Jin Yun sudah kehilangan kemanusiaan, tak ada yang tahu keputusan apa yang akan diambilnya di detik berikutnya. Hatinya masih dipenuhi ketakutan, dan dia semakin khawatir Jin Yun akan membahayakan janin di perutnya...
Tiba-tiba mobil mengeluarkan suara "creeeek", lalu berhenti mendadak.
Qin Qian dan Jin Yun terlempar ke depan. Beruntung Qin Qian sempat melindungi perutnya, namun benturan dahinya ke sandaran kursi depan tetap membuatnya pusing sejenak, meski cepat pulih.
Jin Yun juga terluka di dahi. Dengan amarah tak tertahan, dia mengarahkan senjata ke bawahan di kursi pengemudi, "Kau mencari mati? Menyetir seenak jidat!"
Saat itu, bodyguard wanita berkata dengan suara lemah, "Nona Jin... aku terluka... sudah tidak kuat menyetir... Kumohon... tolong bantu membalut lukaku... Jika tidak... aku akan mati..."
"Kau berhenti hanya untuk meminta aku membalutmu?" Jin Yun mengeluarkan asap dari telinga, jarinya menekan pelatuk.
Bodyguard wanita itu menyandar lemas di kursi, napasnya tersengal, "Aku... bukan sengaja... berhenti... tapi... tenagaku... sudah habis..."
Baru saat itu Jin Yun menyadari parahnya luka sang bodyguard. Setelah diperiksa, wajah bodyguard itu pucat bagai kertas, hanya tersisa tarikan napas tipis.
Qin Qian hendak berbicara, tapi Jin Yun tiba-tiba mendorong bodyguard itu keluar dari kursi pengemudi sambil berteriak, "Sampah! Mau kubalut? Mati saja kau!"
"Qin Qian terkejut, kata-kata yang ingin diucapkannya tersangkut di leher. Dia tak percaya Jin Yun tega mengorbankan nyawa seorang bawahan yang begitu setia padanya..."
Tadinya dia ingin membujuk Jin Yun untuk membalut luka bodyguard itu. Tapi sekarang, jelas sudah dia tak bisa menyelamatkan nyawa orang ini...
Jin Yun turun dari mobil, tiba-tiba membuka pintu belakang dan mengarahkan senjata ke arahnya. "Pindah ke kursi penumpang!"
Qin Qian tahu Jin Yun berniat menyetir sendiri. Dengan tenang dia menjawab, "Aku tidak akan kabur. Percayalah, aku tak mau mengambil risiko."
"Bagus kalau kau tahu diri... Jika berani main akal, aku akan tebas kau dan janin di perutmu di tempat!" sergah Jin Yun dengan senyum dingin.
Tangan Qin Qian mencengkeram bantalan kursi erat-erat, masih trauma menyaksikan Jin Yun mendorong bodyguard wanita itu dari mobil tadi.
Jin Yun kembali ke kursi pengemudi dan mencoba menghidupkan mesin mobil.
Tapi tiba-tiba...
Mesin mobil sama sekali tidak mau menyala, meski sudah berkali-kali dihidupkan...
Situasi ini membuat Qin Qian diliputi firasat buruk...
Benar saja——
Jin Yun yang geram turun dari mobil, kembali membuka pintu belakang. Senjatanya mengarah ke kepala Qin Qian. "Turun!"
Tanpa ragu Qin Qian patuh. Takut Jin Yun yang sedang emosi akan bertindak nekat, dia segera turun meski mulai merasakan ketidaknyamanan di tubuhnya.
"Ya, entah apakah karena terus-menerus berada dalam tekanan tinggi ini, dia merasakan sedikit rasa sakit di perut bagian bawah..."
Dia yakin ini adalah protes anak dalam perutnya, tapi saat ini dia tak bisa berhenti untuk istirahat sebentar meredakan ketidaknyamanannya, karena hal itu hanya akan membuat Jin Yun marah dan melakukan hal-hal yang membahayakan janinnya...
"Aku tahu di depan pintu masuk ada mobil pribadi yang lewat, ayo kita jalan kaki!" perintah Jin Yun.
Qin Qian takut akan memicu kemarahan Jin Yun, dia tidak memperlambat langkahnya, mengikuti kecepatan Jin Yun dan berusaha keras menuju persimpangan jalan di depan...
Sayangnya, rasa sakit di perutnya semakin menjadi, dan dia menyadari jika terus berjalan seperti ini, anak dalam kandungannya mungkin akan bermasalah. Namun Jin Yun masih mengarahkan senjata ke arahnya, tak mengizinkannya melambat...
