Qin Qian menatap tajam ke arah Jin Yun, bibir dinginnya terbuka. "Saat itu di bandara kulihat Tan Yan bersama An Ran. Apakah ini ada hubungannya denganmu?"
Alis Jin Yun berkerut, tatapannya menjadi berlapis. Dengan tenang ia mengamati Qin Qian, senyum tipis mengembang di bibirnya. "Kau memang nekat. Masih sempat khawatirkan keselamatan diri sendiri?"
Suara Qin Qian datar. "Aku sudah ada di genggamanmu. Tingkat kemungkinan untuk bertahan hidup sangat kecil, bukan?"
Jin Yun tersenyum lembut. "Setidaknya kau masih punya kesadaran diri."
"Kalau begitu, tolong beritahu aku kebenaran sesungguhnya." Qin Qian menatapnya dengan tenang.
Namun Jin Yun hanya mengangkat alis, nada bicaranya santai. "Demi mencari kebenaran, nyawamu sendiri tak kau hiraukan. Menurutmu ini pantas?"
"Semua manusia pasti mati, hanya masalah waktu." Jawab Qin Qian.
Sekali lagi alis Jin Yun berkedut. Ia terkejut, namun segera menguasai diri. "Harus kuakui, aku salut. Kau bisa bersikap begitu tenang menghadapi maut... Baiklah, mengingat nyawamu sudah di ujung tanduk, tak ada salahnya kuceritakan faktanya."
Qin Qian menahan napas.
Jin Yun tiba-tiba tertawa panjang, kemudian dengan sinis berkata, "Qin Qian, aku selalu mengira kau wanita yang pintar, tapi tak kusangka kau bisa sebodoh ini... Demi seorang pria, kau bahkan tak mau mempertahankan nyawamu sendiri!"
Qin Qian tidak menjawab.
Jin Yun melanjutkan cemoohannya, "Untuk wanita tanpa otak sepertimu, aku benar-benar tak tahu bagian mana dari dirimu yang menarik perhatian Tan Yan..."
Qin Qian menahan diri.
Jin Yun baru kemudian berkata, "Sudahlah, akan kuberi penjelasan agar kau bisa mati dengan tenang... Supaya arwahmu nanti tak datang membalas dendam padaku."
Jari-jari Qin Qian menggenggam erat kursi kerja di bawahnya, ujung-ujung jarinya kehilangan semua warna darah.
Dengan senyum puas diri, Jin Yun berkata santai, "Tahukah kau mengapa Tan Yan mengantar An Ran ke bandara saat dia pergi ke luar negeri?"
Qin Qian menatap tajam ke arah Jin Yun, suaranya gemetar, "Ada hubungannya denganmu?"
"Sayangnya penyesalanmu sekarang sudah terlalu terlambat..." Jin Yun tertawa getir.
Qin Qian semakin erat menggenggam bantal yang tersisa. "Apa sebenarnya yang kau lakukan?" "Sebenarnya tidak ada apa-apa antara Tan Yan dengan An Ran. Karena aku menyuruh orang untuk terus diam-diam mengikuti An Ran, tapi tak pernah sekalipun melihat Tan Yan dan An Ran bertemu secara diam-diam. Ini membuatku yang sangat ingin menangkap bukti perselingkuhan mereka benar-benar gigi saya gemeretuk... Kau harus tahu, seandainya mereka pernah sekali saja bertemu diam-diam, aku bisa memotret ribuan foto, lalu mengirimkannya padamu, membuatmu yang sudah menderita karena hubungan mantan kekasih mereka jadi semakin curiga. Sayangnya, aku tak bisa mendapatkan satu pun foto mereka bersama. Mereka ternyata benar-benar seperti orang asing. Sejak An Ran keluar dari rumah sakit, tak ada satu pun pertemuan rahasia mereka..." Jin Yun
Saat mengucapkan ini, giginya beberapa kali menggemeretuk, menunjukkan kemarahan yang besar.
Tenaga Qin Qian yang menggenggam bantal perlahan menghilang seiring ucapan Jin Yun, tatapannya pun berangsur kehilangan fokus...
Melihat reaksi Qin Qian seperti ini, Jin Yun tersenyum bak bunga yang mekar. "Kenapa? Bukannya kau ingin tahu kenyataannya? Sudah tidak sanggup menahan?"
Qin Qian menutup matanya. "Silakan lanjutkan," ujarnya dengan tegas meski suaranya tercecar.
"Bagus, aku suka melihat wajah kepedihanmu..." Usai berkata demikian, Jin Yun kembali tertawa panjang.
