengerti?”
Mu Ying duduk di sampingnya dengan geram, menggerutu, “Tapi takkah kau merasa tadi dia sengaja menggunakan Miao Miao untuk menyindir kita?”
Qin Qian menjawab tenang, “Tan Yan bukan orang seperti itu, dia benar-benar hanya mendidik Miao Miao……dan tadi kita menyuruh Miao Miao mengambil barang, memang seharusnya tidak.”
“Kau selalu membelanya.” Mu Ying menyeringai kesal, membelakangi Qin Qian.
Qin Qian tersenyum lembut, berbisik penuh kasih, "Sudahlah... Sayang, apa kau mau ibu hamil seperti aku yang tubuhnya lelah ini harus merayumu?"
Mu Ying akhirnya berbalik, melotot ke arah Qin Qian, bergumam kesal, "Kau lelah ngapain tidak tidur malah ke sini mencariku?"
Qin Qian menarik tangan Mu Ying, berkata manis, "Aku cuma khawatir kau diam-diam kesal di sini. Aku tahu kau takut aku dirugikan, khawatir Tan Yan akan menindasku..."
Mu Ying menggenggam erat tangan Qin Qian, berkata serius, "Asal kau sadar... Jadi kalau Tan Yan tetap menindasmu, aku takkan melepaskannya!"
"Sudahlah... Dia baru saja minta maaf padaku tentang kejadian di rumah sakit kemarin, juga menjelaskan urusan dasi itu. Mau apa lagi darinya?" kata Qin Qian sambil tersenyum.
"Apa katanya tentang dasi itu?" tanya Mu Ying yang mulai reda amarahnya, dengan suara lembut.
Qin Qian melaporkan sejujurnya, "Dasi itu memang pemberian An Ran. Tapi saat itu An Ran tidak mengungkapkan perasaan, hanya bilang sebagai kenang-kenangan. Tan Yan lalu asal simpan di laci."
"Tetap saja tidak boleh diterima! Tan Yan tahu betul An Ran mencintainya..." bantah Mu Ying dengan keras.
"Tan Yan bilang, dia sudah sejak awal memberitahu An Ran bahwa hatinya hanya untukku. Percaya An Ran juga menyadari hal ini," jawab Qin Qian.
"Itu artinya An Ran benar-benar punya niat pada Tan Yan..." simpul Mu Ying tak senang, "Kalau benar cuma diam-diam mencintai tanpa berniat merusak, takkan dikirimkan dasi ini..."
“Sudahlah, dia sekarang sudah terbaring di kamar ICU, kita tak perlu lagi menegurnya apa-apa...” Di sini Qin Qian menghela napas, “Sekarang hanya berharap dia bisa cepat sadar, agar beban psikologis Tan Yan tidak terlalu berat...”
Mu Ying akhirnya melunakkan nada, “Apa Tan Yan sudah bilang rencana dia menghadapi urusan An Ran? Benarkah seperti janjinya di rumah sakit pada keluarga An, bahwa dia akan menjenguk An Ran setiap hari dan bertanggung jawab atas kehidupan pasangan An selanjutnya?”
“Ya.” Qin Qian menjawab dengan suara lirih.
Mu Ying terkejut bangkit dari sofa rotan, memandang dengan keterkejutan, “Kau setuju?”
“Bukankah ini hal yang wajar?” Qin Qian membalas bertanya.
Mu Ying menyeringai sinis, “Hal wajar?”
Qin Qian tampak bingung.
Mu Ying membentak, “Qianqian, apa dia benar-benar mempertimbangkanmu? Kau sedang hamil sekarang, bukankah seharusnya orang yang paling wajib dia temani adalahmu?”
Qin Qian perlahan bangkit, menatap tenang. “Kau tahu situasi sekarang berbeda...”
“Apa bedanya?” Mu Ying semakin berang, “Apakah nyawa An Ran lebih penting dari nyawa bayi di perutmu? Apa dia tidak tahu kondisi tubuhmu yang belum pulih? Jika tidak dirawat baik-baik, anak pun bisa bermasalah!”
“Xiao Ying...”
Qin Qian mencoba membujuk, tapi dipotong oleh suara dingin Mu Ying, "Qianqian, aku harus mengingatkanmu, jika kau tidak memaksa Tan Yan untuk menemanimu, dan membiarkannya terus merawat An Ran karena rasa bersalah dan tanggung jawabnya, aku jamin, masalah akan segera muncul di antara kalian..."
Qin Qian menggelengkan kepala, suaranya berat, "Aku tidak sependapat... Menurutku tindakan Tan Yan ini benar." Mu Ying segera berkata, "Qianqian, maksudku bukan Tan Yan salah bertindak, tapi dalam kondisi hamilmu, prioritas Tan Yan seharusnya adalahmu... Karena kaulah yang terpenting di dunianya, meski dikecam keluarga An, meski seluruh dunia menyebutnya 'mengecewakan' An Ran, dia harus"
"menempatkanmu di posisi pertama..."
"Aku akui argumenmu ada benarnya, tapi Tan Yan adalah tipe orang yang mengutamakan tanggung jawab dan prinsip di atas segalanya, dan aku tak pernah berniat mengubahnya." Qin Qian berkata dengan tenang. Mu Ying menopang bahu Qin Qian, menasihati dengan sungguh-sungguh, "Qianqian, kau harus membiasakan Tan Yan memperhatikanmu, bukan membiarkannya mengabaikanmu... Kau selalu memikirkan dia, memakluminya, tak pernah bersaing atau berdebat, perlahan-lahan dia akan mulai mengabaikanmu..."
