Mendengar ucapannya, aku memandang wanita di hadapanku dengan keraguan. Apakah dia masih Fang Ziyan yang kukenal - gadis yang hanya fokus belajar dan jarang bicara?
Tidak, pasti ada yang salah. Tapi entah di bagian mana, aku tak bisa menjelaskannya. Hanya bisa menatapnya diam-diam.
“Sudah, sudah. Ajak aku jalan-jalan keluar vihara. Cuaca bagus begini kalau tidak main sayang sekali, kan?” Fang Ziyan langsung menarik tanganku dan menggandengku keluar dari kebun sayur.
Aku menarik kembali tanganku, batin semakin bingung. Kemarin malam dia telepon bilang mau main ke Qingzhu Guan, kenapa sekarang malah minta keluar?
Perubahannya terlalu drastis!
Memang benar kata pepatah: hati perempuan bagai jarum di dasar laut.
“Shisan, mau ke mana?” Suara Pendeta Qingfeng tiba-tiba terdengar. Dia sudah berdiri di dekat kandang ayam depan kebun sayur.
“Aku... teman sekelasku datang. Rencananya setelah selesai kerja, aku mau ajak dia jalan-jalan.” Jawabku pada Pendeta Qingfeng.
“Siapa sangka setelah mendengar perkataanku, Pendeta Qingfeng sama sekali tidak mempersulitku. Ia mengangguk dan berkata, "Baik, tapi kuil ini tidak ada yang istimewa. Bawa temanmu jalan-jalan keliling, pemandangan Beijiu Shui di sini cukup indah. Keluar dari gerbang kuil, ada gunung dan sungai."
Aku meragukan pendengaranku sendiri. Apakah ini Pendeta Qingfeng yang sama yang dulu bahkan berdebat sampai soal makan?
Ada konspirasi, pasti ada konspirasi!
"Terima kasih, Pendeta. Walau besar di Beijiu Shui, aku belum pernah main ke gunung. Kebetulan sekarang liburan, biarkan Shisan mengajakku jalan-jalan." Fang Ziyan tersenyum pada Pendeta Qingfeng.
"Hmm, seharusnya begitu. Shisan, bawa temanmu ini jalan-jalan. Jangan terlalu jauh." Kata Pendeta Qingfeng sebelum berbalik menuju ruangan dalam.
Kulihat bayangan punggung Pendeta Qingfeng yang pergi. Apa yang terjadi dengannya hari ini? Biasanya tidak segampang ini menyetujui permintaan, malah menyuruhku bermain daripada menyelesaikan pekerjaan.
Mungkin... barangkali... besar kemungkinan dia salah minum obat...
Laki-laki atau perempuan, setiap bulan pasti ada beberapa hari begitu.
"Ayo, ngapain masih melamun di sini? Gurumu sudah mengizinkanmu mengajakku jalan." Fang Ziyan mendesakku.
Dengan enggan, kutinggalkan pekerjaanku. Setelah ganti baju di kamar, aku mengikuti Fang Ziyan keluar kuil menuju Sungai Pasir Putih di depannya.
“Lagipula aku memang ingin pergi keluar bermain. Sudah berhari-hari di Kuil Bambu Hijau ini, setiap hari hanya memberi makan ayam dan bercocok tanam, badan rasanya sudah berjamur. Sesekali jalan-jalan melepas penat, kenapa tidak?”
Setelah keluar dari kuil, Fang Ziyan terlihat sangat antusias. Dia melompat-lompat sambil bercanda, bertemu bunga minta difoto pakai ponsel, bertemu pohon minta difoto, bahkan batu pun harus difoto...
Dalam hati aku mengelus dada, kecanduan wanita ini berfoto tidak kalah dengan kecanduan pria main game.
Tapi aku juga menikmatinya. Bagaimanapun, ditemani gadis cantik menikmati pemandangan memang menyenangkan.