Qin Qian perlahan-lahan membuka bola mata yang berkaca-kaca, namun kedalaman matanya tak lagi menyimpan cahaya dari 15 menit sebelumnya. Jin Yun seketika menyimpan senyumannya, mengatupkan gigi sambil berkata, "Kau tahu seberapa dalam kebencianku padamu di masa lalu? Aku tak mengerti, aku lebih unggul darimu dalam segala hal, mengapa Tan Yan malah mencintaimu? Hingga saat aku mengetahui hubungan lama antara Tan Yan dan An Ran, akhirnya aku bisa menerimanya, bahkan merasa sedih untukmu. Karena saat itu kupikir Tan Yan hanya menjadikanmu pengganti An Ran. Dari awal sampai akhir, ia sama sekali tak mencintaimu. Yang ia cintai hanyalah An Ran. Jadi sebenarnya aku tidak kalah dari dirimu, aku hanya kalah oleh takdir. Karena aku bertemu Tan Yan lebih terlambat daripada An Ran... Tapi, setelah An Ran pulih dan keluar dari rumah sakit, aku sama sekali tak bisa mendapatkan bukti pertemuan rahasia Tan Yan dengan An Ran. Bahkan saat An Ran hendak menetap di luar negeri, aku tak melihat reaksi aneh apapun dari Tan Yan. Saat itulah tiba-tiba aku tersadar, sepertinya aku telah melakukan kesalahan... Karena, mungkin kau sama sekali bukan pengganti An Ran. Posisi An Ran dalam relung hati Tan Yan mungkin sudah lama..."
"digantikan olehmu. Kini, orang yang dicintai Tan Yan pada dasarnya adalah dirimu sendiri."
Pandangan Qin Qian sudah samar-samar, ia teringat saat meragukan hubungan lama Tan Yan dengan An Ran yang kembali memanas. Semua perhatian Tan Yan saat itu dianggapnya kemunafikan. Segala yang ia lakukan, kelembutan dan perhatiannya, dianggap Qin Qian hanya sebagai topeng untuk mempertahankan citra orang bijak. "Untuk memverifikasi dugaan di relung hati, kusengaja menyebar desas-desus di An Group bahwa An Ran bunuh diri karena cinta... Kukira desas-desus ini akan membuat Tan Yan menemui An Ran, tapi tak kusangka ia tetap bekerja seperti biasa. Seolah...
sama sekali tak mendengar desas-desus itu, sampai Direktur An datang ke Perusahaan Tan mencarinya..."
Qin Qian menggigit bibir erat-erat, menahan kekeringan yang terus naik di tenggorokan. "Rupanya bahkan Direktur An percaya desas-desus itu. Ia benar-benar mengira keponakannya bunuh diri karena Tan Yan. Ia berharap Tan Yan mengunjungi An Ran di rumah An, tapi Direktur An tak menyangka Tan Yan langsung menolak, dan berkata ia harus pulang untuk merawatmu... Saat itu Direktur An sangat marah, tapi tak bisa menegur Tan Yan, akhirnya memohon
Tan Yan menelepon An Ran, setidaknya memberi beberapa kalimat penghiburan... Aku tak tahu apakah akhirnya Tan Yan menelepon, tapi aku tak perlu lagi menyebar desas-desus karena saat itu aku sudah yakin, di relung hati Tan Yan sama sekali tak ada An Ran..."
Pada ketukan ini, Qin Qian melotot ke arah Jin Yun. Pandangannya sudah lama dikaburkan oleh air mata yang menetes perlahan di pipi putihnya.
Akhirnya dia mengerti alasan Tan Yan menelepon ayah An malam itu...
Rupanya bukan karena perhatiannya pada An Ran, melainkan karena Direktur An yang datang ke perusahaan untuk menenangkan An Ran...
Tapi dia tetap tidak menelepon An Ran langsung untuk menenangkan, melainkan menghubungi ayah An. Dalam telepon itu, dia berpesan agar ayah An merawat An Ran dengan baik, yang sebenarnya hanya ucapan belasungkawa atas "percobaan bunuh diri" An Ran...
Tanpa tahu alasan di balik semua ini, dia mengira ini bukti Tan Yan masih mengingat kerja sama sebelumnya dengan An Ran...
Baru pada detik ini dia sadar: meski terus menerus bilang percaya pada Tan Yan, nyatanya dia sama sekali tidak memberinya kepercayaan...
Dialah sesungguhnya penghancur kepercayaan antara mereka. Melihat kepedihan Qin Qian, Jin Yun semakin puas diri, "Aku tak bisa menemukan bukti Tan Yan peduli An Ran. Bagaimana caranya membuatmu dan Tan Yan menderita? Akhirnya, aku pun memikirkan jurus mengancam An Ran ini—Ya, kalau tak kuberi tahu, mungkin kau takkan pernah tahu! Saat itu di bandara kau lihat langsung Tan Yan mesra dengan An Ran? Sebenarnya karena kau tak tahu sebelumnya aku sudah mengirim beberapa surat ancaman ke An Ran!"
