Cintanya, rupanya sejak awal hanyalah fatamorgana, sementara dia... tak pernah benar-benar memilikinya...
Kalau begitu, bebaskanlah Tan Yan...
Mencintai seseorang...
Bukankah kita ingin melihatnya bahagia?
“Qianqian, katakan sesuatu, aku sangat khawatir...” Gu Qingyou mengerutkan alisnya.
Qin Qian menatap Gu Qingyou, tiba-tiba air mata getir menggenang di matanya tanpa alasan jelas...
“Sekarang, hatiku sangat sakit...” ujar Qin Qian sambil mengusap dadanya, mencoba meredakan rasa perih itu.
Mata Gu Qingyou juga dipenuhi kabut tipis. "Aku tak akan membiarkan Tan Yan menindasmu begitu saja……"
Qin Qian menggelengkan kepala, air mata mengalir sunyi di orbit matanya. "Hatiku sakit... tapi aku tak menyalahkannya... Aku hanya ingin segera... segera menghilang dari dunianya."
"Qianqian, jangan kau lakukan hal sebodoh itu……" Melihat air mata Qin Qian, Gu Qingyou ingin segera menghadap Tan Yan untuk menyergahnya, sayang Tan Yan sudah pergi dan sama sekali tak melihat mereka yang berdiri di sudut.
"Tenang, aku tak akan berbuat bodoh. Aku hanya... hanya ingin……" Tiba-tiba Qin Qian kehabisan tenaga untuk berbicara.
"Qianqian……" Gu Qingyou memanggilnya.
Qin Qian tak merespons, seluruh tubuhnya mulai limbung……
Gu Qingyou kaget, segera merangkul Qin Qian. Bodyguard-nya juga sigap mendekat……
Qin Qian pingsan……
Gu Qingyou panik berteriak, "Panggil ambulans! Cepat panggil ambulans!!"
Bodyguard segera menelepon.
……
Qin Qian tak mengerti kenapa bisa berada di rumah sakit.
"Janinnya baik-baik saja. Meski kondisi sang ibu lemah, tapi bayi di perutnya memiliki daya tahan hidup yang luar biasa."
Saat kesadaran Qin Qian pulih, ia sudah terbaring di ranjang pasien tanpa alasan jelas. Ia mendengar ucapan dokter kepada Gu Qingyou sebelum meninggalkan kamar.
Ketika Gu Qingyou mendekat, Qin Qian sudah membuka mata.
"Bagaimana perasaanmu? Kau baik-baik saja?" Melihat Qin Qian membuka mata, Gu Qingyou jelas-jelas lega dan bertanya penuh perhatian.
“Bagaimana aku bisa di rumah sakit?” Suara Qin Qian terdengar lemah.
“Kau pingsan tiba-tiba di bandara, aku menyuruh bodyguard memanggil ambulans untuk membawamu ke sini.” Gu Qingyou menjelaskan.
Qin Qian mulai mengingat...
Dia teringat hendak memohon bantuan Gu Qingyou, namun sebelum sempat menyelesaikan kalimat, kesadarannya sudah hilang...
“Sekarang jam berapa?” Qin Qian bertanya sambil memejamkan mata. Suaranya datar secara tak wajar.
Gu Qingyou melihat ponselnya. “Pukul tiga sore... Nyonya Direktur Yan sempat meneleponmu. Aku tahu kau tak mau bertemu siapa pun, jadi kukatakan padanya kau berada di vila Lanxi milikku.”
“Terima kasih.” Qin Qian mengucapkan syukur.
Gu Qingyou duduk di tepi ranjang. “Jangan pikirkan apapun sekarang, beristirahatlah... Semua teleponmu akan kuwakili balas...”
Namun Qin Qian menggeleng, tiba-tiba dia bangkit duduk perlahan. “Aku ingin keluar dari rumah sakit.”
“Infusmu belum selesai...”
“Aku baik-baik saja, sanggup menahan.” Qin Qian bersikeras, lalu mencabut jarum infus sendiri.
“Qianqian...” Gu Qingyou hendak membujuk, namun sudah terlambat.
Qin Qian sudah turun dari ranjang dengan susah payah.
“Qianqian.”
“Aku tahu yang kulakukan.” Kata Qin Qian pada Gu Qingyou, bola mata yang tertunduk menyiratkan melankolis.
Gu Qingyou mengalah, bangkit dari tepi ranjang tanpa lagi menghalangi.
Tapi Qin Qian tidak segera melangkah pergi. Dia terduduk linglung di tempat semula, bagai manusia yang telah kehilangan jiwa.
