Karena hanyut dalam keindahan hutan maple ini, Gu Qingyou dan Qin Qian sama-sama lupa waktu. Saat Qin Qian kembali ke Rumah Keluarga Qin, waktu makan siang sudah lewat...
Melihat Qin Qian pulang dengan selamat, Ibu Tan menghela napas lega, “Tadi teleponmu tidak bisa dihubungi, aku baru saja mau menelepon Yan'er!”
“Maaf, aku dan Qingyou tadi berjalan-jalan di hutan kecil maple. Tempatnya sangat indah, kami sampai lupa waktu.” Qin Qian meminta maaf, “Membuat kalian khawatir karena aku.”
Ibu Tan menggelengkan kepala, dengan penuh kasih berkata, “Tak apa yang penting kau baik-baik saja… Ibu hanya khawatir karena teleponmu tak bisa dihubungi.”
“Mungkin sinyal di hutan maple tidak bagus…”
“Ya.” Ibu Tan menopang Qin Qian duduk di Sofa. “Kau istirahat dulu di sini, Ibu suruh dapur menghangatkan hidangan. Sebentar lagi bisa makan…”
Qin Qian menyandarkan diri di sofa, menggeleng. “Ibu, aku tak begitu lapar. Tolong ambilkan semangkuk sup saja.”
“Mana bisa begitu… Meski nafsu makan kurang, tak boleh hanya minum kuah. Nanti kau dan anakku kekurangan nutrisi.” Ibu Tan bersikap tegas.
Qin Qian menarik tangan Ibu Tan, merajuk. “Ibu, nanti malam aku makan banyak, boleh kan?”
Ibu Tan tak tahan menghadapi rayuannya, akhirnya mengangguk. “Tapi siang ini kau harus minum satu mangkuk besar sup dulu…”
Qin Qian mengangguk kuat-kuat.
Baru kemudian Ibu Tan merekah senyum, menuju dapur.
……
Duduk sendiri di sofa, setelah menenangkan pikiran sejenak, Qin Qian mengeluarkan daun maple yang dibawanya dari hutan.
Dengan hati-hati ia meneliti keindahan daun itu, namun hatinya bagaikan daun maple ini, melambai-lambai tak tentu arah…
Tan Yan…
Apa yang sedang ia lakukan saat ini?
Daun maple hampir habis berguguran, apakah ia masih ingat janji untuk mengajaknya menikmati keindahan hutan maple ini?
“Atau, apakah sekarang ia sudah melupakan janji yang sebelumnya ia berikan padanya, karena kemunculan An Ran, di pikirannya saat ini hanya ada An Ran……”
Meski telah merawatnya dengan segala cara, namun hanya bertahan di permukaan, karena hatinya……masih mengingat orang lain.
Entah saat hutan maple ini merana nanti, ketika dia bertanya apakah ia masih ingat janji untuk mengajaknya melihat daun maple, bagaimana jawaban yang akan ia berikan?
Ah……
Benarkah dia bisa benar-benar tak peduli pada apapun?
……
Sehari sebelum An Ran pergi, Tan Yan tiba-tiba membahas masalah proyek dengan Qin Qian.
“Sekretaris Ren gagal menangani masalah yang muncul di proyek sebelumnya. Besok pagi aku mungkin harus pergi ke Kota H, tapi akan pulang pada hari yang sama.”
“Oh, apakah masalahnya parah?” tanya Qin Qian penuh perhatian.
Tan Yan menggelengkan kepala, merangkul bahu kurus Qin Qian sambil berkata, “Masalahnya tidak terlalu serius, hanya perlu kuselesaikan sendiri……Maaf ya, sudah berjanji untuk selalu menemanimu, tapi akhir-akhir ini selalu ada urusan.”
Qin Qian menjawab dengan lembut, “Antara suami-istri tak perlu mengucapkan ‘maaf’. Lagipula akhir-akhir ini kau sudah berusaha keras menemaniku……”
Sebenarnya beberapa hari terakhir Tan Yan hampir tak pernah meninggalkannya. Hanya saat dia dan Qingyou mengantar Mu Ying, Tan Yan harus ke perusahaan karena urusan kerja……
Dia tahu ia sudah berusaha keras menemaninya.
Tan Yan dengan lembut menangkupkan pipi putih Qin Qian, menatapnya dalam-dalam. "Qianqian, aku ingin kau tahu, ada banyak sekali rasa bersalah padamu. Aku ingin melengkapimu, ingin merawatmu dengan baik. Seumur hidup ini, aku tak akan mengecewakanmu."
Banyak sekali rasa bersalah?
Apakah yang ia maksud adalah perasaannya yang mendalam pada An Ran?
