"Ini..."
"Sudah diputuskan begitu, nanti kau dengarkan aku!" Sebelum Yi Xin selesai bicara, Mu Ying dengan ketegasan telah memotongnya.
Yi Xin ingin menghalangi, namun Mu Ying melanjutkan, "Kecuali kau bilang tak mencintai kakakku, maka aku takkan ikut campur membantumu!"
Yi Xin menutup mata, lama terdiam, akhirnya berkata, "Xiao Ying, aku berterima kasih atas bantuanmu... Tapi kakakmu sudah punya orang yang dicintai."
"Apa?" Mu Ying terkejut. "Kakakku mencintai siapa?"
Dalam pikiran Yi Xin terbayang situasi di Santiago, dia tersenyum getir, suara pedih berkata, "Sekretaris Cen."
"Kau maksud Cen Ruoxin?" Mu Ying shock. "Bagaimana mungkin?!"
"Xiao Ying, ini benar." Sorot mata Yi Xin kehilangan kecerahannya, suara muram berkata, "Ini yang kusaksikan sendiri di Santiago."
"Masakan..." Mu Ying masih tak percaya.
“Yi Xin lagi-lagi tersenyum tipis,”Jika tidak melihat langsung, bagaimana mungkin aku bisa putus asa… Sejujurnya, setelah menemani Kakakmu memperingati ulang tahun kematian kakek buyutmu kali ini, aku akan mengajukan perceraian dengan suamimu, lalu kembali ke posisi dua garis sejajar.”
“Yi Xin…” Mu Ying ingin membujuk banyak hal, tapi saat ini sudah tak tahu harus bagaimana.
Yi Xin tetap menjaga senyuman, berkata tulus,”Kali ini di Santiago, aku juga melihat langsung tekad Cen Ruoxin terhadap suamimu… Tenang saja, mungkin Cen Ruoxin gadis yang punya niat tersembunyi, tapi dia benar-benar mencintai suamimu.”
“Tapi aku tak suci wanita ini.” Mu Ying berkata dengan geram.
Yi Xin menghibur,”Jangan bilang begitu… Lagipula dia orang yang disukai kakakmu, bagaimanapun juga, di masa depan kau harus menghormatinya.”
“Lalu kau benar-benar memutuskan pergi?” Mu Ying bertanya dengan pedih.
Yi Xin tak ragu, mengangguk,”Ya, aku sudah memutuskan.”
“Kakakku benar-benar tak beruntung… Gadis sebaik kau… Masak dia juga tak bisa menghargai.” Mu Ying memuntahkan dengan pasrah.
Yi Xin menarik napas dalam, menahan kepedihan samar di dada, berkata sambil tersenyum,”Sudahlah… Janji, jangan beri tahu suamimu soal ini…”
“Kau tak bisa bilang pamit di depan kakakku, ya?” Mu Ying tepat menebak isi hati Yi Xin.
Yi Xin tak menyangkal, jujur berkata,”Ya, aku takut di hadapannya, aku akan tak tega.”
……
Di saat yang sama, ruang kerja.
Mu Yifeng duduk di meja kerja, keningnya berkerut, dalam kondisi merenung.
Mengapa dia begitu peduli dengan kepergiannya tanpa pamit di San Diego?
Mengapa dia begitu takut kalau-kalau dia pergi tiba-tiba karena melihatnya berhubungan mesra dengan Cen Ruoxin?
Selain itu, mengapa setelah kembali kali ini, ia menyadari dia sepertinya punya pusat permasalahan dan agak berbeda dari sebelumnya, sebenarnya apa yang sedang dipikirkannya sekarang?
Apa sebenarnya yang terjadi padanya?
Sejak dia meninggalkan San Diego, otaknya dipenuhi olehnya?
Apakah dia benar-benar tertarik padanya?
Tapi... apakah dia peduli padanya?
Dia pernah berkata padanya bahwa mereka bagai langit dan bumi, dia pasti tidak akan berkhayal tentangnya...
Tapi saat di San Diego, dia membantu nyawanya tanpa peduli nyawa, apakah ini menunjukkan sebenarnya di relung hati ada perasaan untuknya?
Bagaimana ini?
Bagaimana caranya dia bisa mengetahui isi hatinya?
……
Keesokan harinya.
Pagi-pagi, Mu Yifeng datang ke lantai satu sesuai jadwal biasa, namun menemukan Yi Xin yang biasanya bangun lebih awal tidak ada di restoran atau ruang tamu.
Ia merasa heran, seketika memanggil kepala rumah tangga.
"Yi Xin ke mana?"
Melihat ketergesaan Mu Yifeng, kepala rumah tangga bertanya hati-hati, "Direktur Mu, apakah Anda sedang khawatir tentang Yi Xin?"
Mu Yifeng melirik dingin, mengisyaratkan keseriusannya saat ini.
