“Sebaik itu?” Mata gelap Mu Yifeng menyiratkan kelicikan. “Pasti ada syaratnya?”
“Berbicara dengan Direktur Mu memang mudah…” Yin Yixin terkekeh.
Mu Yifeng melengkungkan bibirnya, “Katakan, berapa uang yang kau mau?”
Ekspresi Yin Yixin terkejut, lalu berkata penuh kekaguman, “Kau... pantas dijuluki Direktur Utama Mu!”
Mu Yifeng hanya tersenyum tanpa kata.
Sejak saat dia mengajukan transaksi itu, dia sudah menebak maksudnya...
Dia gadis berprinsip, tapi penyuka materi tulen.
“Kalau begitu saya tak akan berbelit-belit!” Yin Yixin tersipu malu.
“Ya, langsung saja!” Nada sabar Mu Yifeng.
Yin Yixin seketika mengarahkan tatapan bertanya pada Mu Yifeng, dengan kelembutan ia berkata, "Itu... tiga puluh juta... bagi Direktur Mu mungkin cuma sehelai bulu sapi ya?"
Mu Yifeng berpura-pura merenung sejenak, lalu berujar, "Maksudmu... kalau aku memberimu tiga puluh juta, kau bisa menjamin setelah pernikahan kita batal, reputasiku tak akan dicela dunia atau kaum keluarga?"
Yin Yixin mengacungkan ibu jari ke arah Mu Yifeng. "Sebenarnya reputasi bagi kami orang miskin tak ada artinya... Uang-lah yang paling penting."
Mu Yifeng mengangguk setuju, namun alisnya berkerut, "Tapi meski kau dapat tiga puluh juta, jangan sampai kau bersikap sombong di hadapan Xu Lin."
Yin Yixin segera menjawab, "Yang kumau bukan balas dendam, hanya kestabilan hidup untukku dan Mama."
Mu Yifeng menatapnya dalam-dalam, kali ini diam seribu bahasa. Pupil mata Yin Yixin yang tadi berkilau bagai bintang gemilang, kini tiba-tiba suram. Dengan suara lirih ia berbisik, "Dengan tiga puluh juta, aku bisa bawa Mama imigrasi ke luar negeri. Tak akan lagi ditindas Xu Lin,"
"Dan tak perlu lagi bertemu orang yang tak ingin kulihat."
Rupanya keserakahannya akan uang semata-mata demi sang ibu.
Harus diakui, ia gadis yang berbakti.
Baiklah...
Gadis baik seperti ini tak pantas dikorbankan seumur hidupnya.
Nanti, pasti ada pria yang layak menikahinya, merawatnya sepanjang hayat.
“Kau yakin mau melakukan transaksi ini denganku?” Mu Yifeng bertanya dengan khidmat.
Ia tak lagi bercanda dengannya, menghormati pilihannya. Yi Xin jelas sudah merenung dalam-dalam, mengangguk serius lalu berkata tenang, “Aku tahu Direktur Mu tidak punya rencana untuk terjun dalam hubungan asmara, sementara aku juga tidak punya kepercayaan diri bisa menyentuh hatimu di kemudian hari. Jadi, kembali menjadi orang asing seperti semula adalah keputusan terbaik... Hanya saja, kondisi sulitku saat ini membutuhkan bantuanmu. Karena itu aku mengajukan transaksi tiga puluh juta ini. Tapi melihat aku sudah membantumu dua kali, sekaligus merusak reputasiku sendiri untuk memuluskan jalan muliamu, menurutku
tiga puluh juta ini sangat pantas Direktur Mu keluarkan.”
“Tiga puluh juta memang bukan apa-apa bagiku... Tapi begitu aku memberimu uang, aku tidak mau kau ingkar janji.” Mu Yifeng dengan waspada mengingatkan.
Yi Xin memandang Mu Yifeng dengan tulus, berkata sungguh-sungguh, “Direktur Mu, begitu aku menerima uangmu, aku pasti akan memenuhi komitmen. Jika Direktur tidak percaya, kita bisa menandatangani kontrak secara rahasia.”
Mu Yifeng menjawab dengan tenang, “Kalau begitu besok akan kujadwalkan konferensi pers. Persiapkan baik-baik ucapanmu!”
Wajah Yi Xin berseri-seri, “Artinya, Direktur Mu menyetujui?” Mu Yifeng berkata datar, “Aku tahu sebelumnya aku membuatmu kesulitan. Jadi dalam pernikahan yang rencananya akan kita bangun ini, sebenarnya aku ingin memperlakukanmu seperti adik. Tapi karena kau aktif mengajukan saran ini, dan kau sendiri tidak merasa ini sebagai penderitaan,
Aku tak punya alasan untuk menolak.”