Qin Qian menyunggingkan senyum lembut. "Aku tahu kau tak akan mengecewakanku seumur hidup. Tapi tiba-tiba ada pertanyaan yang membuatku penasaran..."
"Ya?" Tan Yan memeluk erat tubuhnya yang sedang hamil besar dengan penuh kelembutan.
"Pernahkah kau menyesali sesuatu sepanjang hidupmu?" Qin Qian bertanya dengan suara berbisik.
Tan Yan tertegun. "Kenapa tiba-tiba menanyakan hal seperti ini?"
Qin Qian tertawa ringan. "Ah, tidak ada apa-apa. Hari ini aku melihat di drama Korea, si heroine bertanya seperti itu pada protagonis pria. Jadi iseng saja kutanyakan padamu..."
"Ini bukan tes psikologis, kan?" Tan Yan bercanda. "Kau pikir tes semacam itu bisa mengukur isi hati seseorang?"
Qin Qian bergumam, "Jadi...kau takut?"
Tan Yan menegakkan posturnya, memasukkan kedua tangan ke saku celana. "Aku tidak takut tes apapun. Tanyakan saja!"
"Kalau begitu jawab pertanyaanku tadi." Qin Qian bersikeras.
Tan Yan merenung sejenak. "Seumur hidup, tak ada yang kusesali. Namun...andai waktu bisa diputar ulang, aku ingin memperlakukan seseorang dengan lebih baik."
Memperlakukan seseorang dengan lebih baik?
Apakah yang ia maksud adalah An Ran?
Ya...
Ia memang berhutang pada An Ran. Hutang ini jauh melampaui hutangnya padanya...
Perlu diketahui, pada akhirnya ia menikahi seseorang berstatus biasa, tapi dulu ia tidak sampai bertentangan dengan orang tua demi An Ran...
Ia pasti merasa berhutang pada An Ran sebuah kebahagiaan hidup.
Qin Qian bersandar di pangkuan Tan Yan, berpura-pura bahagia. "Jangan-jangan orang yang ingin kau perlakukan baik adalah aku?"
Tan Yan merangkul Qin Qian dengan lembut. "Apa menurutmu? Satu-satunya orang yang kuhutangi seumur hidup hanyalah kau..."
Pada ketukan ini, hati Qin Qian menangis darah.
Ia ternyata bisa berbicara tidak tulus dengan santainya...
Jadi, semua ucapan cinta yang ia berikan padanya di masa lalu, sebenarnya tidak tulus...
……
Keesokan paginya, Tan Yan segera pergi ke Kota H.
Karena hari ini juga hari Mu Ying keluar dari Kota C, dalam pikiran Qin Qian telah muncul sebuah harapan...
Meski tahu tak seharusnya berpikir begitu, karena hasil verifikasi mungkin menghancurkannya, tapi ia tak bisa tetap tenang lahiriah. Akhirnya ia menelepon Gu Qingyou...
"Qianqian?"
Mendapat telepon Qin Qian di pagi buta, Gu Qingyou langsung membuka mata yang masih berkabut.
"Maaf, mengganggu istirahatmu..." Qin Qian meminta maaf.
Gu Qingyou membenarkan posisi tidurnya. "Tidak apa... Qianqian ada perlu?"
"Begini, aku ingin memberi hadiah untuk An Ran, tapi tidak tahu jadwal penerbangannya... Bisakah kau minta orang Direktur Jiang menyelidikinya?"
“Gu Qingyou adalah orang yang pikirannya peka,” bertanya dengan suara berat, “Qianqian, apakah ada sesuatu yang terjadi?”
Qin Qian menggelengkan kepala, “Tidak ada, aku benar-benar hanya ingin memberi hadiah untuk An Ran, lagipula dia sebelumnya sudah banyak membantu aku dan Tan Yan, juga memberi hadiah untuk anakku yang belum lahir.”
“Tapi permintaanmu untuk menyelidiki jadwal penerbangan An Ran membuatku curiga... Lagipula, kalau mau tahu pesawat mana yang dinaiki An Ran, kau bisa langsung bertanya pada Tan Yan.” Gu Qingyou terus mengajukan keraguan.
“Tan Yan baru saja pergi ke Kota H.” Qin Qian berkata demikian.
“Ini bukan alasan.” Tiba-tiba, Gu Qingyou penuh curiga berkata, “Qianqian, apakah kau mencurigai kalau kunjungan Tan Yan ke Kota H terkait dengan An Ran?”
Qin Qian menarik napas dalam, berkata dengan tenang, “Tolong bantu selidiki, setelah bertemu nanti, aku akan ceritakan semuanya.” Gu Qingyou terpana sejenak. “Apakah Tan Yan benar-benar melakukan hal yang menyakitimu?”
