Prancis, Paris.
Meski ini masih negeri asing, bagi Yin Yixin, di mana ada Ibu di situ ada rumah. Maka malam ini, Yin Yixin tidur dengan tenang luar biasa.
Saat sadar, Yin Yixin melihat ibunya sudah duduk di tepi ranjang, memandanginya dengan penuh kelembutan.
Yin Yixin menggosok-gosok bola matanya yang masih berkabut, bertanya, "Ibu, kenapa duduk di sini menatapku?"
Ye Meiyan merekah senyuman ramah. "Aku hanya ingin memandangi anakku dengan baik-baik..."
Yin Yixin perlahan membangunkan kesadarannya, menggenggam tangan ibu. "Ada apa, Bu? Bukankah aku baik-baik saja?"
Ye Meiyan tetap menatap wajah Yin Yixin tanpa berkedip, lama-kelamaan berkata dengan suara tersayat hati, "Kemarin kau menangis, kan?"
Yin Yixin terkejut, seketika terdiam, "Graaah... Ibu..."
Ye Meiyan dengan sabar bertanya, "Semalam saat turun dari pesawat kau terlihat lelah, jadi Ibu tak bertanya... Sekarang bisakah kau ceritakan pada Ibu, karena apa kau menangis?"
"Aku..." Yin Yixin ingin menghindari topik ini, lalu mengalihkan pembicaraan, "Bagaimana Ibu tahu aku menangis?"
Ye Meiyan tersenyum lembut dengan nada penuh kasih, "Kau adalah anakku. Ada kelainan apapun padamu, Ibu pasti bisa mengetahuinya." Yi Xin akhirnya berhenti menyembunyikan, menunjukkan secercah kekecewaan di matanya. Dengan suara pelan ia berkata, "Sebenarnya tidak ada masalah... Sungguh... Hanya saja aku menginginkan sesuatu yang seharusnya tak kudambakan. Kini kuyakin tak mungkin lagi kudapatkan, jadi..."
...hanya kecewa saja."
"Apakah terkait Yifeng?" Ye Meiyan bertanya serius.
"Eh, tidak ada hubungannya dengannya." Yi Xin tak ingin membohongi ibu, tapi juga tak mau sang ibu khawatir.
Namun...
Di relung hati Ye Meiyan sudah ada gambaran. Dengan tenang ia berkata, "Anakku, hubunganmu dengan Yifeng... Apakah tidak sebaik yang kami lihat?"
"Ibu?" Sorot mata Yi Xin menunjukkan keterkejatan, "Apakah kali ini Xu Lin yang mengatakan sesuatu padamu?"
Ye Meiyan mendesah pelan, lalu menasihati dengan sungguh-sungguh, "Kau bisa menebak ke arah itu, berarti memang ada masalah dalam hubungan kalian..."
Yi Xin buru-buru bangkit duduk, menggenggam tangan ibu. "Ibu, jangan percaya omongan Xu Lin... Apapun yang dia katakan, itu hanya kedengkian karena aku menikahi Mu Yifeng. Ia hanya ingin merusak saja!"
"Kalau begitu, katakan padaku... Mengapa kau tiba-tiba pulang saat seharusnya sedang bulan madu di luar negeri dengan Yifeng?" Ye Meiyan bertanya penuh kewaspadaan.
"Ini..." Yi Xin terdiam seketika.
Ye Meiyan memandangi wajah Yin Yixin yang masih menunduk dengan penuh kasihan. "Kau tak pernah pandai berbohong di hadapan Mama, sekarang kau masih mau menipu Mama?" "Tidak…" Yin Yixin segera mengangkat kepala, berusaha menjelaskan, "Mama, urusannya tidak seperti yang Mama bayangkan… Aku dan Mu Yifeng benar-benar baik-baik saja… Aku pulang lebih cepat hanya karena Mama menelepon dan bilang Xu Lin datang ke Prancis, aku khawatir dia akan mencari masalah dengan Mama…"
”
Ye Meiyan menyipitkan matanya. "Yixin, alasan seperti ini, menurutmu bisa menipu Mama?"
Yin Yixin memandangi ekspresi tenang sang ibu, akhirnya tak lagi mencari-cari alasan. Ye Meiyan menggenggam tangan Yin Yixin, menasihati dengan sungguh-sungguh, "Yixin, Xu Lin sebelumnya memberitahuku bahwa kau dan Yifeng akan segera bercerai, kemarin dia datang lagi dan bilang bahwa orang yang disukai Yifeng adalah sekretaris di sisinya, hubungan mereka…"
"...sudah menjadi rahasia umum... Apakah semua ini benar adanya?" "Mama, Xu Lin benar-benar hanya iri dengan status yang kita miliki sekarang, jadi dia berusaha menghina hubunganku dengan Mu Yifeng... Sebenarnya perasaan antara aku dan Mu Yifeng benar-benar baik." Masih menahan diri untuk tidak memberitahu kenyataan pada ibu, Yin Yixin
tersenyum menganyam kebohongan berbudi.