“Bagus, Direktur Mu memang Bicara Cepat.” Kata Yin Yixin dengan nada kagum.
Mu Yifeng segera mengeluarkan buku cek tadi, menulis angka dan tanda tangan, lalu menyobeknya dengan lancar dan menyerahkannya ke Yin Yixin.
Yin Yixin terkejut melihatnya, bertanya dengan suara heran, "Kau... kau langsung memberiku cek sekarang?"
Kilau licik muncul di dalam mata Mu Yifeng, ia berkata datar, "Kau pikir jika kau mengambil cek tapi tidak memenuhi syarat, aku akan mengampunimu?"
"Graaah..."
Yin Yixin teringat para penghadang yang menyelamatkannya hari itu mungkin anak buah Mu Yifeng. Dengan manis ia tersenyum, "Direktur Mu, percayalah pada metode hamba."
Mu Yifeng yang sudah menebak semua pikiran Yin Yixin, menarik bibirnya, "Keluar..."
"Baik, Direktur Mu." Yin Yixin buru-buru menyimpan cek ke saku, "Hamba Yin Yixin mendoakan Direktur Mu di masa depan... Graaah... tetap dihormati masyarakat, dan panjang umur."
Mu Yifeng menggelengkan kepala sambil tertawa kecil. "Cukup, keluar!"
Dengan wajah puas seperti tikus dapat gula, Yin Yixin kabur dari ruang kerja secepat kilat.
……
Kembali ke kamarnya, Yin Yixin bersandar di pintu sambil tak sabar mengamati dua lembar cek itu.
Ia memandangi tanda tangan berbahasa Prancis Mu Yifeng di cek. Harus diakui, tulisan pulpen pria itu bak awan mengalir, rapi dan elegan meski ia tak paham bahasa Prancis.
Hanya tidak tahu apakah tanda tangan kecil ini benar-benar bisa menukar begitu banyak uang dari bank?
Tapi Mu Yifeng seharusnya tidak akan menipunya... Tidak ada alasan baginya untuk menipu!
Apalagi, dia yakin dalam hati ia juga tidak ingin memiliki pernikahan ini.
Namun, gelar "Nyonya Direktur Mu" yang didamba banyak orang ini hilang begitu saja darinya, hatinya masih merasakan gejolak yang besar...
Ah...
Hanya bisa menyalahkan dirinya yang terlalu jujur, meski bisa menundukkan kepala demi Lima Dou beras, tapi tak mau kehilangan prinsip.
Mungkin setelah menikah dengan Mu Yifeng, dia dan Ibu bisa hidup di kalangan atas, tapi ini bukan masa depan yang diinginkannya, apalagi hidup yang diharapkannya...
Harapannya di masa depan adalah bertemu seseorang yang benar-benar mencintainya, meski tak kaya, asal bisa hidup sederhana dan nyaman bersamanya, itu sudah cukup.
Tok, tok——
Suara ketukan tiba-tiba terdengar, membuat Yi Xin yang sedang larut dalam pikiran langsung kaget, lalu buru-buru membuka pintu kamar.
Yang datang adalah kepala rumah tangga dengan ekspresi wajah penuh duka nestapa.
Yi Xin mempersilakan kepala rumah tangga masuk ke kamar, bertanya dengan rileks, "Apa yang terjadi, Pak?"
Sang kepala rumah tangga menatapnya dalam-dalam, lama sekali, baru berkata perlahan, "Nona Yin, percakapan Anda dengan Direktur Mu di ruang kerja... saya dengar semua dari luar tadi..."
"Graaah... Kau pikir aku ini sok elite, ya?" Yi Xin merasa malu.
Kepala rumah tangga langsung menggelengkan kepala, berkata dengan serius, "Nona Yin bisa mengajukan saran seperti itu kepada Direktur Mu, justru membuktikan Nona bukan orang yang sok elite."
Yin Yi Xin agak tersipu oleh pujian kepala rumah tangga, merapikan poni, canggung menjawab, "Aku tak sesuci itu, cuma tak mau memaksakan orang lain saja!" Kepala rumah tangga seketika terbelalak, nada suaranya berbinar, "Jadi maksud Nona... Nona bukan tidak menyukai Direktur Mu, hanya merasa Direktur tidak mencintai Nona, kan?"
