Bab 1277: Bersatu Sampai Akhir - Aku Tahu Di Mana Dia Berada

　　　　Namun semua kesempurnaan yang kusyukuri ini, rupanya hanyalah gelembung sabun dalam mimpi... 　　　　Aku benar-benar bodoh, sungguh sangat bodoh... 　　　　Tahukah kau, dulu pernah kudengar kau menelepon ayah An. Di telepon itu, kau memintanya merawat An Ran dengan baik, lalu memanggilnya mesra "Ran Ran". Saat itu aku tahu kau masih belum bisa melupakan An Ran. Tapi aku terlalu naif, terus menghibur diri... 　　　　Selama kau tidak benar-benar mengkhianatiku dengan An Ran, akan kupura-pura masa lalu kalian tak pernah ada. Akan kuperlakukan semua ucapanmu padaku sebagai kebenaran... 　　　　Namun... 　　　　Aku yang polos ini, Tan Yan, akhirnya kau mengecewakanku... Saat itu kau bilang mau ke Kota H urusan proyek, saat itu juga aku sudah punya firasat buruk. Tiba-tiba kau memutuskan pergi, pasti ini terkait An Ran. Kebetulan hari itu adalah hari An Ran memutuskan terbang ke luar negeri. Aku akhirnya tak bisa lagi membohongi diri sendiri, lalu meminta Qingyou membantu menyelidiki 　　　　Penerbangan An Ran, kemudian pergi ke bandara... 　　　　Kau tahu? 　　　　Dalam perjalanan ke bandara, aku tak henti berdoa dalam relung hati, berharap tak melihatmu di sana... 　　　　Tapi... 　　　　Tuhan tak mendengar doaku. Ini membuatku menyaksikan kalian berdua, An Ran danmu, saling berpandangan penuh perasaan, sulit berpisah... 　　　　Saat itu, hatiku remuk redam. Tan Yan, aku tak pernah menyalahkanmu karena sejak awal menjadikanku pengganti An Ran. Juga tak marah saat kau tak mencariku selama lima tahun perpisahan kita. Sebab dibanding kebaikanmu dua tahun terakhir, kupikir tak perlu kuhitung-hitung. Asal kau tulus padaku di masa depan 　　　　Sudah cukup... 　　　　Tapi, aku tak izinkan kau mempermainkanku seperti orang bodoh, berpura-pura mencintaiku. 　　　　Di bandara, setiap detik dan menit tingkah kalian berdua yang enggan berpisah memperlihatkan pasti akan melanjutkan hubungan sebelumnya. Tapi setelah pulang ke rumah, kau masih bisa berakting seolah tulus padaku... 　　　　Tahukah kau, aku sudah muak. Pada semua kepalsuanmu, aku hanya terharu pada kemunafikanmu... 　　　　Aku mungkin takkan membencimu, tapi juga takkan mencintaimu lagi... 　　　　Karena aku takkan pernah bersama pria yang tak konsisten antara penampilan dan isi hati, penuh kepura-puraan! 　　　　"Aku pergi……" 　　　　"Maaf, aku tidak menunggu hingga anak di perutku lahir, dan juga membawa Miao Miao pergi……Harap kau bisa memaafkanku untuk hal ini." 　　　　"Aku membawa Miao Miao bukan untuk membalas dendam, tapi karena Miao Miao memilihku di antara kau dan aku……" 　　　　"Tapi bagaimanapun, di masa depan kau tetap bisa kembali dengan wanita yang benar-benar kau cintai, dan nanti akan ada anak yang menjadi milik kalian berdua……" 　　　　"Ucapan ini mungkin terdengar sedikit pedih, namun tulus dari hati……" 　　　　"Bagaimanapun kita pernah menjadi suami-istri, kuharap hidupmu bahagia……" 　　　　"Sampai di sini perpisahan kita, jangan bertemu lagi, jagalah dirimu." 　　　　…… 　　　　Untuk pertama kalinya, mata Tan Yan berkabut samar, tangannya gemetar tak karuan, lama tak mengembalikan surat di genggamannya ke meja teh. 　　　　Hatinya sakit seperti terpelintir, membuatnya limbung bersandar di sofa…… 　　　　Tangan yang erat menggenggam surat itu pun lemas terjatuh di sofa…… 　　　　Suasana muram yang tiba-tiba menyelimutinya mengubah seluruh kamar menjadi abu-abu, matanya nanar menatap jendela kaca besar, teringat setiap kali memeluk Qin Qian dari belakang…… 　　　　Hatinya semakin terasa terhimpit, bahkan napasnya mulai tersengal, terpaksa ia menutup mata, berusaha mengatur pernapasan…… 　　　　Lama kemudian, napasnya baru kembali teratur, perlahan ia membuka mata, pandangan akhirnya pulih kejelasan…… 　　　　Tepat di saat itu, terdengar ketukan teratur di pintu kamar. 　　　　