Tak mau, Ye Meiyan malah mendinginkan matanya, menunjukkan ekspresi serius yang hanya muncul di masa kecil Yin Yixin, suaranya berat berkata, "Kau masih menipu Mama?" Merasakan amarah Ibu yang sudah memuncak, Yin Yixin menarik napas dalam, kemudian menutup matanya, dengan suara lesu berkata, "Benar... aku menipu Mama... Sebenarnya hubunganku dengan Mu Yifeng tidak seperti yang kalian lihat di depan umum. Aku dan dia hanya beker
ja sama."
"Hubungan kerja sama?" Ye Meiyan terkejut. Kalimat ini sudah terucap, meski tahu Ibu akan sedih setelah mengetahui seluruh kebenaran, Yin Yixin tak bisa lagi menyembunyikan, berkata sejujurnya, "Sebenarnya pernikahanku dengan Mu Yifeng, dari awal sampai akhir adalah karena Mu Yifeng perlu pernikahan ini. Sementara aku melihat Xu Lin dan mereka-
“Begitu menindas Anda, lalu demi membela kehormatan Anda, aku berjanji menikahi dia.”
“Apa?” Ye Meiyan terkejut bangkit dari ranjang. “Yi Xin, semua yang kau katakan benar?”
Yi Xin tak mau lagi menyembunyikan dari ibu, menarik tangan ibu sambil memohon agar ibu duduk, baru melanjutkan, “Aku tahu Ibu pasti sangat marah mengetahui kenyataan ini, tapi sebenarnya aku ingin menyembunyikannya seumur hidup...”
“Kau benar-benar bodoh!” Ye Meiyan berkedut menopang dahinya, terlihat pusing-pusing.
Yi Xin segera membelai lembut punggung ibu sambil menghibur, “Ibu, jangan marah dulu. Dengarkan aku... Aku akan ceritakan awal dan akhir seluruh kejadian ini dengan detail.”
Wajah pucat Ye Meiyan perlahan mulai membaik, namun ia tetap enggan menghadapi Yi Xin.
Yi Xin terpaksa memeluk Ye Meiyan, perlahan berkata, "Sebenarnya aku dan Mu Yifeng bukanlah kekasih. Pertemuan kami berawal dari saat aku mengajar privat di Rumah Bi..."
"Kalian selama ini ternyata bersekongkol menipuku?" Ye Meiyan melotot pada Yi Xin, menahan amarah yang menggelora di dadanya.
Mata Yi Xin berkaca-kaca, suaranya serak halus, "Maaf, Mama... Sebenarnya ini semua adalah kebohongan berbudi!"
Suara Ye Meiyan bergetar pilu, "Yi Xin, masih ingat nasihat Mama dulu?"
Air mata terkumpul di pelupuk mata Yi Xin, "Aku takkan pernah lupa... Selamanya kuingat pesan Mama: miskin tak berarti kehilangan harga diri."
"Lalu mengapa kau rela menikahi Mu Yifeng demi gengsiku?" Untuk pertama kalinya sejak Yi Xin dewasa, Ye Meiyan membentak. "Kau ingin membuatku mati kesedihan?"
"Mama..." Ye Meiyan melepaskan genggaman Yi Xin, menarik napas dalam untuk meredakan nyeri di dadanya. "Dua hari lalu saat Xu Lin bilang hubunganmu dan Mu Yifeng takkan bertahan sampai tahun depan, bahkan kusemprot dia karena iri..."
"Tapi tak kusangka... Prediksi itu benar-benar akan terbukti!"
“Maaf, Mama...” Yin Yixin turun dari ranjang, perlahan menopang tubuh ibunya yang terhuyung-huyung, suaranya tersekat memohon, "Jangan marah, kondisi Mama belum pulih... Tolong dengarkan penjelasanku dari awal sampai akhir, ya?"
"Sudahlah..." Ye Meiyan menutup matanya dengan pilu, suara parau berkata, "Kenapa kau begitu bodoh? Sudah kukatakan, aku tak butuh apapun, yang kuminta hanyalah kebahagiaan anakku..." "Mama..." Sorot mata Yin Yixin yang penuh air mata memandang ibunya dengan perasaan terdzalimi, suara seraknya bergetar, "Aku ingin membawa Mama menikmati hari-hari baik... Mu Yifeng berjanji, asal aku mau mempertahankan pernikahan dengannya selama setahun, dia akan memberiku tiga ratus juta."
