Setelah Pendeta Qingfeng selesai berbicara, kepala desa segera mengerahkan beberapa warga untuk pulang mengambil perkakas, bersiap membuka peti batu itu.
"Pendeta, menurutmu apa isi peti batu ini? Jangan-jangan ada jiangshi (mayat hidup)?" Setelah menyuruh beberapa orang pulang ambil alat pembuka peti, kepala desa bertanya dengan wajah khawatir.
"Ada mayat, apa lagi?" