Qin Qian tidak tahu mengapa dia punya firasat bahwa kunjungan Tan Yan ke Kota H sebenarnya terkait dengan An Ran...
Mungkin karena dirinya akhirnya tidak bisa terus membohongi diri sendiri, tidak bisa benar-benar melupakan...
Saat Gu Qingyou melihat Qin Qian di bandara, keningnya berkerut sambil melototi pesawat di luar jendela kaca dengan tatapan kosong, sosok Qin Qian yang dulu selalu tersenyum manis telah menghilang tanpa bekas.
“Apa yang sedang kau pikirkan?” Gu Qingyou mendekatinya, bertanya dengan lembut.
Qin Qian tersentak, mengangkat kepala melihat Gu Qingyou. "Kau datang..." Suara Qin Qian terdengar lemah.
Gu Qingyou menyerahkan tas tangan ke bodyguard, lalu menopang Qin Qian duduk di sofa. "Kamu terlihat linglung."
Qin Qian tersenyum tipis.
Gu Qingyou memandanginya dengan khawatir. "Apa yang terjadi denganmu dan Tan Yan? Di telepon kamu juga tidak menjelaskan jelas, sekarang aku sangat mengkhawatirkanmu."
Qin Qian menahan senyum, tidak menjawab.
Ekspresi Gu Qingyou semakin khawatir. "Mengapa kamu ingin mengetahui informasi penerbangan An Ran? Mengapa kamu ke sini?" Dia bertanya dengan suara berat.
Qin Qian tetap tidak menjawab.
"Apa yang terjadi?" Gu Qingyou bertanya lagi.
"Kamu yakin An Ran terbang dengan pesawat ini?" Qin Qian tiba-tiba bertanya.
Gu Qingyou terdiam sebentar. "Aku yakin... Tapi, sebenarnya apa yang kamu pikirkan? Bisakah kamu memberitahuku?"
Ekspresi Qin Qian tetap lembut, lalu menatap dalam-dalam Gu Qingyou. "Nanti aku mau ke suatu tempat, bisakah kamu menemaniku?"
Gu Qingyou mengangguk, berbeda dengan sikap rileks biasanya, kali ini wajahnya penuh kekhawatiran. "Qianqian, jangan membuatku takut..."
Qin Qian tersenyum datar. "Aku baik-baik saja, aku hanya perlu seseorang menemaniku..."
Karena sendirian, dia khawatir tidak akan kuat bertahan...
Jika benar-benar melihat langsung Tan Yan dan An Ran bersama, dia membutuhkan sandaran.
Inilah alasan mengapa dia meminta Gu Qingyou datang ke bandara...
……
Gu Qingyou sama sekali tidak tahu tujuan Qin Qian ke mana, juga tidak tahu mengapa dia harus pergi, tapi dia diam menemani Qin Qian, setia di sisinya.
Mereka bernegosiasi dengan manajer aula utama bandara, dan manajer mengizinkan mereka melewati koridor VIP menuju ruang tunggu keberangkatan.
Namun, tepat saat mereka tiba di pintu boarding pesawat yang dituju Mu Ying, Qin Qian melihat Tan Yan dan An Ran berjalan satu per satu menuju pintu boarding.
Pada sekejap mata itu, otak Qin Qian menjadi kosong.
Dia menyaksikan Tan Yan dan An Ran menuju pintu boarding, meski tidak ada gerakan tubuh mesra yang jelas, tapi mereka terlihat seperti pasangan kekasih yang harmonis...
Di tangan Tan Yan tergantung tas tangan An Ran, bahkan koper An Ran pun dia yang mendorong.
An Ran mengikuti diam-diam di belakangnya, seperti wanita kecil yang bahagia.
Tiba-tiba saat ini, hati Qin Qian seolah dihancurkan dengan kejam, berkeping-keping terhampar di hadapannya...
Rupanya, tebakannya benar...
Dia tidak pergi ke Kota H...
Alasan pergi ke Kota H untuk menangani masalah proyek hanyalah dalih...
Tujuannya adalah untuk mengantar An Ran pergi dari bandara secara pribadi.
Tidak, mungkin bukan sekadar mengantar An Ran pergi, mungkin... masih ada kelanjutan antara mereka.
Gu Qingyou juga menyaksikan adegan ini, dia terkejut lama, tak kunjung bisa berkata-kata.
Dengan niat tersembunyi, Qin Qian terus menatap tajam Tan Yan dan An Ran yang sudah sampai di depan pintu boarding, matanya tak berkedip mengamati ekspresi di wajah Tan Yan saat ini...
“Dia yakin apa yang dilihatnya bukan fatamorgana, setidaknya, sekarang dia sudah tak bisa lagi membohongi diri sendiri. Dua orang yang saling menggoda namun penuh kepedihan, bagaimana mungkin tidak ada cinta?”
