Mu Yifeng tidur di ranjang, Yin Yixin di sofa, semalam mereka hidup damai.
……
Keesokan harinya, Yin Yixin segera mengunjungi Ye Meiyan.
Vila yang disiapkan Mu Yifeng untuk ibunya membuatnya sangat puas.
Meski tak bisa menyaingi Vila Rufeng, ukurannya cukup luas dengan dekorasi elegan.
Lingkungan sekitar vila sepi dan menyejukkan, sayangnya letaknya agak jauh di pinggiran kota.
“Ibu, selama aku ada waktu, aku akan sering datang mengunjungimu.”
Saat ini, ibu dan anak duduk di sofa ruang tamu, Yin Yixin berbakti berkata pada ibunya.
Ye Meiyan menepuk lembut tangan Yin Yixin, dengan kepuasan berkata, “Ibu tahu kau Sayang... Tapi bagi Ibu, selama kau dan Yifeng baik-baik saja, Ibu sudah cukup!”
Yin Yixin dengan nyaman bersandar ke sofa di belakangnya, kembali melirik sekeliling vila ini, berkata, “Sungguh ingin tinggal di sini bersama Ibu... Tinggal di sini sebenarnya lebih bebas dibanding di Vila Rufeng!”
Mendengar itu, Ye Meiyan meninjau ulang Yin Yixin dari kejauhan. “Bagaimana mungkin kau punya keinginan seperti ini?”
Yin Yixin membeku, baru menyadari ucapannya yang terkesan salah, segera mengganti topik sambil tersenyum manis, “Aku kan cuma ingin selalu di dekat Ibu!”
Ekspresi serius Ye Meiyan. “Kalian berdua baru saja menjadi pengantin baru, seharusnya melekat seperti perangko... Ibu tidak perlu kau temani.”
“Oh.” Yin Yixin menarik tangan ibu dengan manis, mengalihkan topik, “Ibu, suka tempat ini?”
“Tentu suka... Seumur hidup ibu belum pernah tinggal di rumah sebaik ini.” Setelah berkata demikian, Ye Meiyan kembali melirik ruang tamu.
“Anakmu sekarang menikahi Mu Yifeng... Nanti kalau ingin makan apa atau beli apa, jangan ditahan-tahan... Paham?” Yin Yixin mengingatkan dengan tulus.
Ye Meiyan mengangguk, dengan lega berkata, “Tahu kau berbakti, Ibu akan jaga diri baik-baik.”
Yin Yixin baru puas, menyandarkan kepala di bahu ibunya. "Ibu, apa yang Xu Lin bicarakan dengan Ibu kemarin? Aku lihat ekspresi wajahmu saat itu tidak baik." Ye Meiyan mengangkat kepala Yin Yixin, memandangnya dengan serius. "Anakku, Xu Lin bilang padaku, pernikahan Yifeng denganmu bukan karena cinta, sebentar lagi Yifeng akan bercerai denganmu... Meski aku tak percaya omongan Xu Lin, tapi entah mengapa, di relung hati selalu ada kegelisahan yang
tersembunyi." "Ibu, Xu Lin hanya iri karena putrimu menikah dengan Mu Yifeng, jadi jangan percaya omongannya... Ibu juga pernah bertemu Mu Yifeng, apakah dia mencintai putrimu atau tidak, mata bijak Ibu pasti bisa menilai." Yin Yixin menjawab
。
"Jangan kau puji-puji Ibu..." Ekspresi Ye Meiyan sangat tegas, sambil berkata, "Yixin, jujur saja, Ibu juga merasa hubunganmu dengan Yifeng agak aneh."
"Maksud Ibu?" Yin Yixin balik bertanya dengan tenang.
"Ambil contoh hari ini... Mengapa Yifeng tidak menemanimu pulang mengunjungi Ibu?" Ye Meiyan bertanya sungguh-sungguh. Yin Yixin mengucapkan jawaban yang sudah dipersiapkannya, "Ibu, sebenarnya pagi tadi Yifeng sudah siap menemaniku pulang, tapi aku tahu ada urusan genting di perusahaan yang harus dia tangani, jadi kusuruh dia ke perusahaan dulu... Nanti saat ada waktu, dia akan
datang mengunjungi Ibu."
Mendengar itu, Ye Meiyan langsung bertanya tegang, "Perusahaan tidak ada masalah kan?"
Yin Yixin menjawab dengan suara lembut, "Ibu tenang saja, perusahaan baik-baik, hanya urusan itu yang perlu Yifeng tangani segera..."
