"Tenang saja, aku takkan pernah mau dimanfaatkan Mu Xuji. Aku sangat paham apa yang harus disiapkan di masa depan." Balas Yin Yixin dengan nada datar.
Mu Yifeng tak melanjutkan percakapan.
Keduanya masuk ke dalam ruang kaca. Karena sedikit pusing, Yin Yixin duduk di sebuah kursi.
Ruang kaca sementara ini dibangun untuk pesta makan malam malam nanti. Saat ini suasana romantis sudah tercipta.
Yin Yixin bisa membayangkan betapa estetisnya tempat ini nanti malam...
"Hei, ide menggelar pesta makan malam di ruang kaca ini, apakah usulanmu?" Tanya Yin Yixin sambil lalu.
Mu Yifeng mengeluarkan ponsel seolah hendak menelepon, tapi tetap menjawab dengan sopan, "Bukan."
"Sudah kuduga... Orang kaku sepertimu mana mungkin punya ide pernikahan romantis seperti ini." Gumam Yin Yixin lirih.
“Ruang kaca bukan ideku, tapi desain internalnya yang kulakukan.” Setelah meninggalkan kalimat ini, Mu Yifeng berjalan ke samping untuk menelepon.
Yin Yixin seketika membeku.
Apa?
Desain interior ini karyanya?
Ini...
Apa tidak salah?
Yin Yixin lalu memandang curiga ke pria berbaju resmi dengan siluet tinggi yang tampan itu.
"Setelah menempatkan Wakil Direktur Xu, aku akan menyempatkan waktu menemui dia." Setelah memberi instruksi pada lawan bicaranya, Mu Yifeng memutuskan sambungan.
Saat menoleh, melihat tatapan Yin Yixin, sudut bibirnya naik sedikit. "Kenapa, tak percaya?"
Yin Yixin melotot kesal ke arah Mu Yifeng. "Memang tak percaya."
Mu Yifeng duduk di samping Yin Yixin. Jelas untuk berakting di depan orang luar, jari-jarinya yang panjang bersih merapikan cadarnya. "Saat kuliah dulu, aku fokus pada hukum dan mengambil desain seni sebagai mata kuliah pilihan."
"Benarkah?" Yin Yixin setengah percaya setengah ragu.
Mu Yifeng tersenyum lembut. "Percaya atau tidak, terserah kau."
Yin Yixin segera menyapu sekeliling ruangan. Semakin tak percaya desain estetis ini hasil karya Mu Yifeng. "Direktur Mu yang sibuk mengurus segudang urusan, mana sempat ikut campur urusan pernikahan? Bukannya kau serahkan semuanya pada Mo Xin?"
Mu Yifeng kembali tersenyum.
Yin Yixin menyeringai. "Apa yang lucu?"
Mu Yifeng menjawab dengan datar, "Sebelumnya aku selalu mengklaim ke publik sedang fokus mempersiapkan pernikahan, tapi tak ada satu detail pun tentang pernikahan yang kuketahui. Saat menghadapi wawancara wartawan, bagaimana mungkin aku bisa menjawab bak awan mengalir?"
Yin Yixin tersadar penuh kekaguman, "Direktur Mu tetap mempertimbangkan segala sesuatunya dengan matang."
Mu Yifeng menarik tipis bibirnya, menerima sepenuhnya pujian dari Yin Yixin.
"Narsis," Yin Yixin tak tahan berkata.
Mu Yifeng tak berkomentar, bertanya, "Bagaimana? Masih pusing?"
Yin Yixin sedikit terkejut, "Darimana kau tahu kepalaku sangat pusing?"
Mu Yifeng menjawab tulus, "Sudah kuselidiki. Kau tak pernah menghadiri jamuan makan maupun ke bar... Yang seperti ini, mana mungkin punya toleransi alkohol yang baik?"
"Oh iya, kau pernah menyelidikiku! Aku sampai lupa!" Mengatupkan gigi memuntahkan kalimat-kalimat ini, Yin Yixin tersulut emosi memalingkan pandangan.
Sebenarnya sejak mengetahui Mu Yifeng muncul di rumah sakit saat ia memeriksakan diri, Yin Yixin sudah menebak bahwa ia selalu menyuruh orang membuntutinya.
Dan untuk membuntuti seseorang, mana mungkin tidak melakukan investigasi terlebih dahulu?
Mu Yifeng sama sekali tak menunjukkan penyesalan, berkata dengan nada datar, "Di posisiku sekarang, kewaspadaan adalah keharusan."
"Aku bisa memahaminya, meski ini membuatku sangat tidak nyaman." Yin Yixin berkata sejujurnya.
