“Tapi hubungan itu sudah terjadi. Kau tak bisa menghindar sekarang.” Qin Qian berkata tenang. Yin Yixin menarik napas dalam, lalu menghembuskannya lelah, “Nona Mu juga pernah bilang seperti ini… Tapi aku merasa kami bagai awan dan tanah. Pada akhirnya kami akan kembali ke posisi paralel tanpa persinggungan. Daripada menyia-nyiakan waktu untuk hal yang tak berujung,
lebih baik menarik diri sejak awal.”
“Pandanganmu jernih, tapi bagaimana bisa tahu tanpa mencoba?” Qin Qian membalas bertanya.
Yin Yixin menatap mata Qin Qian, menjawab dengan tenang dan tulus, “Aku tak mau mencoba. Karena hasilnya mungkin tak sanggup kutanggung…”
“Apakah kau takut...” Qin Qian sudah menebak isi hati Yin Yixin. Yin Yixin memandang ke arah lain, tenggelam dalam pikirannya sendiri, berkata lembut namun penuh makna, “Jujur saja, Direktur Mu yang tampan, kaya, dan beraura luar biasa memang penuh pesona... Jika aku bisa menjalin kisah cinta indah dengan sosok ini, tentu itu keberuntunganku. Tapi jika hubungan kami hanya sekadar singkat
lalu akhirnya kembali ke status orang asing, lebih baik aku tak pernah berurusan dengannya...”
“Kupikir kau berkata begitu karena tahu ada seseorang dalam hati Direktur Mu. Tapi harusnya kau juga tahu, itu sudah berlalu! Mungkin dia sudah melepaskannya!” kata Qin Qian dengan serius. Yin Yixin menyungging senyuman tipis. “Qianqian, sebenarnya aku tak tahu ada seseorang di hatinya. Hanya saja, melihatnya masih lajang sampai sekarang, pasti ada penyebabnya... Jadi tak perlu aku ikut campur dalam keruhnya urusannya... Benar, statusnya memang didambakan orang biasa, tapi aku tak
tertarik.”
“Aku belum pernah melihat gadis yang bisa memandang setiap urusan sejernih dirimu... Yixin, pantas saja Xiao Ying bilang dia menyukaimu. Karena kau memang gadis yang sangat jujur dan tulus.” Qin Qian sungguh kagum.
Yin Yixin tetap menjaga senyuman lembutnya. “Jadi, aku benar-benar tak mau berurusan dengannya. Karena aku tak ingin memasuki dunianya... Hal yang sudah terjadi biarlah menjadi insiden kecil dalam hidupku, perlahan akan dilupakan.”
"Bagaimanapun, aku menghormati keputusanmu." Qin Qian berkata dengan tenang, "Kalau memang kau tak mau, Direktur Mu juga tak bisa memaksa."
Yin Yi Xin mengangguk, wajahnya merekah ekspresi syukur. "Jadi mohon Qianqian menampungku sementara, karena sungguh tak tahu harus bersembunyi di mana. Jika aku keluar dari Kota C, Direktur Mu pasti langsung membongkar."
Qin Qian mengangguk, "Tenang saja, Direktur Mu takkan menyangka kau di sini. Meski ia tahu, aku takkan menyerahkanmu."
"Benar-benar tak tahu bagaimana membalas budi kalian dan Xiao Ying... Hanya bisa mengucapkan 'terima kasih' di sini." Suara Yin Yi Xin sedikit serak, menunjukkan perasaan aslinya.
Qin Qian tersenyum. "Kau bisa tenang tinggal di sini..."
"Ya, maaf mengganggu." Yin Yi Xin mengucap syukur.
Tiba-tiba, Tan Yan masuk dari luar.
Melihat Tan Yan, Yin Yi Xin segera bersopan bangkit dari sofa, memanggil dengan hormat, "Direktur Tan."
Tan Yan dengan ekspresi lembut berkata, "Nona Yin tak perlu sungkan."
"Graaah! Aku masih ada urusan, akan kembali ke kamar dulu... Silakan bicara." Menyadari tak pantas jadi lampu neon, Yin Yi Xin segera berkata.
