Saat kembali ke Rumah Tan, mentari sudah mulai terbenam.
Di pintu, Qin Qian disambut senyum penuh kasih Pasangan Tan dan pelukan ringan Miao Miao.
"Mama, kau pulang..."
Suara manja dan menggemaskan sang anak terdengar.
Qin Qian menunduk memandangi anaknya, di sudut matanya masih terbayang senyum Pasangan Tan. Hatinya seperti tertusuk tajam.
Keluarga yang begitu sempurna ini, haruskah dia benar-benar menghancurkannya?
Tapi...
Alasan apa lagi yang tersisa baginya untuk bertahan di sini?
"Cinta" Tan Yan padanya hanyalah gelembung sabun palsu...
Keberadaannya di sampingnya hanyalah membelenggu kebebasannya...
“Mungkin keindahan seluruh keluarga ini akan diungkap sekarang, tapi tak lama lagi, rumah ini akan kembali pulih keharmonisannya. Hanya saja saat itu nyonya rumahnya sudah An Ran, bukan dia...”
Mengulurkan tangan mengusap lembut kepala Miao Miao, dia menyungging senyum lembut. "Sayang, sudah makan?"
"Belum, menunggu kau pulang untuk makan bersama!" Ibu Tan berkata penuh kasih.
Qin Qian menggenggam tangan Miao Miao, menuju Pasangan Tan. "Kalau begitu mari kita makan, aku lapar..."
Jarang mendengar Qin Qian mengeluh lapar, wajah Ibu Tan berseri-seri. "Akan kusuruh dapur segera menyiapkan..."
"Ya." Qin Qian menjawab dengan kelembutan.
……
Cahaya hangat di restoran membuat semua orang larut dalam suasana bahagia nan harmonis.
Qin Qian berusaha melupakan sementara semua kegelisahan, menemani sesepuh dan Miao Miao menikmati makan malam terakhir ini.
Meski ini bukan makan malam terakhir, dia sangat memperhatikan momen ini.
Benar, susah payah menunggu Pasangan Tan menerimanya, betapa dia ingin terus dimanja dan dicintai mereka...
"Qianqian, nafsu makanmu malam ini cukup baik." Melihat Qin Qian menghabiskan semua hidangan yang diambilkan ke mangkuknya, Ibu Tan sangat puas.
Qin Qian tersenyum lembut. "Hidangan Bu Liu malam ini memang istimewa lezatnya."
“Kalau begitu makanlah lebih banyak, nanti aku suruh kepala rumah tangga berpesan pada Liu Ma untuk membuat lebih banyak hidangan segar seperti malam ini.” Ibu Tan tersenyum tak bisa menutup mulut, terus mengisi mangkuk Qin Qian dengan lauk.
“Baik.” Qin Qian melanjutkan makannya.
Tiba-tiba, Miao Miao menarik perlahan ujung baju Qin Qian.
Qin Qian menoleh, menatap anak kesayangannya yang membuka mata besar hitamnya. “Ada apa, Miao Miao?”
Miao Miao dengan ekspresi serius berkata, “Mama, kalau Mama banyak makan, adik bayi akan cepat besar?”
Pertanyaan Miao Miao seketika menarik perhatian semua orang di restoran. Pasangan Tan bahkan tersenyum sambil memandangi cucu mereka dengan tenang, menanti kelanjutan ucapan lucu yang mengejutkan dari sang cucu.
Qin Qian meletakkan sendok, mengangguk sungguh-sungguk. “Iya…”
Miao Miao langsung bergumam kecil, “Kalau begitu bisakah Mama makan lebih sedikit…”
“Hmm, kenapa?” Qin Qian bertanya penuh keraguan.
“Karena kalau adik bayi dipelihara jadi anak gemuk di perut Mama, saat lahir nanti aku tak bisa menggendongnya…” Miao Miao berkata dengan wajah khawatir.
Qin Qian tertawa ciut-ciut, diikuti Pasangan Tan dan kepala rumah tangga yang hadir. Mereka tak menyangka Miao Miao yang biasanya tenang dan penuh pengertian ternyata punya sisi polos dan menggemaskan seperti ini…
Miao Miao tidak mengerti mengapa Yang Mulia tertawa begitu bahagia, menurutnya pertanyaan yang ia ajukan adalah kenyataan, dan serius menunggu jawaban Qin Qian. Tiba-tiba, suara Tan Yan yang menjadi miliknya terdengar. "Nak, Buah hati di perut Mama memang akan tumbuh besar, tapi tidak akan menjadi pria gemuk, karena perut Mama hanya sekecil ini, mana mungkin muat menampung pria gemuk? Jadi, setelah Buah hati lahir, Miao Miao pasti bisa
mengangkatnya..."