Mu Yifeng tak lagi memberikan respons.
“Yi Xin tiba-tiba teringat suatu pertanyaan, ragu di relung hati sebentar, akhirnya berbisik pelan, 'Itu...boleh tanya sesuatu?'”
Mu Yifeng memandangnya dengan lembut. “Bilang.”
“Jika waktu itu di rumah sakit dipastikan aku hamil, apa yang akan kau lakukan?” Bola mata berbinar Yi Xin tak berkedip menatapnya.
Entah mengapa, pertanyaan ini tak pernah terpikir sebelumnya, tapi di 15 menit ini, ia ternyata ingin tahu jawabannya.
“Aku akan menikahimu dan menganggapmu sebagai istri masa depanku.” Mu Yifeng menjawab tanpa keraguan.
Yi Xin sedikit terkejut, tapi tahu jawabannya tulus, ia bertanya lembut lagi, “Mengapa?”
“Aku takkan membiarkan anakku lahir tanpa orang tua.” Suara Mu Yifeng tegas. “Tapi menikahi orang yang tak kau cintai, bukankah menyedihkan? Kau masih punya pilihan lain...kau bisa...meminta aku menggugurkan...” Kalimat terakhir ini terasa kejam di pikirannya sendiri, jadi diucapkannya dengan terbata-bata.
。
“Hal seperti ini takkan pernah mungkin kulakukan.” Mu Yifeng menjawab dengan suara berat.
Yi Xin membeku, lalu teringat fakta bahwa Mu Yifeng kecil tinggal di panti asuhan, ia tiba-tiba mengerti.
Ya...
Pria yang tumbuh tanpa orang tua ini, bagaimana mungkin mengizinkan anaknya juga kehilangan pendampingan orang tua?
Saat ini ia pasti teringat pemandangan masa kecil di panti asuhan, pastilah penuh kepedihan...
“Aku tarik kembali ucapanku tadi yang bilang kau tak berperasaan.” Yin Yixin bergumam.
Mu Yifeng wajah tenang, jelas sudah tidak memendam kalimat makiannya tadi di relung hati. “Sudahlah, kita harus keluar sekarang...”
“Tapi kepalaku benar-benar pusing.” Yin Yixin menarik tangan Mu Yifeng.
Mu Yifeng yang sudah berdiri memandangnya, beberapa detik kemudian berucap lembut, “Selanjutnya kau hanya perlu bertanggung jawab mengikutiku, arak akan kuhalangi untukmu.”
Yin Yixin baru kemudian menghela napas lega, bangkit dengan penurut. “Baiklah...pertimbangkan bahwa tadi kau sudah bicara layaknya manusia...sebagai Yang Mulia aku tak akan menghukum hamba, takkan mempermasalahkanmu yang tadi menghalangiku memberi pelajaran pada Xu Lin.”
Mu Yifeng langsung pergi meninggalkan ruang kaca.
Yin Yixin menarik ekor gaun pengantinnya buru-buru mengejar. “Hei, tunggu aku...”
……
Pesta makan malam pernikahan diadakan di dalam ruang kaca...
Yin Yixin tidak menyangka, keindahan estetis ruang kaca di malam hari jauh melampaui bayangannya di siang hari...
Ruang kaca yang dihiasi baby's breath putih dan hortensia biru muda, di malam hari bagai taman rahasia...
Tamu undangan melintasi area, membuat orang seolah berada di dunia dongeng.
Yin Yixin berdiri di sebuah sudut, dari kejauhan memandangi Mu Yifeng yang sedang berbicara dengan seorang pria tampan, tanpa sadar, terpana.
Tiba-tiba, seseorang melambaikan tangan di depan matanya, baru ia tersentak, melihat orang di hadapannya, wajahnya langsung memerah. “Xiao Ying...”
“Mu Ying menatapnya dengan penuh minat,” sambil berkata, “Katanya tidak suka kakakku… Lihat, kau malah terpaku memandanginya!”
“Graaah! Kau tak tahu 'bunga liar yang mulai membutakan mata'? Aku cuma mengagumi hal yang indah!” Yin Yixin berusaha klarifikasi.
Mu Ying tersenyum halus, “Kau cari-cari alasan… Tapi, kakakku hari ini minum banyak arak, sepertinya malam ini kau harus merawatnya baik-baik!” Yin Yixin yang mengerti maksud Mu Ying, tak ingin berbohong, berkata jujur, “Xiao Ying, kakakmu sudah bilang jelas padaku, dia tidak tertarik padaku.”
