"Jika benar-benar merasa bersalah pada kami, kini kuberi kesempatan untuk menebus dosa." Tan Yan menyandarkan tubuhnya ke sandaran kursi, berkata dengan nada netral.
Mata An Ran terbelalak. "Kesempatan apa?"
Tentulah ia ingin menebus kesalahan. Sejak mengetahui Qianqian nyaris menjadi satu jenazah dua nyawa, hatinya dipenuhi beban dosa...
Kini, asal bisa menebus kesalahan, apapun akan ia lakukan.
“Orang tua angkatku berjasa padaku, karenanya seumur hidup aku harus memikul beban Perusahaan Tan ini. Tapi aku tahu, jika terus memikul Perusahaan Tan, aku tak punya waktu untuk menemani Qianqian, apalagi membawanya berpetualang ke tempat-tempat yang dia inginkan...” Tan Yan berkata dengan tenang.
An Ran adalah orang pintar, dia memicingkan matanya sedikit dan berkata dengan hati-hati, “Kau mau... aku yang mengurus Perusahaan Tan untukmu?”
“Kemampuanmu tak perlu diragukan, jadi aku yakin Perusahaan Tan pasti bisa naik ke tingkat yang lebih tinggi di bawah pengelolaanmu. Dan dirimu yang selalu berambisi dalam karier, pasti juga menikmati pekerjaan ini.” Tan Yan melanjutkan.
An Ran terpana. “Kau mau meninggalkan Perusahaan Tan?”
Tan Yan menyandarkan tubuhnya ke sandaran kursi, memandang An Ran dengan tenang. “Daripada bilang aku meninggalkan Perusahaan Tan, lebih tepatnya aku menemukan seseorang yang bisa menjagakan Perusahaan Tan untukku... dan orang ini memungkinkanku hidup tenang bersama istriku sesuai keinginan kami berdua.”
“Mengapa tiba-tiba kau memutuskan ini?” An Ran bingung, alisnya berkerut, “Jika Orang tua Tan masih menghalangimu bersama Qianqian, aku bisa mengerti. Tapi sekarang mereka sudah menerima Qianqian, mengapa masih mau meninggalkan Perusahaan Tan?”
“Aku sudah menjawabnya tadi.” suara Tan Yan terdengar datar.
An Ran tertegun. “Hanya demi bisa menemani Qianqian, membawanya ke tempat yang dia mau, kau rela meninggalkan kariermu sendiri?”
“Bagi aku, karier tidak pernah menjadi yang terpenting... Jika bukan karena kebaikan orang tua angkat, posisi Direktur Utama Grup Bisnis Keluarga Tan ini takkan pernah kududuki... Kini, bisnis Tan sudah kembali ke jalur yang benar, akhirnya aku bisa melepaskan beban ini dan melakukan hal yang lebih kuinginkan...”
Saat mengatakan ini, bola mata Tan Yan terperangkap dalam pusaran emosi yang kompleks. An Ran menangkap, ini adalah bentuk cinta yang mendalam.
Dada An Ran tiba-tiba terasa seperti dihalangi sesuatu, sakit sekali.
Akhirnya dia mengerti, hati Tan Yan sejak lama telah ditempati oleh Qin Qian...
Mungkin awalnya perasaan Tan Yan pada Qianqian bukan cinta, hanya rasa bersalah...
Tapi bahkan Tan Yan sendiri tak tahu sejak kapan, hatinya tak lagi bisa memuat perempuan lain...
Tak lagi berkhayal, tak lagi bernostalgia, tak lagi terluka, An Ran menutup mata.
Suara dingin Tan Yan kembali terdengar, "Tentu saja kau bisa menolak, dan aku tak akan mengejar urusan masa lalu."
Lama sekali, An Ran baru membuka mata, memandangi Tan Yan dengan tatapan penuh makna, berkata serius, "Aku setuju."
Garis tegang di wajah Tan Yan melunak, suaranya mulai hangat, "Aku tak mau memaksamu, karena begitu kau duduk di posisi Direktur Utama Grup Tan ini, itu berarti kau akan kehilangan banyak kebebasan."
An Ran menggeleng, berkata perlahan, "Dengan cara seperti ini, aku rela menebus dosa atas perbuatanku di masa lalu."
“Kalau begitu aku akan menandatangani perjanjian denganmu. Tentu saja perjanjian ini hanya untuk melindungi keuntunganmu. Jika kau merasa lelah, kau bisa meneleponku kapan saja.” Di mata Tan Yan telah terpancar kekaguman akan masa depan.
