Pantas saja sebelumnya saat menyentuh lengannya terasa sangat dingin. Hari ini dia juga bertingkah sangat aneh. Mengingat kembali semua kejadian hari ini, hatiku semakin ciut.
"Shisan, kenapa denganmu?" "Fang Ziyan" menatapku dengan wajah penuh perhatian sambil bertanya. Saat mengucapkan ini, matanya melirik ke arah matahari yang hampir terbenam di belakangku.
Aku menoleh dan melihat matahari tinggal sejengkal lagi di atas puncak gunung jauh di sana. Tak lama lagi akan tenggelam. Apakah "Fang Ziyan" di hadapanku ini benar-benar makhluk halus?
“Apakah dia menunggu sampai setelah matahari terbenam untuk memakanku?” Keringat dingin mengalir di tubuhku saat itu, tanpa sadar aku mundur beberapa langkah, memandang “Fang Ziyan” dengan penuh kewaspadaan sambil bertanya: “Kamu ini siapa? Bukan teman sekelasku Fang Ziyan! Dia baru saja mengirimiku pesan, hari ini dia sama sekali tidak mencariku! Katakan! Kamu siapa?!” Aku berusaha menyembunyikan rasa takutku dengan nada keras.
Ketakutan telah membuatku kehilangan akal sehat, memilih untuk terbuka di saat seperti ini.
“Fang Ziyan” setelah mendengar perkataanku, langsung menatapku dengan ekspresi bingung: “Zuo Shisan, kenapa kamu? Aku ini Fang Ziyan. Kita sudah bersama sepanjang sore, bagaimana bisa kamu tidak mengenaliku? Jangan bercanda seperti ini, aku tidak suka!”
“Berhenti berpura-pura! Sebelumnya aku sudah bertanya, wali kelas kita bukan Li Xie! Kamu bukan Fang Ziyan!” Sambil berbicara, tubuhku terus mundur perlahan, berusaha menjauh dan mencari kesempatan kabur.
Benar saja, “Fang Ziyan” terdiam sejenak setelah mendengar perkataanku, lalu tertawa terbahak-bahak. Suara tawanya mengandung keanehan yang membuat bulu kuduk merinding!
“Hahaha... Rupanya ketahuan juga olehmu. Tapi tidak masalah, hari ini nyawamu tidak akan selamat!” “Fang Ziyan” berbicara dengan nada dingin.
Saat dia berbicara, kulihat sisik hitam mengkilap mulai tumbuh di wajahnya. Aku merasa pernah melihat sisik seperti ini sebelumnya... itu jenis yang tumbuh di tubuh Da Gangge waktu kecil dulu!
“Apakah siluman ular itu datang lagi?”
“Sekarang aku tidak peduli apa pun, berbalik dan lari, menyelamatkan diri adalah yang utama!”
“Aku sekarang hanya menyesal orang tua tidak memberiku dua kaki tambahan!”
“Tepat ketika aku berbalik dan baru berlari beberapa langkah, terdengar suara berisik yang sangat menusuk telinga dari belakang, seolah ada sesuatu yang menetas dari cangkangnya, berderit-derit tanpa henti.”
“Sekarang mana berani aku menengok melihat sumber suara itu, satu-satunya keinginan adalah lari secepatnya, jangan sampai siluman ular itu menyusul.”
“Saat berlari kencang tiba-tiba kakiku tersandung, jalanannya menurun, tubuhku terlempar ke depan dan terjatuh ke tanah!”
“Ketika tubuhku menghantam tanah, aku mengabaikan rasa sakit, langsung bangkit sambil mengerang, tapi kaki kiri terasa sakit menusuk tulang, tidak bisa seimbang lalu terjatuh lagi!”
“Kulihat ke bawah, seluruh kaki kiriku berlumuran darah, tidak tahu seberapa besar luka yang terjadi saat jatuh tadi.”
“Hmph! Puluhan tahun lalu kakekmu membunuh keturunanku, hari ini aku akan putuskan garis keturunannya! Biar dia tahu rasanya!” “Fang Ziyan” mengejar dari belakang, perlahan mendekatiku.
“Sekarang penampilannya sepenuhnya menunjukkan 'bentuk asli' - kepala ular badan manusia, membuatku jijik dan merinding.”
“Jangan mendekat! Aku kasih tahu, istri hantuku An Rushuang akan segera datang menyelamatkanku. Kamu lupa hantu perempuan yang menyuruhmu minggat di kuburan waktu itu? Kalau tidak mau mati, cepat pergi! Sekarang masih ada kesempatan.”