Qin Qian akhirnya tak bisa bertahan lagi, seluruh tubuhnya limbung hampir terjatuh. Beruntung dia berhasil meraih pohon di pinggir jalan, kalau tidak akibatnya tak terbayangkan...
Melihat itu, Jin Yun benar-benar murka, "Siapa yang mengizinkanmu berhenti?"
Saat ini Qin Qian sudah kesakitan sampai dahi berkeringat dingin, tangannya tak kuasa menahan untuk mengelus perut bagian bawahnya. Dia benar-benar tak sanggup melangkah lagi...
Dia tahu sekarang harus segera ke rumah sakit, jika tidak dirinya dan sang anak mungkin akan...
Jin Yun berjalan menghampiri Qin Qian, menemukan wajah Qin Qian dipenuhi kepedihan, kulitnya pucat bagai kertas. Tiba-tiba Jin Yun tertawa terbahak-bahak. "Sepertinya janin di perutmu tak bisa bertahan... Aku sempat berpikir menggunakanmu dan anak ini untuk memaksa Tan Yan datang ribuan li menyelamatkanmu, lalu mengantar kalian bertiga ke neraka... Tapi sekarang, Tuhan ingin aku lebih dulu mengantarmu dan si anak haram itu ke alam baka!" Usai berkata, Jin
Yun mengarahkan senjatanya ke kepala wanita itu, siap menarik pelatuk kapan saja, seolah nyawa di hadapannya hanyalah rumput tak berharga.
Qin Qian sudah tak bisa menggunakan logika untuk bertahan. Sakitnya membuatnya tak mampu tegak, pandangannya mulai samar-samar...
"Baiklah, melihat siksaanmu, akan kulakukan hal baik dengan mengakhiri deritamu... Jangan khawatir, nanti akan kusuruh Tan Yan menyusulmu!" Jin Yun tersenyum dengan ucapan yang tercecer.
Qin Qian dengan susah payah mengangkat kepala melihat lubang senjata yang mengarah padanya. Dia ingin tetap bertahan, sayang tenaganya sudah habis, tak bisa mengucap sepatah kata...
Tubuhnya perlahan limbung. Dia tahu, meski Jin Yun tidak menembak, dia tak akan bertahan lama...
Saat itulah dia melihat jari Jin Yun mulai mengencang. Dia hanya bisa menutup mata, menahan napas...
Tak ada yang menyangka, di detik-detik genting seribu jun ini, suara yang tak terduga terdengar—
"Jin Yun, kau berani menarik pelatuk, akan kubuat tubuhmu seribu luka!"
“Ini adalah suara yang paling familiar bagi Qin Qian.” Hal ini tanpa disadari memberikannya sedikit tenaga. Dia menoleh, dan saat melihat bayangan jangkung dan tegap yang sedang saling berhadapan dengan Jin Yun sambil memegang senjata, air matanya langsung terkumpul di orbit mata, dan dengan gugup terucap, "Yan?"
Tatapan Tan Yan dan Qin Qian saling bertemu. Dia melihat rasa sakit di mata Qin Qian. Sangat ingin rasanya ia melesat menghampiri dan mengangkat tubuh Qin Qian, namun karena Jin Yun saat ini sedang mengarahkan senjata ke kepala Qin Qian, kakinya yang memanjang terpaksa perlahan melangkah mendekati mereka.
Jin Yun juga tidak menyangka akan kemunculan Tan Yan. Setelah terkejut sebentar, dia tertawa getir. "Benar-benar menemukan! Awalnya aku masih berpikir akan meneleponmu nanti malam, menyuruhmu datang untuk 'berkumpul kembali' dengan istri dan anakmu, sekarang kau malah datang sendiri!"
Tatapan Tan Yan baru beralih ke Jin Yun. Dia tahu kondisi Qin Qian tidak bisa ditunda lagi. Langsung ia berkata pada Jin Yun, "Aku memberimu jalan untuk hidup——lepas senjata di tanganmu sekarang, aku akan memberimu kesempatan, membiarkanmu hidup, dan menyerahkanmu pada polisi."
"Apa katamu?" Jin Yun mendengus, seolah mendengar lelucon yang sangat konyol. "Tan Yan, saat ini senjataku sedang mengarah pada istri dan anakmu, beraninya kau bicara seperti ini? Percaya tidak kalau sekarang juga aku tembak mati istrimu?" "Lalu percaya tidak bahwa sebelum kau menembak, kau sudah lebih dulu terjatuh!" Demikian Tan Yan berkata.