Petugas memberitahu semua penumpang sudah naik pesawat, meminta An Ran segera boarding. Saat itulah Tan Yan baru menyerahkan barang dan tas tangan kepada An Ran...
Mata An Ran dipenuhi rasa tak tega. Daripada mengambil koper dan tas, dia justru langsung memeluk Tan Yan...
Tan Yan tidak menolak.
Perlahan, tangan Tan Yan membelai punggung An Ran. Ia menepuk-nepuk lembut punggungnya, memberikan penghiburan padanya.
“Mereka... sedang melakukan apa ini?” Gu Qingyou mengikuti arah pandangan Qin Qian, saat ini sudah menahan napas.
Qin Qian menatap kosong ke arah dua orang yang tak tega berpisah itu, diam membisu.
“Qianqian...” Gu Qingyou memanggil dengan suara parau, mulai khawatir.
Karena saat ini, wajah Qin Qian pucat menyakitkan tanpa setetes darah. Bibirnya lebih mirip langit musim gugur yang suram, berubah kelabu.
“Qianqian...”
Gu Qingyou memanggil beberapa kali, tapi Qin Qian tetap tak menjawab.
Entah sudah berapa lama menatap, Qin Qian seperti jiangshi yang terpaku di tempat, membeku dalam kesunyian.
Diamnya bukan karena tak mau bicara, melainkan karena kepedihan yang getir telah membanjiri tenggorokannya, menyumbat jiwa rentannya...
Menghancurkan hatinya yang setia menjadi remuk redam...
Saat itu, ponsel Qin Qian berdering.
"Kau sedang sangat menderita sekarang, Qin Qian?"
Telepon berasal dari Jin Yun. Jelas terlihat, Jin Yun diam-diam menyaksikan adegan ini.
"Menderita apa?" Qin Qian membalas bertanya dengan sikap dingin. Mengetahui Qin Qian berpura-pura kuat, Jin Yun menyeringai sinis. "Tadi kau sudah melihat langsung Tan Yan dan An Ran tak tega berpisah. Jadi sekarang kau harus percaya semua yang pernah kukatakan sebelumnya? Jika kau lupa, akan kuingatkan lagi... Selain hubungan masa lalu Tan Yan dan An Ran, aku juga pernah"
"Bilang padamu bahwa An Ran adalah pembunuh ayahmu... Bagian ini tak pernah kau ragukan. Tapi sekarang, kau bisa minta Gu Qingyou di sampingmu untuk memverifikasi."
"Jin Yun, kau juga pernah mencintai Tan Yan. Benci karena cinta, apakah kau benar-benar bahagia?" Ekspresi Qin Qian tetap datar.
Mengetahui penelponnya adalah Jin Yun, Gu Qingyou yang berada di samping merasa sangat khawatir. Nada tegas namun lemah Qin Qian dan wajah pucatnya semakin memperdalam kekhawatiran akan kondisi tubuhnya.
Jin Yun masih tertawa. "Jadi, menghadapi Tan Yan yang mengkhianatimu, Qin Qian... Kau tak akan benci karena cinta?"
Qin Qian menutup telepon lalu mematikan ponsel.
Dia mengerti tujuan Jin Yun...
Jin Yun ingin menyaksikan dia dan Tan Yan yang awalnya saling mencintai berubah menjadi saling membenci.
Dia tak akan memenuhi keinginan Jin Yun...
Karena...
Cinta hanyalah pelengkap kehidupan, seharusnya tidak menguasai nyawa seseorang.
Jika perasaan telah pudar, biarkan saja berlalu...
“Untuk apa terus-terusan memaksakan diri dan bersikap bandel?”
Sepanjang hidup manusia, harus selalu bisa mengambil dan melepaskan...
Jika tak bisa mendapatkan, lepaskanlah sepenuhnya...
“Apa yang Jin Yun katakan padamu? Wanita ini tidak ikut dihukum bersama ayahnya, malah masih terus membuat ulah?” Gu Qingyou bertanya dengan khawatir.
“Dia tak bisa berbuat onar lagi, karena tujuan yang ingin dicapainya tak akan terwujud.” Qin Qian menjawab dengan hampa.
Ya...
Dia benar-benar tak bisa membenci Tan Yan...
Dia tahu saat ini, Tan Yan juga tak bisa mengendalikan perasaannya, sebenarnya dia tak ingin menyakitinya...
Andai hari ini dia tidak datang ke bandara, menunggu kepulangannya, mereka tetap akan menjadi pasangan yang harmonis...
Sayangnya, pada akhirnya dia tak bisa membohongi diri sendiri... Awalnya dia kira bisa bertahan, tapi ternyata terlalu menganggap tinggi kemampuannya...