Gu Qingyou datang menghadapi Qin Qian, menenangkannya dengan lembut, "Qianqian, bagaimanapun, kau harus memikirkan janin di perutmu, kau harus kuat……"
Mata Qin Qian perlahan kembali fokus, memandangi Gu Qingyou. "Aku ingin pergi dari sini."
Gu Qingyou berkata dengan kelembutan, "Baik, sekarang juga aku akan mengantarmu keluar dari rumah sakit……"
Qin Qian menggelengkan kepala, air mata tiba-tiba memenuhi orbit matanya, lalu perlahan mengalir di pipinya. "Aku ingin meninggalkan Tan Yan, pergi dari sini……"
Gu Qingyou terdiam sebentar.
Qin Qian memohon, "Qingyou... bisakah kau membantuku?"
Gu Qingyou menutup matanya sebentar, seolah sedang mengambil keputusan di relung hati, akhirnya ia mengangguk tegas. "Baik, apapun yang ingin kau lakukan, aku akan membantumu."
……
Terkadang, Tuhan memang suka menjahili manusia...
Saat kau mengira diri sebagai orang terbahagia di dunia, tiba-tiba Ia memberikan petir di siang bolong, menjatuhkanmu dari surga ke neraka...
Sebagian orang, hancur tak berdaya karenanya.
Sementara sebagian lainnya, justru bangkit berusaha keras.
Qin Qian bersyukur termasuk golongan yang terakhir.
Karena meski hatinya terluka hingga ke puncak kesakitan, ia tetap menjaga ketegaran.
"Kasus ayahmu sudah kuselidiki..."
Mendengar suara Gu Qingyou, Qin Qian berbalik dari jendela kaca, memandangi sahabatnya dengan tenang. "Faktanya seperti yang dikatakan Jin Yun?"
Gu Qingyou menghela napas pelan, takut memberitahu Qin Qian kenyataan, namun tak berdaya. “Aku hanya menemukan bahwa An Ran memang pembunuh yang melukai ayahmu, karena orang yang menyuap koki bukan dari keluarga Jin, melainkan An Ran... Hanya saja aku tidak bisa menemukan alasan An Ran melakukan ini.”
Mata jernih Qin Qian terlihat kosong. “Kalau begitu, Tan Yan benar-benar menutupi kesalahan An Ran...”
Gu Qingyou menggigit bibir bawahnya dengan lembut, berkata, “Qianqian, aku masih merasa meski An Ran adalah mantan kekasih Tan Yan, tak mungkin dia membabi buta melindunginya seperti ini...”
Qin Qian tersenyum tipis, namun senyumnya terasa getir. “Kita semua mengira kita mengenal Tan Yan, tapi sebenarnya... tak satu pun dari kita yang benar-benar memahaminya.”
Gu Qingyou terdiam.
Qin Qian menarik napas dalam, tatapannya kembali tenang dan mantap, memandang Gu Qingyou. “Aku ingin pergi tiga hari lagi.”
Gu Qingyou terkejut sebentar. “Dengan kondisimu sekarang, apakah lebih baik menunggu...”
Qin Qian menggeleng. “Aku bisa...”
“Lalu Miao Miao bagaimana?” tanya Gu Qingyou.
“Sudah kupikirkan... Aku akan membawa Miao Miao pergi bersamaku.”
“Ini...”
“Tenang saja, aku bisa merawat dua anak sendirian...” Dia selalu mandiri.
“Bukan itu yang kukhawatirkan. Tapi bagaimana kau akan meyakinkan Miao Miao untuk ikut?” Gu Qingyou menyampaikan pertimbangannya.
Qin Qian menjawab tenang, “Miao Miao anak yang sangat pengertian. Aku akan menjelaskan situasiku dengan Tan Yan sejujurnya padanya.”
Gu Qingyou menghela napas panjang. "Aku benar-benar tak menyangka hubunganmu dengan Tan Yan berakhir seperti ini... Jika saja kau tak melarangku menanyai Tan Yan, aku pasti sudah memakinya habis-habisan."
Qin Qian tersenyum lembut. "Untuk apa? Saat sebuah hubungan sampai pada akhirnya, berpisah dengan baik adalah hasil terbaik..."
"Lalu apakah kau masih akan kembali ke Rumah Tan dalam tiga hari ini?" tanya Gu Qingyou penuh perhatian.
Qin Qian perlahan berkata, "Aku tak akan kabur begitu saja dan membuat semua orang khawatir..."
"Baik."
"Nanti tolong suruh seseorang mengantarku ke Gunung Boming, dan terus sembunyikan urusan hari ini."
Gu Qingyou mengangguk dengan sedih. "Baik." Qin Qian merekahkan senyum. "Terima kasih, Qingyou." Dia bertingkah seolah tak terjadi apa-apa, seakan sama sekali tak kehilangan cintanya.
