"Mengapa kau berpikir begitu?" Tan Yan berkata demikian.
Qin Qian menggelengkan kepala dengan sedih. "Kau tak perlu menipuku, juga tak perlu berusaha meyakinkanku bahwa orang yang paling kau cintai adalah aku... Karena selama ini, kau selalu merasa harus bertanggung jawab atas hidupku."
Tan Yan mengusap air mata di sudut mata Qin Qian. "Jangan menangis... Saat seperti ini kau tak boleh mengeluarkan air mata."
Qin Qian menarik hidungnya sebentar, berusaha mengendalikan emosi, lalu berkata serius, "Sekarang, kau sudah mengerti maksudku, kan?"
Tan Yan menatapnya. "Apakah bagaimanapun aku menjelaskan, kau tetap tak akan percaya bahwa aku sudah lama melepas An Ran?"
"Ya." Qin Qian tidak lupa bagaimana Tan Yan menutupi kesalahan An Ran dalam urusan melukai ayahnya. Alasan tak mengungkapkannya hanya untuk tak mempermalukannya.
Tapi dia yakin perlindungan Tan Yan pada An Ran bukanlah disengaja. Seperti dugaannya sebelumnya, pasti An Ran mengancam akan membongkar masa lalu hubungan mereka—dengan ancaman itu, Tan Yan terpaksa melindungi karena tak ingin Qin Qian terluka...
Tapi, benarkah tak ada secuil perasaan pribadi dalam perlindungan itu?
Menurutnya, mustahil tidak ada...
Seharusnya ia tahu, jika benar peduli padanya, hukumlah pelaku yang melukai ayahnya...
Jadi, sekalipun alasan melindungi An Ran adalah untuk tak menyakitinya, itu tetaplah sebuah dalih...
Melihat Tan Yan tidak bicara, Qin Qian melanjutkan, "Aku tak mau lagi mengorbankan hidupmu... Yan... Bersamamu sejak awal sudah merupakan kesalahan! Sekarang kita sudah menyadari kesalahan ini, kita tidak boleh membiarkan kesalahan ini terus terjadi!" "Aku hanya bisa bilang, awalnya memang benar-benar kesalahan, tapi kita yang terus meneruskan kesalahan ini juga telah memiliki pernikahan bahagia selama lebih dua tahun. Jadi, waktu sudah membuktikan bahwa kita cocok, interaksi kita takkan ada masalah. Kita tak perlu berubah, hanya perlu terus melanjutkan 'kesalahan' ini seperti sebelumnya."
。”
Perkataan Tan Yan terdengar tidak ada yang tidak pantas.
“Aku tahu maksudmu.” Qin Qian tiba-tiba berkata dengan datar.
Tan Yan memandangnya tanpa ekspresi. “Aku sangat berterima kasih atas segala yang telah kau lakukan untukku dan anak selama hampir tiga tahun terakhir.” Qin Qian berkata pada Tan Yan dengan sikap yang sangat tulus dan sungguh-sungguh. “Tiga tahun terakhir seharusnya menjadi masa paling bahagia dalam hidupku. Aku rasa aku takkan pernah melupakan keindahan yang kita miliki bersama, tapi...
Tiga tahun terakhir, jawablah dengan jujur - apakah kau sama bahagianya denganku?”
Terhenti sejenak, Qin Qian kemudian melanjutkan, “Kupikir jawabannya adalah tidak... Karena kau yang berusaha memberiku pernikahan sempurna dan berusaha menciptakan keluarga hangat untuk anak, sebenarnya sama sekali tidak bahagia...”
“Ini hanya menurutmu——”
“Jika kau berkata begitu, baik, aku bertanya padamu... Jika orang tuamu tidak datang karena kondisi anak, akankah kau mencari aku?” Qin Qian memotong ucapan Tan Yan, bertanya padanya. “Aku harap kau jujur menjawabku.”
Tan Yan tidak menjawab. "Jawabannya adalah, tidak akan." Qin Qian tersenyum. "Sebenarnya kau sama sekali menyadari bahwa hari-hari kita bersama hanyalah sebuah kesalahan, jadi setelah aku aktif keluar dari hidupmu, kau tidak mencari-cariku karena kau tahu jika kita terus melanjutkan, hasilnya hanya akan mengorbankan tahun-tahun terindah kita berdua. Karena aku takkan mendapatkan perasaan darimu di sini, dan kau pun tak mungkin jatuh cinta padaku... Jadi ketika mertua mendatangiku, akhirnya kau tak bisa lagi menghindar dari hutang budi padaku. Dan menghadapi betapa dalamnya perasaanku padamu, kau semakin merasa berhutang... Pada akhirnya, kau terpaksa menganggapku sebagai tanggung jawabmu, sebab jika
menyerahkanku, seumur hidupmu takkan bisa lolos dari teguran nurani."
