Tan Yan memandangi lautan berwarna pirus di balik jendela kaca, wajah tampannya tanpa ekspresi. “Tak perlu mencari lagi. Kurasa dia tidak ada di Yunani.”
“Apa?” Zelun terkejut. “Bukankah Bapak Direktur bilang tempat yang paling diinginkan Nyonya adalah sini?”
Tan Yan mengeluarkan ucapan datar, “Dia memang pernah bilang ingin ke sini. Tapi setelah tiba, aku sama sekali tidak merasakan kehadirannya.”
Zelun membeku di tempat. “Bapak Direktur, menurut saya penilaian Bapak tentang keberadaan Nyonya di sini terburu-buru. Izinkan saya menyelidiki rumah-rumah sewaan di sekitar, mungkin ada informasi...”
Tan Yan menggeleng. “Penilaianku bukan sekadar perasaan. Tiba-tiba aku menyadari, seharusnya dia memang tidak di sini...”
“Tapi bukankah Nyonya pernah bilang pada Direktur Tan bahwa dia ingin datang ke sini?” Zelun bertanya ragu. Tan Yan berkata dengan datar, “Dia memang ingin datang ke sini. Jadi saat memutuskan meninggalkanku, tempat pertama yang pasti dia pilih adalah sini. Lagipula iklim di sini nyaman, pemandangan indah, memang cocok untuk tinggal... Reaksi pertamaku juga yakin dia pasti ke sini... Tapi tiba-tiba aku
lupa, Qianqian itu orang yang berpikir tajam. Dia pasti bisa tebak kalau aku akan mencarinya ke sini. Demi kewaspadaan, dia pasti tidak akan ke Yunani...”
“Oh begitu rupanya.” Zelun tersadar, tapi alisnya langsung berkerut, “Tapi kalau Nyonya sudah tahu Direktur Tan akan mencarinya ke Yunani, mengapa tidak memberi kesempatan di sini? Apakah Nyonya benar-benar ingin berpisah sejauh ini?”
Zelun selalu merasa Qin Qian sangat mencintai Tan Yan, seharusnya tidak sampai separah ini... “Sifat Qianqian terlihat renta, tapi sebenarnya kuat... Dia selalu bisa membuat keputusan terbaik secara rasional. Jadi meski tahu aku mencari ke Yunani, dia takkan memberi kesempatan. Karena menurutnya cinta kami sudah berakhir sejak
dia melihatku dan An Ran 'mulai lagi'...” Tatapan Tan Yan muram, melanjutkan dengan suara datar.
Zelun teringat beberapa kali Qin Qian diam-diam menatap Tan Yan dan An Ran di luar kamar ICU rumah sakit. Saat ini juga, dalam hati dia setuju dengan ucapan Tan Yan.
Memang benar, Qin Qian adalah wanita yang terlihat renta di luar namun kuat di dalam, kalau tidak, saat melihat suami bersama wanita lain, tak mungkin dia bisa menahan diri sebaik itu.
"Maksud Direktur Tan... apakah Nyonya mungkin benar-benar akan melepas Anda sepenuhnya?" Zelun ragu sejenak sebelum akhirnya berbisik bertanya.
Ia khawatir kalimat seperti ini akan menjadi pukulan bagi Tan Yan yang saat ini, mengingat Tan Yan yang belum menemukan Qin Qian bahkan bayangannya terlihat begitu menyedihkan. "Aku tak tahu apakah saat ini dia sudah sepenuhnya mengusirku dari kehidupannya, tapi aku takkan pernah bisa meninggalkannya, bahkan jika harus menukar maafnya dengan seumur hidup..." Di detik ini, Tan Yan seolah kembali menjadi sosok tegas dalam membunuh di dunia bisnis, tatapannya teguh berbinar, memancarkan keteguhan yang
tak tergoyahkan.
"Tapi kalau Nyonya memang tidak di Yunani, dan kita tak bisa menemukan jejak Nyonya sama sekali, Direktur Tan Anda..." Zelun menghela napas, dalam hati merasa khawatir pada Tan Yan.
"Meski Qianqian membuatku sia-sia datang ke Yunani, justru di situlah dia tanpa sengaja membocorkan keberadaannya..." Tan Yan menyipitkan mata sedikit, kedalaman hitam pekat matanya memancarkan kelicikan menggemaskan yang tajam.
