Melihat anak perempuannya memiliki kebahagiaan yang dahulu didambakannya namun tak tercapai, Ye Meiyan tak bisa menahan haru di hatinya, orbit matanya berkaca-kaca.
“Ye Meiyan, kau pikir dengan anakmu menikahi Mu Yifeng, mulai saat ini kau bisa menginjak-injakku?”
Suara yang tiba-tiba masuk ke telinga ini membuat Ye Meiyan menyeka air mata di matanya, wajah prianya langsung berubah dingin.
“Yoh, dulu kau tak berani bersikap sombong mengabaikan aku seperti ini. Tampaknya memang karena anakmu menikahi Mu Yifeng, membuatmu mulai menjadi angkuh dan puas diri!” Xu Lin menyindir sinis yang tercecer, namun wajahnya tetap mempertahankan senyuman anggun.
Ye Meiyan tidak menoleh ke arah Xu Lin, langsung berkata dengan suara dingin, "Aku danmu bukan sejenis. Aku takkan menyalahgunakan kekuatan untuk menindas yang lemah. Tapi jika sekarang ada yang nekat bagai telur menabrak batu, jangan salahkan aku kalau tak segan!"
"Heh…" Xu Lin menyeringai dingin. "Ye Meiyan, kau benar-benar tak boleh sesombong ini. Ada satu hal yang mungkin belum kau sadari…"
Ye Meiyan tak ingin melanjutkan mendengarkan Xu Lin, bangkit dari kursinya.
Melihat itu, Xu Lin segera menarik tangan Ye Meiyan, tersenyum tenang, "Kenapa, takut mendengar beberapa fakta kejam?"
Baru kemudian Ye Meiyan dengan dingin memandang Xu Lin, berkata demikian, "Sepertinya aku perlu memberi tahu menantu laki-laki, kau tak pantas muncul di pernikahan ini." Xu Lin tertawa panjang sebentar, lalu mata phoenixnya yang membujuk memandang sinis ke Ye Meiyan, berbisik halus, "Panggilan 'menantu laki-laki'-mu terdengar sangat puas diri… Tapi Ye Meiyan, mungkin kau belum tahu? Anakmu telah menipumu, karena kemampuannya menikahi Mu Yifeng hanyalah karena Mu Yifeng membutuhkan pernikahan ini, bukan karena Mu Yifeng jatuh cinta padanya… Dan lagi, tak lama lagi Mu Yifeng akan bercerai dengan anakmu. Jadi, sekarang kau sebaiknya berdoa Mu Yifeng dan anakmu
“Saat perceraian akan ada santunan untuk anakmu, jika tidak, kalian berdua ibu dan anak selamanya akan kuinjak-injak!” Ye Meiyan tersenyum lembut seolah tak menghiraukan ucapan Xu Lin, “Xu Lin, setelah bertahun-tahun akhirnya kulihat wajah kedengkianmu... Apa kau kesakitan sekarang, setiap helaan napas dada terasa sakit? Kau membenci
tapi tak bisa lagi menampar wajahku seperti dulu, tapi kau tak berani... Bahkan keberanian mengangkat tangan pun tak kau miliki sekarang. Kau hanya bisa melampiaskan amarah lewat kata-kata, sementara di hati terus khawatir apakah aku akan mengadu pada anakku di detik berikutnya.”
“Kau...” Xu Lin gemetar menahan amarah, namun di tengah keramaian tamu undangan pernikahan, ia terpaksa mempertahankan senyuman tegang.
Ye Meiyan tetap tenang melanjutkan, “Terakhir kuperingatkan, jangan muncul lagi dengan wajah menggeram di hadapanku. Jika tidak, bukan hanya dirimu, anak-anakmu pun akan kena getahnya.”
“Ye Meiyan!” Xu Lin mengatupkan gigi.
Ye Meiyan berbalik lalu duduk kembali di kursinya, pandangannya tenang mengikuti gerak anaknya yang sedang menemani menantu bersulang dengan tamu.
Xu Lin melototi Ye Meiyan, dada penuh api kemarahan. Saat sorot matanya menangkap Yin Yixin yang sedang menoleh ke arah sini, ia mencengkeram tas tangannya erat-erat sebelum pergi dengan wajah dingin.
……
Yin Yixin berusaha melepaskan tangan Mu Yifeng yang melingkari pinggangnya, namun justru ditarik lebih erat ke dalam pelukan.
Dia memandapati Mu Yifeng dengan kebingungan, alisnya berkerut, "Ini apa maksudmu?"
Mu Yifeng tersenyum, tapi matanya memancarkan kilatan tajam. "Kau mau melakukan apa?"
Yin Yixin melaporkan sejujurnya, "Kau pasti melihat Xu Lin tadi mencari masalah dengan Mama!"
"Dia sudah pergi sekarang," kata Mu Yifeng.
Wajah Yin Yixin mendadak dingin. "Tapi aku ingin tahu apa yang dia katakan pada Mama... Kalau dia terus menindas Mama, aku takkan membiarkannya!"