Mendengar suara ayah, Miao Miao cepat-cepat menoleh dan memanggil gembira, "Ayah!"
Tan Yan mendekat, dengan penuh kasih mengusap kepala Miao Miao. "Sekarang tidak khawatir lagi kan?"
Miao Miao mengangguk kuat-kuat. "Setelah Buah hati lahir, aku mau menggendongnya setiap hari..."
"Baik." Tan Yan sedang dalam mood baik, wajahnya langka dipenuhi senyum, bahkan mencium kepala Miao Miao.
Ibu Tan menyaksikan adegan ini sambil tersenyum lebar. "Yan'er, kau pulang dari Kota H secepat ini?"
"Ya, setelah urusan selesai langsung kembali..." Tan Yan menjawab ibu dengan penuh hormat.
"Bagus, suruh kepala rumah tangga tambah peralatan makan..." Ibu Tan menoleh memberi perintah.
Tan Yan duduk di samping Qin Qian.
Pada detik ini, tak ada yang menyadari ekspresi tidak natural di wajah Qin Qian.
Tan Yan menggenggam tangan Qin Qian di bawah meja, membungkusnya dalam kehangatan telapak tangannya. "Hari ini nafsu makanmu cukup baik." Rupanya Tan Yan sudah memperhatikan sisa makanan di piring Qin Qian.
Melihat mereka berbisik-bisik, Pasangan Tan menyipitkan mata tersenyum, Miao Miao yang ceria memandang mesra kedua orangtuanya, betisnya bergoyang-goyang santai di bawah meja.
"Ya." Qin Qian melepaskan diri dari genggaman Tan Yan di bawah meja dengan alasan mau mengambilkan sup, lalu menuangkan sup ke mangkuk sendok demi sendok.
Tan Yan tak merasakan keanehan, dengan penuh perhatian ia menerima mangkuk Qin Qian dan mengambilkan sup untuknya.
Entah mengapa, sebelumnya perhatian Tan Yan selalu membuatnya merasa bahagia dan puas, tapi saat ini memandangi Tan Yan yang sedang mengambilkan sup untuknya, yang ia rasakan justru kebencian.
Benar...
Ia tak suka kemunafikan seperti ini.
Jelas-jelas hatinya mencintai perempuan lain, tapi karena tanggung jawab moral terpaksa berpura-pura mencintainya. Meskipun ini ekspresi bertanggung jawab, tetap saja membuatnya muak...
Ia benar-benar tak ingin melihatnya lagi...
Jika bukan karena khawatir kabur begitu saja akan membuat Pasangan Tan cemas dan tak bisa membawa Miao Miao, ia takkan pernah kembali ke rumah ini...
Adegan perpisahan Tan Yan dengan An Ran di bandara, saat ini muncul jelas dalam pikirannya...
Hatinya sakit, sangat sakit...
Ia tahu tak bisa menyalahkannya, tak boleh marah padanya, karena selama ini ia telah berusaha maksimal...
Tapi tetap saja ia tak bisa memaafkannya...
Mengapa ia terus menipuinya tentang fakta bahwa dirinya hanya pengganti An Ran?
Mengapa hari ini ia diam-diam menemui An Ran tanpa sepengetahuannya?
“Jika hari ini dia tidak melihatnya di bandara, mungkin dia bisa memaksa diri untuk terus membohongi diri sendiri……”
“Namun saat ini, hatinya terhadapnya sudah mati bagai abu……”
“Minum lebih banyak.” Saat meletakkan sup di hadapannya, Tan Yan seperti masa lalu, berkata penuh kasihan, “Melihat kau memiliki nafsu makan malam ini, aku sangat bahagia.”
Qin Qian mengagumi dirinya sendiri yang masih bisa menunjukkan senyuman munafik saat ini. Dia berpikir, rupanya semua manusia bisa menjadi munafik, hanya tergantung apakah mau atau tidak. “Terima kasih.”
……
Setelah makan malam, Qin Qian beralasan menemani Miao Miao mengerjakan PR untuk menghindari berduaan dengan Tan Yan di kamar.
Namun, Miao Miao sepertinya merasakan keanehan Qin Qian malam ini. “Mama, PR yang diberikan guru, aku sudah bisa mengerjakannya sendiri. Mama tidak perlu sengaja menemaniku di sini, nanti Mama lelah……” Menghadapi anak yang penuh pengertian, sambil memikirkan nasib buruk yang akan menimpa anaknya dari surga ke neraka, relung hati Qin Qian dipenuhi rasa bersalah. “Sayang, Mama mau menemanimu hari ini.”