Tan Yan mengembalikan surat ke meja teh, baru menjawab, "Masuk." 　　　　"Yan'er……" 　　　　"Orang yang masuk adalah Nyonya Qin, keanggunannya yang terawat baik memancarkan sedikit kegembiraan." 　　　　Seperti biasa dalam menghormati orang tua, Tan Yan bangkit dari sofa. Nyonya Qin dengan cepat mendatangi Tan Yan, memandang anak laki-lakinya yang berwajah datar, lalu berkata dengan semangat, "Yan'er, Ibu tiba-tiba teringat Qianqian pernah bilang dia sangat menyukai Provence karena tempat itu adalah dunia bunga, terutama lavender yang dia sukai. Jadi mungkinkah Qianqian membawa Miao Miao 　　　　pergi ke Provence?" 　　　　Nyonya Qin sendiri baru teringat urusan ini. Saat itu Qin Qian juga pernah membocorkan keinginannya untuk melihat lavender di Provence, karenanya Nyonya Qin segera datang untuk memberitahu Tan Yan... 　　　　Namun, mendengar ucapan ibunya, wajah Tan Yan sama sekali tidak menunjukkan kegembiraan, juga tidak ada perubahan ekspresi yang jelas. 　　　　Melihat hal ini, Nyonya Qin terpana, "Yan'er, kau baik-baik saja?" 　　　　Baru kemudian Tan Yan bersuara, "Qianqian tidak akan pergi ke Provence." 　　　　"Mengapa?" Nyonya Qin ragu, karena dia jelas-jelas pernah mendengar Qin Qian mengungkapkan kerinduannya pada kehidupan di Provence. 　　　　"Karena aku tahu di mana dia berada." Demikian Tan Yan berkata. 　　　　Nyonya Qin terpaku, bola matanya terbelalak, hampir tak percaya. "Yan'er, kau... Apa katamu? Kau bilang tahu ke mana Qianqian pergi?" 　　　　Tan Yan memandangi sang Ibu yang terkejut, berkata dengan tenang, "Dia sekarang seharusnya belum turun dari pesawat. Setelah aku menangani urusan perusahaan, akan kucari dia." 　　　　Nyonya Tan dengan gugup matanya berkaca-kaca. "Asalkan kau tahu di mana dia, itu sudah cukup... Ibu sangat khawatir kau tidak bisa menemukan Qianqian... Qianqian sudah menderita begitu banyak untukmu, kau benar-benar tidak boleh mengecewakannya!" 　　　　Sejak menyadari bahwa manusia lebih penting daripada uang, Nyonya Tan semakin menyukai Qin Qian dalam relung hatinya... 　　　　Sebenarnya sejak dulu sudah puas dengan Qin Qian sebagai menantu, hanya karena status Qin Qian sebagai orang biasa, barulah merencanakan berbagai cara agar Tan Yan dan Qin Qian bercerai... 　　　　Kini telah benar-benar sadar, bahkan mendapatkan maaf dari Qin Qian, Nyonya Qin akhirnya menyadari betapa beruntungnya mereka bisa memiliki menantu seperti Qin Qian... 　　　　“Aku pergi ke perusahaan!” Tan Yan menjawab sang ibu dengan datar. 　　　　Nyonya Qin mengangguk kuat-kuat, “Baik, cepat selesaikan urusan perusahaan, segeralah cari Qianqian dan bawa dia pulang...” 　　　　…… 　　　　Akhirnya tiba di tempat indah ini, seolah-olah bahkan saat bernapas pun bisa mencium aroma wangi bunga yang bergelombang di udara negeri ini. 　　　　Menuntun tangan Miao Miao, berjalan di jalan setapak berliku kota kecil yang indah di bawah senja, hatinya dipenuhi ketenangan dan kepuasan. 　　　　Miao Miao pun seperti tertarik oleh keindahan tempat ini, matanya jelalatan memandang. “Mama, apakah kita akan tinggal di sini mulai sekarang?” 　　　　Qin Qian mengusap tengkuk Miao Miao. "Iya, apa Miao Miao suka di sini?" 　　　　"Anak kecil tidak akan berbohong," ia mengangguk kuat-kuat, berkata serius, "Meski di sini bukan kota besar, tapi semuanya teratur rapi, lingkungannya indah, tinggal di sini pasti Nyaman." 　　　　Qin Qian sulit percaya ini adalah ucapan anak tujuh tahun, begitu logis sekaligus menghibur, tapi dia jelas melihat kegelisahan dan kekhawatiran di mata Miao Miao yang hitam bagai permata... Benar, meski tempat ini terasa nyaman dan sempurna, bagi Miao Miao tetaplah wilayah asing, bagaimana mungkin anak bisa langsung beradaptasi?