Sejak memutuskan menikah dengan Mu Yifeng, dia sudah bersumpah dalam hati takkan membiarkan siapa pun menyakiti ibunya lagi.
"Aku takkan menghalangi keinginanmu, tapi sekarang saat jamuan bisnis, kau harus tetap di sampingku dan menemani aku menjamu tamu penting." Tatapan tegas Mu Yifeng mengingatkan.
"Ekspresi Mama terlihat tidak baik. Pasti ada sesuatu yang Xu Lin katakan sampai membuatnya terprovokasi." Sorot mata Yin Yixin memohon.
Tangan Mu Yifeng masih mengikat erat pinggang ramping Yin Yixin, suaranya dingin, "Sudah kuingatkan, sejak menjadi Nyonya Direktur Mu, penuhilah kewajibanmu dengan baik."
"Baru sekarang aku sadar, kau benar-benar tak punya kemanusiaan!" Ucapan Yin Yixin meluncur tanpa kendali karena emosi.
Mata hitam Mu Yifeng berkilau dingin, "Ingat baik-baik ucapanku!"
Yin Yixin memalingkan muka, tak memberi respons lagi.
Pada saat ini, Mu Xuji mendekati mereka. “Kakak ipar, ada apa? Kakakku membuatmu marah?”
Terkejut mendengar suara Mu Xuji, Yin Yixin membeku. Saat menoleh, barulah ia menyadari kepala rumah tangga dan Mu Xuji yang digambarkan Mo Xin sebagai orang yang licik dan dalam ternyata memiliki wajah muda dan tampan.
Ya, Mu Xuji sama sekali tidak terlihat seperti playboy. Ia mengenakan setelan santai dengan desain minimalis, beraura elegan, berkacamata, menunjukkan kesan terpelajar dan gentleman.
“Xuji, tadi bilang tidak melihatmu... Kau benar-benar datang terlambat!” Mu Yifeng berbicara dengan lembut.
Mu Xuji meminta maaf, “Maaf, Kak... Aku baru turun dari pesawat dan bergegas ke sini, tapi tetap ketinggalan upacara pernikahanmu dan kakak ipar...”
“Yang penting kau sudah datang... Aku khawatir kau masih marah padaku.” Mu Yifeng mengulurkan tangan menyandarkan bahu Mu Xuji, menunjukkan ikatan persaudaraan. Mu Xuji juga menyandarkan bahu Mu Yifeng, berkata serius, “Saat Ibu menelepon, aku sedang dalam penerbangan. Baru setelah turun pesawat aku tahu urusan Ayah... Aku memang marah, tapi bukan pada Kakak.”
“Aku marah pada Ayah... Aku tak mengerti, Kakak sudah mengelola Grup Mu dengan baik, apa lagi yang tidak memuaskan Ayah... Dia benar-benar pikun!”
“Sudahlah, urusan Paman akan kita bahas lagi nanti di perusahaan… Hari ini adalah hari bahagiaku, kita bersaudara baik-baik minum bersama.” Setelah berkata demikian, Mu Yifeng langsung mengambil segelas sampanye dari nampan pelayan dan bersulang dengan Mu Xuji.
“Aku berdoa Kakak dan Kakak Ipar tetap saling mencintai dan bersatu selamanya.” Mu Xuji mengucapkan dengan nada bicara penuh kesungguhan.
Saat ini, wajah Yin Yixin sudah menampilkan senyuman elegan, bekerja sama dengan Mu Yifeng, berbisik lembut, “Terima kasih, Xu Ji.”
Mu Xuji menatap dalam-dalam Yin Yixin dari kejauhan, kemudian menghabiskan anggur merah di gelasnya sekali teguk.
Yin Yixin yang tidak kuat minum, baru saja menemani Mu Yifeng menghadiri acara bisnis sudah agak mabuk, kini ditambah sampanye yang masuk ke perutnya, pipinya sudah memerah.
Mu Yifeng mengulurkan tangan membelai lembut pipi Yin Yixin, lalu berkata pada Mu Xuji, “Kakak iparmu tidak kuat minum, aku khawatir kalau terus menemani dia akan mabuk… Tempat ini kuserahkan padamu untuk mewakili, aku akan mengantar dia istirahat sebentar.”
“Tidak masalah, Kak… Aku akan menjaga baik-baik di sini.” Mu Xuji berkomitmen.
Mu Yifeng mengangguk pada Mu Xuji, kemudian memeluk Yin Yixin menuju ruang bunga kaca sementara yang dibangun di samping.
"Belum sampai ke ruang bunga, Yin Yixin sudah mencemooh, "Kau munafik... Saat menghadapi Tuan Mu, matamu bahkan tak berkedip. Baru saja di hadapan Mu Xuji, kau masih berpura-pura merasa bersalah." Mu Yifeng memandang ke depan dengan tatapan datar bagai air tenang, bibir tipisnya berbisik, "Kuingatkan, jangan sampai tertutupi oleh penampilan Mu Xuji. Di masa depan apapun alasannya mendekatimu, kau harus menjaga jarak. Jika dia memanfaatkanmu untuk melawanku, hasilnya pasti tak akan bisa kau tanggung.""