“Wahahaha, aku bahkan tahu siapa yang meneleponmu dan kapan mereka akan mencarimu. Bagaimana mungkin aku tidak tahu kondisi istri hantumu sekarang? Tenang, aku tidak akan menyiksamu. Akan kuhisap darahmu sampai habis, kau punya mata yin-yang, ini benar-benar langka.” Siluman ular itu mengeluarkan lidah merah darah, perlahan mendekatiku.
Meski ketakutan, aku tidak boleh diam saja. Ketika aku mencoba bangkit dan lari, suara familiar terdengar dari belakangku:
“Bangsat! Muridku berani kau ganggu?! Hari ini akan kukuliti ular terkutuk ini sampai kulit dan tulangmu tercabik!!”
Yang berbicara adalah Pendeta Qingfeng!
Selama ini aku mengenalnya, baru kali ini suaranya terdengar begitu indah dan menenangkan!
Tak disangka, siluman ular itu bergerak dan menampakkan wujud aslinya: seekor ular hitam raksasa sepanjang lebih dari 10 meter dengan ketebalan seukuran ember muncul di hadapan kami.
“Sial! Aku salah lihat, siluman ular ini minimal sudah berkultivasi selama 400-500 tahun!!” Setelah mengucapkan itu, Pendeta Qingfeng menatap ular hitam raksasa itu sambil bersikap hormat: “Senior, hamba adalah generasi ke-27 aliran Longhu dari Sekte Maoshan, Qingfeng. Ucapan hamba sebelumnya kurang sopan, mohon maaf. Sebagai sesepur, sudilah mengampuni kesalahan murid-murid ini dan melepaskan kami berdua.” Kalimat terakhir Pendeta Qingfeng ini hampir membuatku muntah darah!
Kenapa aku malah jadi murid orang yang tidak bisa diandalkan seperti ini?!
Ular hitam raksasa itu menggeliatkan tubuh besarnya setelah mendengar perkataan Pendeta Qingfeng, lalu berubah kembali menjadi wujud manusia - seorang wanita dewasa berpinggang ramping dengan wajah genit yang memesona.
“Apakah ini wujud aslinya setelah berubah menjadi manusia?” batinku sambil memperhatikan siluman cacing panjang itu.
Siluman yang telah berubah wujud itu menatap Pendeta Qingfeng dengan sorot mata dingin penuh kebencian: “Jangan kau coba-coba mengintimidasi dewa ini dengan nama Sekte Maoshan! Jika tidak mau mati bersama, cepatlah pergi!”
“Senior, itu tidak mungkin. Dia muridku, aku gurunya. Mana mungkin seorang guru tega melihat muridnya mati? Mohon kebijaksanaan senior, jika tidak memberiku muka, setidaknya berikanlah muka untuk seluruh Sekte Maoshan kami. Anak ini sudah menjadi muridku, berarti dia bagian dari Sekte Maoshan!” kata Pendeta Qingfeng pada siluman itu.
Namun di saat itu, kesadaranku semakin kabur. Suara Pendeta Qingfeng terdengar semakin sayup, kelopak mata mulai terasa semakin berat...
“Hmph! Jangan kira aku tidak tahu! Aku sudah tinggal di pegunungan utara Jiushui selama lebih dari 400 tahun. Apa yang tidak aku ketahui tentang hal-hal di sekitar sini? Kamu pengkhianat yang diusir dari Sekte Maoshan, masih berani mengaku sebagai anggota Sekte Maoshan? Jika benar-benar ingin mati, biar aku yang mengabulkan!!……”
Apa yang terjadi selanjutnya antara guruku Qingfeng Daozhang dan siluman cacing panjang itu, aku tidak tahu. Hanya merasa kepala sangat berat, pandangan gelap, dan kehilangan kesadaran...
Entah berapa lama waktu berlalu, dalam keadaan setengah sadar, aku merasa seperti ada yang mengangkatku dan berlari ke suatu arah...
……
Ketika akhirnya sadar, aku mendapati diri terbaring di kamarku sendiri di Qingzhu Guan. Menggosok mata, memandangi ruangan yang familiar ini, aku merasakan perasaan seolah telah terpisah oleh zaman.
Aku... Aku belum mati? Qingfeng Daozhang menyelamatkanku?
Saat aku duduk di tempat tidur dengan pikiran kacau, suara langkah kaki disertai bunyi pintu yang terbuka masuk ke telinga. Melihat ke arah pintu, ternyata Qingfeng Daozhang masuk sambil membawa mangkuk keramik.
"Sudah bangun?" Qingfeng Daozhang mendekati tempat tidur dan menatapku.