Tanpa terasa, kami sampai di hutan hijau sekitar 5 kilometer dari kuil. Melihat hamparan hijau pegunungan, gemericik sungai kecil, dan kicau serangga, suasana yang tenang dan indah ini benar-benar tempat ideal untuk bertapa. Aku salut dengan Kepala Kuil Qingfeng yang pandai memilih lokasi, kontras sekali dengan hutan beton di kota.
“Shisan, fotoin aku di sini!” Fang Ziyan berdiri di bawah pohon yang besar. Segera kuraih ponsel untuk memotretnya.
Pohon tempat Fang Ziyan berfoto ini sedang mekar sempurna. Rumpun bunga merah seperti bola bulu, harum semerbak, bentuknya unik dan indah.
Berbicara tentang pohon kesumba (Albizia julibrissin), kita harus menyebut daunnya. Daun pohon kesumba ini sangat unik, menguncup saat matahari terbenam dan mekar saat matahari terbit, bentuknya mirip daun putri malu. Bunga dan daunnya eksotis, teduhannya seperti payung.
Selain itu, pohon kesumba memiliki perbedaan yin-yang. Pohon juga memiliki jenis kelamin, aneh bukan?
Begitulah, tanpa terasa waktu sore berlalu. Aku tetap menjaga jarak dengan Fang Ziyan, hanya bertingkah seperti teman sekelas biasa yang jalan-jalan bersama. Meskipun dia cantik, tapi aku kan sudah punya istri.
Harus mempertahankan batasan moral.
Setelah berjalan sebentar lagi, aku melihat jam di ponsel. Sudah pukul setengah tujuh sore. Meski musim panas siang lebih panjang, paling lambat jam setengah delapan pasti sudah gelap. Aku berteriak ke Fang Ziyan yang masih berjalan ke dalam pegunungan: "Hei, teman Fang Ziyan, kita sudah main seharian, bukankah sudah waktunya pulang?"
Siapa sangka Fang Ziyan malah menjawab tanpa menoleh: "Pulang juga tidak ada kerjaan. Temani aku jalan-jalan di gunung ini saja. Aku ingin duduk di puncak gunung melihat bintang malam hari. Selama ini orang-orang selalu bilang, hanya di gunung kita bisa melihat langit malam tercantik."
Setelah mendengar perkataannya, aku tidak bisa tenang. Lelaki dan perempuan berduaan di tempat sepi saat malam hanya untuk melihat bintang? Siapa yang percaya?
Melihat Fang Ziyan yang masih menerobos ke dalam pegunungan, kupikir perempuan ini benar-benar pemberani. Hari hampir gelap masih nekat naik gunung, tidak takut tersesat?
“Aku sadar diri tidak punya kemampuan sehebat Bear Grylls, host acara survival. Jadi, aku memanggil Fang Ziyan yang masih berjalan maju:
"Fang Ziyan, jangan terus naik gunung! Kalau mau lihat bintang, kita turun ke panggung latihan di kuil Tao. Di sana sepi dan tidak ada nyamuk. Malam-malam naik gunung, kalau tersesat tidak bisa pulang, tidak takut ketemu hantu?" Sengaja aku menakut-nakutinya.
Fang Ziyan malah tertawa, menoleh padaku dengan ekspresi mengejek: "Zuo Shisan, baru sekarang kuketahui kau pengecut? Berani tidak temani aku jalan terus?"
Mendengar itu, rasa harga diriku tersentuh. Sebagai pria, dipermalukan wanita? Aku mengatupkan gigi: "Jalan ya jalan! Siapa takut? Nanti jangan nangis kalau ketakutan. Di gunung ini banyak mahluk aneh." Saat hendak menyusul, tiba-tiba tubuh Fang Ziyan oleng. Kucepat menyangga. Saat menyentuh lengannya, hawa dingin menusuk dari tanganku.
"Fang Ziyan, kenapa lenganmu sedingin es? Apa kau sakit?" Tanyaku sambil menatapnya. Sejujurnya, dingin yang terpancar dari tubuhnya membuatku merinding. Bukan sekadar suhu tubuh rendah, tapi seolah tubuhnya sama sekali tak punya kehangatan.