Barulah kepala rumah tangga kembali ke nada sopan biasa, berkata sungguh-sungguh, "Lapor Direktur Mu, Nyonya sudah berangkat ke New York sejak pagi. Dia bilang akan menunggu Anda di sana!"
"Apa?" Mu Yifeng marah. "Siapa yang mengizinkannya pergi ke New York tanpa izin? Bukankah sudah kusampaikan kalian harus membawanya bersamaku?" Mo Xin yang mendengar kemarahan Mu Yifeng segera masuk dari luar. Dari isyarat mata kepala rumah tangga, ia tahu sang direktur sedang murka. "Direktur Mu, Anda memang tidak pernah mengatakan ingin Nyonya ikut... Jadi pagi tadi sayalah yang mengantar Nyonya ke bandar
udara saat beliau berangkat."
"Kau--!" Mu Yifeng gemetar amarah. "Kerjamu semakin payah!" bentaknya.
Ekspresi tak bersalah Mo Xin beradu dengan sikap tak berani membantah. Ia menundukkan kepala. "Benar, ini kelalaian hamba." Mu Yifeng segera mengeluarkan ponsel dan menghubungi asistennya. Tanpa basa-basi ia memberi perintah, "Batalkan semua rapat hari ini... Aku akan segera ke New York. Jadwal selanjutnya menunggu kepulanganku dari
sana baru diatur."
"Baik."
Usai menutup telepon, Mu Yifeng membentak Mo Xin, "Masih terpaku di sini? Siapkan pesawat pribadi!"
Mo Xin yang bingung sama sekali hanya bisa mengangguk kaku, "Siap, hamba segera menyiapkan."
Kepala rumah tangga yang takut kena getah segera menawarkan diri, "Hamba akan menyiapkan barang bawaan Direktur."
Beruntung Mu Yifeng tidak melampiaskan amarahnya. Dengan menahan geram, ia mengangguk singkat.
……
Saat Mo Xin membantu kepala rumah tangga memasukkan barang ke bagasi mobil, ia berkata dengan nada lesu, "Aku sudah bertahun-tahun mengikuti Direktur Mu, belum pernah sekalipun beliau memarahiku seperti ini."
Kepala rumah tangga justru tersenyum lebar, wajahnya dipenuhi kegembiraan.
Melihat hal itu, Mo Xin berbisik, "Anda tidak kasihan sama aku? Tidak lihat betapa menyayatnya aku dimarahi Direktur Mu hari ini?"
Barulah kepala rumah tangga berkata, "Mo Xin, bukankah kau selalu berharap Direktur Mu dan Yi Xin bisa bersatu?"
Gerakan Mo Xin terhenti sejenak, ia membalas bertanya, "Pak, maksud Bapak... apakah urusan ini sudah ada perkembangan?"
Kepala rumah tangga menepuk lembut kepala Mo Xin sambil tertawa, "Kepala udang... Tidakkah kau sadar sejak kemarin pulang sampai sekarang, Direktur Mu terus mencari-cari Yi Xin?"
Mo Xin merenung sejenak, lalu wajahnya merekah kesadaran, "Pak, jangan-jangan Direktur Mu mulai peduli pada Yi Xin?"
"Lantas kenapa tadi beliau marah? Bukan karena kau ceroboh, tapi karena Yi Xin pergi darinya... Sekarang beliau sangat merindukan kehadirannya." Usai berkata, senyum puas kembali menghias wajah kepala rumah tangga.
"Tapi sebelumnya Bapak bilang... Yi Xin melihat sendiri Direktur Mu berpelukan mesra dengan Cen Ruoxin di San Diego?" tanya Mo Xin ragu-ragu.
Kepala rumah tangga tak tahan lagi menepuk kepala Mo Xin, "Aku lihat kau benar-benar kepala batu... Direktur Mu begitu tegang terhadap Yi Xin, ini menunjukkan situasi yang dilihat Yi Xin di Santiago pasti adalah kesalahpahaman Yi Xin!" "Benarkah? Kepala rumah tangga." Mo Xin merekah ekspresi gugup. "Anda harus tahu, jika Direktur Mu benar-benar jatuh cinta pada Nona Yi Xin, aku dan Tuan Mu Senior juga bisa memberikan penjelasan... Saat itu Tuan Mu Senior mengirimku ke sisi Direktur Mu untuk membantu, tujuan terpenting adalah membuat
Aku memperhatikan gadis baik di sisi Direktur Mu, lalu mempertemukan mereka... Sekarang jika Direktur Mu benar-benar punya hasil dengan Yi Xin, aku bisa bilang sudah tidak mengecewakan tugas!" Kepala rumah tangga mengangguk sambil tersenyum, "Tenang saja... Aku jamin kali ini setelah Direktur Mu dan Yi Xin kembali dari New York, mereka akan manis-manisan."