“Ah...” Ye Meiyan menghela napas pelan. "Yifeng yang masih di usia muda sudah memegang kendali perusahaan sebesar ini, memang sulit baginya!"
"Ibu, dia tidak muda lagi!" gumam Yin Yixin pelan.
Ye Meiyan langsung tersenyum, "Kalau menurutmu pria tiga puluhan itu tidak muda lagi, buat apa kau yang baru dua puluhan ini jatuh cinta padanya?"
"Graaah... Ini..." Yin Yixin menyadari dirinya terjebak, lalu memaksakan senyum, "Bercanda sih bercanda, tapi aku tetap suka tipe paman berumur."
"Paman?" Ye Meiyan tak tahan tersenyum lagi. "Kalau Yifeng dengar ini, pasti marah padamu."
"Tidak, dia baik hati." Yin Yixin menggandeng lengan ibunya, berbisik manis.
Tiba-tiba ia ingin melihat reaksi Mu Yifeng saat dipanggil "paman"... "Yixin, Yifeng lebih tua 10 tahun darimu, pasti bisa menyayangimu. Tapi jangan bertindak semaumu, paham? Jangan karena dia memanjakanmu, lalu kau bertingkah seenaknya... Kalian sudah menikah, harus saling mengalah, mengerti?" Ye Meiyan
berbisik lembut.
Yin Yixin mengangguk serius, "Aku tahu."
Tiba-tiba tatapan Ye Meiyan menjadi penuh makna, "Yang terpenting... cepatlah punya anak... Yifeng juga tidak muda lagi, apalagi dari keluarga besar, pasti tekanan di bidang ini sudah sangat berat..."
Anak...
Dia merasa Mu Yifeng sama sekali tidak terburu-buru, jika tidak bagaimana mungkin tidak menikah sampai sekarang...
Jika bukan karena gelombang yang diciptakan Mu Guang di belakang layar, mungkin sampai saat ini ia takkan pernah memiliki hubungan dengan wanita...
Tapi dari kunjungan diam-diam Mu Yifeng ke rumah sakit tempatnya melakukan pemeriksaan sebelumnya, jika dia benar-benar mengandung anaknya, pasti ia akan peduli...
Sayang, mereka takkan memiliki anak.
Karena pernikahan mereka dengan Mu Yifeng, pasti akan berakhir nanti.
Awalnya setelah dibujuk Mu Ying, hatinya sempat berdebar, tapi kata-kata Mu Yifeng bagai siraman air dingin yang memadamkan percikan api kecil di relung hatinya...
Sejak awal dia orang yang punya kesadaran diri, kalau sudah diberi penjelasan sejelas ini, tentu takkan memaksakan hubungan...
Hanya saja tak tahu kapan Mu Yifeng akan memutuskan mengakhiri pernikahan ini. Dia berharap waktu bisa bertahan lebih lama, agar ibu tak khawatir, dan nanti akan lebih mudah menjelaskan pada ibu...
Tapi kondisi saat ini sudah cukup baik.
Setidaknya, dia dan ibu sekarang hidup nyaman dan bebas, tak lagi ditindas siapa pun.
Memikirkan ini, senyuman lembut dan indah terpampang di wajah Yin Yixin, sambil berkata, "Bu, tenang saja. Aku dan Yifeng akan berusaha punya anak... Tunggu kabar baik dari kami!"
Ye Meiyan tersenyum menganga, baru saja mau bicara, tiba-tiba pelayan masuk ke ruangan.
“Ya, Mu Yifeng tidak pelit menyewa dua pelayan untuk merawat kebutuhan harian Ye Meiyan.”
“Nyonya.”
Ye Meiyan masih belum terbiasa dipanggil dengan penuh hormat seperti ini, ekspresinya tersenyum ramah, “Xiao Mo, tidak perlu formal seperti ini... Ada apa?”
Pelayan tetap menjaga sikap hormatnya, “Direktur Mu datang.”
Ye Meiyan merasa senang, langsung bangkit dari sofa. Sementara Yin Yixin terkejut, sama sekali tidak menyangka Mu Yifeng akan datang.
Namun, dalam sedetik Yin Yixin membeku itu, bayangan jangkung dan tegap Mu Yifeng yang tampan sudah muncul dalam pandangan mereka. Wajah Yin Yixin langsung memerah, sambil merasa malu. Karena ia yakin Mu Yifeng yang sedang melangkah mendekat pasti mendengar percakapannya dengan ibu tadi.