"Ah, aku tidak sakit. Apa kamu belum pernah menyentuh perempuan? Tubuh perempuan semuanya sedingin ini." Fang Ziyan tertegun sejenak, lalu tersenyum padaku.
Mendengar ucapannya ini, aku yakin dia sedang berbohong padaku!
Meski belum pernah menyentuh gadis lain, tapi sejak kecil aku digandeng nenek dan ibuku. Tangan mereka selalu hangat!
Memikirkan ini, tiba-tiba wajah Fang Ziyan yang tersenyum dihadapanku itu terlihat semakin aneh dalam cahaya senja...
"Dring!" Kebetulan HP-ku menerima SMS. Ketika kubuka, kaget bukan main - SMS ini dikirim Fang Ziyan!!
Tangan gemetar membuka pesan: "Zuo Shisan, maaf hari ini aku ikut kakek ke Ershui mancing, jadi belum sempat ke Qingzhu Guan. Besok aku datang bawa ikan hasil tangkapan kakek untukmu dan shifu!"
Membaca SMS ini, kepalaku seperti meledak. Dingin menusuk dari telapak kaki sampai ubun-ubun!
Jika Fang Ziyan pengirim SMS ini tidak pernah menemuiku, lalu siapa "Fang Ziyan" yang bersamaku sepanjang sore ini?!
Memandangi SMS terbaru Fang Ziyan ini, otakku kosong. Rasa takut yang tak pernah kurasakan sebelumnya menyergap.
“Shisan, kamu sedang apa?” Fang Ziyan yang berjalan di depanku menoleh dan memandangiku penuh rasa ingin tahu.
Aku menarik napas dalam beberapa kali, berusaha menenangkan detak jantung yang berdegup kencang. Jangan panik, jangan takut, mungkin Fang Ziyan sengaja mengirimiku pesan ini diam-diam saat aku lengah untuk bercanda dan menakut-nakutiku.
“Kamu lihat apa di hape itu?” Fang Ziyan mendekatiku dan mencoba mengintip isi ponsel. Aku buru-buru mengunci layar dan berkata: "Ti... tidak ada, ba... barusan guru... guruku mengirimi SMS, menyuruhku segera pulang untuk makan..." Suaraku gagap karena rasa takut yang luar biasa saat memandang Fang Ziyan.
Tapi aku sudah memutuskan, apapun "Fang Ziyan" yang ada di hadapanku ini asli atau palsu, aku tidak boleh ikut dia ke gunung untuk melihat bintang. Ini bukan melihat bintang, tapi mempertaruhkan nyawa!
“Bilang saja ke gurumu bahwa kamu sedang menemani teman, pulang agak sore tidak apa-apa.” Sambil berbicara, Fang Ziyan terlihat tidak fokus sambil memandang ke arah matahari terbenam.
Melihat ini, hatiku semakin ketakutan. Siapakah Fang Ziyan ini? Apakah dia hantu yang menyamar sebagai Fang Ziyan untuk memancingku keluar dan memangsaku?
Jangan berpikir macam-macam dulu, lebih baik tanyakan langsung padanya. Setelah tekad ini bulat, aku berusaha menahan rasa takut dan tetap tenang. Dalam situasi seperti ini harus tetap tenang. Aku menatapnya dan bertanya, "Fang Ziyan, PR liburan musim panas yang ditugaskan wali kelas Li Xie, sudah kamu selesaikan?" Masih ada secercah harapan, karena sebelumnya ketika Fang Ziyan datang ke kuil mencariku, Master Qingfeng pernah bertemu dengannya. Jika ada yang tidak beres, pasti Master Qingfeng sudah menyadarinya dan tidak akan mengizinkanku pergi bersamanya.
Fang Ziyan langsung menjawab tanpa berpikir panjang, "Sudah selesai semua. Kenapa? Kamu belum menyelesaikannya?"
Mendengar jawaban Fang Ziyan ini, aku langsung yakin bahwa "Fang Ziyan" yang ada di hadapanku ini bukan teman sekelasku yang asli!
Karena wali kelas kami sama sekali tidak bernama Li Xie! Nama Li Xie itu cuma karanganku.