An Ran menatap kosong ke arah Tan Yan yang seolah memiliki bintang-bintang berkilauan di matanya. Hatinya telah kehilangan kehangatan yang dulu.
Hingga saat ini, dia masih sangat mencintai pria di hadapannya. Tapi, pria ini sangat mencintai wanita lain...
An Ran menahan rasa sakit di dada, memaksakan senyuman. “Kalau begitu kudoakan semoga kau dan Qianqian... Bersatu Sampai Akhir.”
Tan Yan mengangkat anggur merah di hadapannya, senyum puas mengembang di bibir. “Aku tak akan lupa menyampaikan doamu untuk kami kepada Qianqian.”
……
Provence.
Bersandar di tepi ranjang, Qin Qian tak berkedip memandangi bayi yang tertidur lelap di sampingnya, wajahnya penuh kasihan.
“Dia sangat menggemaskan.”
Melihat ibu mendekat, dia memuji.
Setelah meletakkan mangkuk bubur di meja samping tempat tidur, Shu Lan tak tahan mendekati ranjang, menatap bayi mungil bagai giok pahatan itu.
“Benar-benar berubah setiap hari! Kemarin belum semenawan hari ini!” kata Shu Lan penuh kasih.
Qin Qian tak kuasa menunduk menciumi wajah anggun bayi itu.
Shu Lan melihat itu sambil tersenyum berkata, "Pantas saja Miao Miao bilang sejak adiknya lahir, mata Mama hanya tertuju pada adik..."
"Ah?" Qin Qian mengangkat kepala, bertanya dengan khawatir, "Benarkah Miao Miao berkata begitu?"
Shu Lan seketika tersenyum, "Jangan tegang, kau sendiri tak paham anakmu? Nanti ia mungkin lebih menyayangi adik ini daripada kau... Tadi ia masih ingin ke rumah sakit menjenguk adik, tapi kusuruh menyelesaikan PR di hotel dulu, makanya tak datang..."
Qin Qian menghela napas, menyandarkan diri di tepi ranjang.
Shu Lan menanyakan dengan penuh perhatian, "Ada apa?"
Qin Qian menjawab, "Aku ingin cepat-cepat pulang dari rumah sakit..."
Shu Lan tak senang, "Kenapa kau selalu bahas urusan pulang ini... Dokter sudah bilang kan? Setidaknya kau harus istirahat di sini dua minggu agar tubuhmu pulih."
Qin Qian menatap Shu Lan dengan serius, tatapannya penuh permohonan. "Aku harus membantu Miao Miao memilih sekolah, agar ia bisa segera mulai belajar. Belakangan ini pelajarannya sudah banyak tertinggal."
"Apa kau benar-benar memutuskan untuk menetap di Provence?" Shu Lan masih terlihat tidak setuju dengan tekad Qin Qian, keningnya berkerut erat.
Qin Qian paham maksim tersirat dalam ucapan Shu Lan, menoleh memandang bayi di sampingnya. "Aku baik-baik saja sekarang. Takkan kusesali keputusan yang sudah kubuat."
"Ah, sudahlah..." Menyadari tak bisa membujuk An Ran, Shu Lan menarik napas dalam-dalam lalu berkata, "Yang penting kau sendiri tak menyesal."
Qin Qian barulah mengangkat kepala, tersenyum manis pada Shu Lan. "Terima kasih, Bu."
Shu Lan membalikkan badan, diam-diam mengusap air mata yang meleleh dari mata, lalu mengangkat mangkuk bubur. "Hari ini bubur iga... sangat menyehatkan, kau harus banyak makan."
"Ya." Qin Qian memutar tubuh, menerima bubur itu.
Di saat yang sama, telinga Qin Qian menangkap dua suara dari koridor——
"Ayah, mawar yang kau pilih untuk Mama cantik sekali... itu juga mawar putih kesukaan Mama!"
"Tentu saja... kalau sampai tak tahu bunga kesukaan mamamu, bagaimana nanti Mama mau kasih Ayah nilai sempurna."
"Wah, Ayah mau Mama kasih nilai seratus ya?"
"Pasti, nanti Ayah punya banyak-banyak waktu untuk menyenangkan mamamu, pasti bisa dapat nilai sempurna..."
……
Qin Qian mengira pendengarannya salah, dia menatap Shu Lan dengan bingung. "Bu... Ini..." Suara Tan Yan ini?
Dia tak berani mengucapkannya, takut salah dengar.
Shu Lan juga membeku di tempat, tak percaya dengan apa yang terjadi.
Namun di detik berikutnya——Tan Yan sudah menuntun tangan Miao Miao muncul di pintu kamar pasien.