Zelun gembira, "Benarkah? Apakah Direktur Tan sudah bisa memastikan di mana Nyonya sekarang?"
……
Provence.
Qin Qian tak pernah membayangkan suatu hari bisa duduk di lapangan rumput depan rumahnya sendiri, memandang hamparan bunga lavender tak bertepi di kejauhan.
Kincir angin putih yang berputar di hamparan bunga itu, seolah-olah adalah pemandangan yang hanya ada dalam dongeng, indahnya sampai tak bisa mengalihkan pandangan. Dia perlahan menopang perutnya yang menggembung tinggi, berkata pada bayi dalam kandungannya, "Putri kecil Mama, Mama yakin kau nanti akan sangat menyukai tempat ini... Di pikiran Mama sudah membayangkan bayanganmu yang menggemaskan mengenakan rok bunga berjalan-jalan di hamparan lavender indah nun jauh di sana..."
"...Mama sangat menantikan kehadiranmu di sisi Mama, Mama akan melindungimu selamanya——"
"Mama——"
Saat itu, Miao Miao berlari mendekat dari kejauhan, bayangan kecilnya membawa papan gambar yang hampir setinggi badannya.
Qin Qian tersenyum. "Kau pulang sekolah?"
Miao Miao mengangguk, setelah sampai di samping ibunya, dengan perlahan meletakkan papan gambarnya sendiri lalu duduk di sebelah. "Mama, hari ini si bayi baik tidak?"
Qin Qian membelai lembut perutnya. "Dia sangat baik, persis seperti saat kau masih dalam perut Mama dulu."
Wajah mungil nan tampan Miao Miao merekah senyum bahagia. "Mama, dia nanti pasti juga anak yang patut."
Qin Qian dengan penuh kasih mencium kepala Miao Miao. "Lalu, Miao Miao berharap bayi dalam perut Mama ini anak laki-laki atau perempuan?" Dia lupa belum memberitahu jenis kelamin anaknya.
"Tentu saja laki-laki." Miao Miao menjawab tanpa pikir panjang.
“Oh?” Bibir Qin Qian melengkung dengan senyuman penuh minat. “Mengapa Miao Miao berharap itu anak laki-laki?”
Mata hitam legam Miao Miao memandangi Qin Qian, berkata serius, "Karena anak laki-laki bisa bersama-sama melindungi Mama, tidak membiarkan siapa pun menindas Mama!"
Rupanya anak ini selalu mempertimbangkan kepentingannya...
Mata Qin Qian langsung memerah. "Miao Miao, meski Mama punya anak kedua nanti, kaulah kebanggaan terbesar Mama seumur hidup..."
Miao Miao perlahan bersandar di pangkuan Qin Qian, memeluknya. "Mama, meski kau tak punya Ayah sekarang, aku akan jadi sandaranmu dan Waipo. Aku akan belajar keras, bekerja keras saat besar, takkan pernah mengecewakan Mama."
"Miao Miao, sebenarnya..."
Qin Qian hendak menghibur Miao Miao agar tidak terlalu membebani diri, tapi tiba-tiba terdengar suara wanita sinis dan menusuk -
"Menurutku kalian berdua tak perlu merencanakan masa depan, karena KALIAN SAMA SEKALI TAK PUNYA MASA DEPAN!"
Mendengar suara itu, Qin Qian refleks mengangkat kepala. Wajahnya langsung pucat, memeluk Miao Miao erat-erat.
"Bagaimana mungkin kau ada di sini?" Suaranya dingin meski berusaha tenang.
Jin Yun berdandan elegan, senyum khas yang misterius terpancar di wajahnya. "Bagaimana mungkin aku ada di sini? Qianqian, pertanyaanmu ini lucu sekali... Aku sudah berusaha mati-matian memisahkanmu dari Tan Yan, mana mungkin aku tidak muncul di sini?"
Qin Qian membeku sesaat, belum bisa mencerna situasi. Jin Yun menyilangkan tangan di dada dengan sikap santai, memandangi Qin Qian dari atas ke bawah penuh penghinaan. "Qianqian, sudah lupa ucapanmu? Kau merebut Tan Yan, sisa umurmu takkan tenang. Kematian ayahku akan kutagih dari kalian semua!!!"