"Shifu yang menyelamatkanku?" Aku bertanya sambil menatap Qingfeng Daozhang.
“Bukan aku siapa lagi? Gurumu sebelumnya pura-pura lemah itu strategi mengulur waktu, serangan mendadak saat lawan lengah, itu taktik biasa. Siluman ular itu mana ada tandingan gurumu? Cepat minum obatnya, sembuh terus bangun kerja, ayam masih nunggu dikasih makan.” Suara Master Qingfeng sambil menyodorkan mangkuk keramik ke tanganku.
Saat kuambil mangkuk itu, tak sengaja kulihat tangan satunya yang terkulai dibalut perban bertumpuk-tumpuk, darah kering berwarna merah gelap merembes di setiap lapisan.
"Shifu, tanganmu...?" Tanyaku pada Master Qingfeng.
Master Qingfeng tersenyum ringan, "Gak apa-apa. Waktu bentrok sama siluman ular itu, cuma kena goresan sedikit." Sikapnya yang santai bikin aku salut.
"Apa...apa siluman cacing panjang itu mati?" Tanyaku setelah menghabiskan obat.
Master Qingfeng menghela nafas, "Ah! Siluman selevel itu mana gampang dibunuh? Tapi kemarin tenaga intinya sudah kuhancurkan, buat sementara dia takkan bisa berulah." Sekarang aku baru paham, kenapa waktu siluman itu menyamar sebagai "Fang Ziyan" dan merangkulku, giok tempat An Rushuang memanas - rupanya dia sudah menyadari. Andai dia masih di sini...
Kerinduanku padanya semakin menjadi.
"Kenapa siluman ular itu bisa berubah jadi teman sekelasku? Suaranya pun persis sama." Kulemparkan pertanyaan yang mengganjal di hati.
“Aku perkirakan siluman ular itu sudah mengikutimu sejak lama, jadi dia sudah menguasai semua orang di sekitarmu. Meskipun yao (siluman) ini bisa berlatih menjadi jing (roh), kebanyakan jarang menyakiti manusia karena mereka memiliki perjanjian dengan sekte Mao Shan kami. Setiap yao yang membunuh orang tak bersalah akan dikejar dan dihukum mati oleh seluruh sekte Mao Shan.” Master Qingfeng menatapku berkata.
“Lalu mengapa siluman cacing panjang itu ingin membunuhku? Apakah dia tidak takir dikejar-kejar sekte Mao Shan kalian?” Aku bertanya pada Master Qingfeng.
“Kamu berbeda dengan orang lain.” Master Qingfeng menatapku berkata.
“Apa bedanya?” Aku bertanya.
“Karena kamu memiliki Yin Yang Yan (mata yin yang).” Master Qingfeng menatapku berkata.
“Apa masalahnya punya Yin Yang Yan? Apakah jika pemilik Yin Yang Yan dibunuh siluman tidak ada yang peduli? Ini jelas diskriminasi!” Aku memprotes pada Master Qingfeng.
“Jika kau dibunuh, pastinya aliran Maoshan akan turun tangan, tapi tetap akan banyak siluman yang nekat datang mencarimu. Aku jelaskan begini: setiap siluman yang menghisap esensimu, kultivasinya akan meningkat drastis, setara dengan latihan puluhan tahun! Jangankan siluman, bahkan manusia kita pun banyak yang membunuh dan merampok demi harta, apalagi mereka?” Qingfeng Daozhang sampai di sini, mencari bangku dan duduk, lalu melanjutkan: “Siluman berbeda dengan hantu. Kultivasi siluman ada dua jenis: Jalan Terang dan Jalan Sesat. Siluman yang kultivasi Jalan Terang, menghisap energi alam dari matahari-bulan, kultivasinya lambat tapi dasar kokoh, tidak berbuat jahat, dan beban batin ringan. Sedangkan siluman Jalan Sesat, ada yang menelan inti sesamanya atau menghisap esensi manusia untuk kultivasi. Meski dasar rapuh dan beban batin berat, kultivasinya sangat cepat, sepuluh kali lipat lebih efisien. Jadi banyak siluman tanpa ketekunan memilih Jalan Sesat. Ular siluman tadi itu termasuk Jalan Sesat.” Qingfeng Daozhang berkata padaku.
Mendengar perkataan Qingfeng Daozhang, aku langsung cemas dengan keadaan diri sendiri. Kalau bertemu siluman yang taat hukum masih mending, tapi jika ketemu siluman Jalan Sesat, aku ibarat ikan di talenan — tinggal menunggu mati.