Tan Yan mengangguk. "Jika ada kebutuhan, beri tahu kepala rumah tangga."
"Terima kasih Direktur Tan, pasti." Setelah berkata demikian, Yin Yi Xin tersenyum lembut lalu pergi meninggalkan ruang tamu kecil.
Barulah Qin Qian bertanya lembut pada orang di sampingnya, "Kau sudah kembali dari perusahaan?"
Tan Yan meletakkan tangannya di pinggang Qin Qian yang sudah pulih ramping, memandang bayi dalam gendongan di pangkuannya. "Aku sekarang hanya ingin menemanimu dan anak setiap hari."
Qin Qian melotot kesal padanya. "Aku dan anak baik-baik saja, tak perlu kau menemani setiap saat."
Sorot mata Tan Yan beralih dari wajah polos bayi itu ke arah Qin Qian. "Aku tahu menampung Yi Xin hanya alasanmu untuk menghindari ajakan berkeliling dunia bersamaku..."
Qin Qian berbalik meletakkan bayi itu perlahan di keranjang tidur, lalu merangkul leher Tan Yan. "Yan, aku tahu kau tak suka berkeliling dunia..."
Tan Yan merangkul pinggul Qin Qian. "Tak suka bukan berarti tak bisa kubah... Ingat, untukmu aku rela melakukan apapun." "Aku tahu, tapi jangan kau ubah dirimu. Cukup katakan 'Aku mencintaimu' setiap pulang!" Memang Qin Qian mudah puas,
semua yang diucapkannya kini adalah isi hati paling jujur.
"Bodoh... 'Aku mencintaimu' semudah itu. Bisa kukatakan seribu kali di telingamu." Tan Yan membelai rambut hitamnya yang lembut penuh kasih.
Qin Qian merajuk. "Katakan sekarang, aku ingin mendengarnya..."
Mata Tan Yan memancarkan kerinduan. "Aku mencintaimu, Qianqian."
Qin Qian menahan sesak di lehernya, mengikuti, "Aku juga mencintaimu."
Tan Yan penuh kasih merangkul Qin Qian, mencium dahinya. "Bagaimana kalau kita buat perjanjian..."
"Perjanjian apa?" Qin Qian nakal memain-mainkan dasi Tan Yan.
Tan Yan menatap dalam-dalam ke arah sosok dalam pelukannya. "Kita harus berkeliling dunia, waktunya kau yang tentukan... Saat itu, apapun yang sedang kulakukan, akan kutinggalkan untuk menemanimu."
Qin Qian segera mengulurkan kelingking, membuat gerakan janji. "Kalau begitu kita sepakat!"
"Ya, sepakat." Tan Yan mengaitkan kelingkingnya, tatapannya penuh kerinduan pada Qin Qian.
Qin Qian tersenyum bersandar di dada Tan Yan, memeluknya erat-erat.
……
Yin Yixin yang berdiri di pintu menyaksikan adegan ini, matanya dipenuhi kedengkian. Baginya, cinta paling sempurna di dunia mungkin seperti inilah.
Kembali ke kamar, Yin Yixin teringat sudah beberapa hari tidak menelepon ibunya. Ia menggunakan kartu prabayar sekali pakai yang baru dibeli——kartu SIM anti pelacakan alamat IP——untuk menghubungi sang ibu.
Telepon diangkat seketika. "Anakku." Ibu Yin ternyata sudah tahu siapa penelponnya.
Yin Yixin terkejut, "Ibu, bagaimana Ibu tahu ini aku..." Seharusnya nomor baru ini tidak mungkin diketahui ibunya.
“Karena...” Ibu Yin tiba-tiba berhenti melanjutkan.
"Ya? Ibu... Kenapa kau plin-plan..." Yin Yixin bertanya dengan khawatir.
Ibu Yin kemudian berkata, "Karena Ibu tahu sekarang kau tidak bisa menggunakan kartu lama untuk menelepon Ibu."
"Ibu... Bagaimana Ibu bisa tahu?" Yin Yixin semakin terkejut. Ibu Yin menjawab, "Direktur Mu sekarang ada di rumah kita."