Tan Yan membisu menanggapi.
"Ditambah kita sekarang punya anak kedua, aku semakin menjadi beban di relung hatimu." Qin Qian berkata pada Tan Yan.
Tan Yan masih tetap tidak bersuara, juga tidak membantah atau menjelaskan.
Dalam pandangan Qin Qian, kesunyian Tan Yan adalah bentuk persetujuan tak langsung. "Tolong jangan lagi menganggap aku sebagai kewajibanmu!" Menyimpan senyumnya, Qin Qian berbicara tegas pada Tan Yan, "Aku bukan tanggunganmu, apalagi ingin menjadi bebanmu. Karena terjadinya kesalahan ini bukan sepenuhnya salahmu. Jika saat itu bukan karena aku yang begitu tergila-gila padamu, kehilangan
rasionalitas, dan gegabah ingin membangun hubungan asmara denganmu dalam waktu singkat, kesalahan kita takkan terjadi."
“Meski seperti katamu, dulu aku menganggapmu sebagai tanggung jawab, tapi ini tetap tanggung jawab yang harus kujalani.” Tan Yan menjawab demikian. Qin Qian memandanginya sejenak, lalu menggelengkan kepala sambil tersenyum, namun senyumannya terasa pahit. “Tapi tahukah kau? Dibanding kau bertanggung jawab padaku, aku lebih ingin mendengar kejujuranmu. Mungkin saat itu aku akan membencimu, menyalahkanmu, tapi kepedihan seperti ini akhirnya akan berlalu, dan pada akhirnya aku bisa melihat versi kebahagiaanmu yang sejati.
...Tahukah? Kebahagiaanmu, itulah yang benar-benar ingin kulihat.”
Tan Yan mengatupkan bibirnya, menatap Qin Qian dengan pandangan dalam yang tak tertembus.
“Mencintai seseorang bukan berarti menaklukkannya. Bisa melihatnya hidup bahagia, itulah keinginan terdalam dari hati orang ini.” Kata Qin Qian.
Tan Yan tak bersuara, seolah mengiyakan semua yang diucapkan Qin Qian secara diam-diam.
Reaksi Tan Yan sudah diperkirakan Qin Qian. Ia kembali tersenyum, tapi memalingkan wajah agar Tan Yan tak melihat luka di matanya. “Andai kuketahui pertemuan kita hanyalah kesalahan, saat mertua mendatangiku dulu, takkan kujanjikan dua tahun bersamamu. Begitu kondisi autis anak membaik, aku pasti sudah keluar dari keluarga Yan.” Nada bicara Qin Qian datar, terdengar tegas
tanpa keraguan.
Tan Yan akhirnya bersuara, “Lalu, apa yang kau inginkan?”
“Akhiri kesalahan, mulai kembali dari awal. Lagipula, kita masih muda.”
“Akhiri kesalahan?”
“Ya.” Qin Qian menoleh, sudah menyesuaikan perasaannya. “Kau punya orang yang lebih perlu kau tanggung jawab, lebih perlu kau perhatikan, lebih perlu kau lengkapi. Seharusnya kau kembali mencari dia.”
“Benarkah kau berpikir begitu?” Sorot mata Tan Yan muram. “Ya, ini pemikiranku yang tulus.” Qin Qian berkata pada Tan Yan, “Kita seharusnya tidak terikat karena satu kesalahan. Ini membelenggumu, juga membelengguku... Seperti yang kusebutkan tadi, kita masih muda. Di masa depan mungkin aku bisa menemukan yang lebih baik darimu... Jadi, kau-”
seharusnya tidak lagi membuang waktuku, karena aku tak mau menyia-nyiakan waktu pada orang yang tak mencintaiku.”
Tan Yan tidak menjawab, hanya memandang Qin Qian dengan ekspresi datar. “Aku juga berharap kau bahagia, bukan pura-pura bahagia bersamaku dengan terpaksa.” Qin Qian terus berbicara, mengorbankan harga dirinya, mengucapkan hal yang seharusnya tak terungkap. “Kau harus kembali mencari An Ran. Dia tetap menantimu di tempat yang sama. Kau sudah mengecewakannya sekali-”
janganlah kau mengecewakannya lagi...” Saat Qin Qian selesai berbicara, sekitar tiba-tiba menjadi sangat sunyi.
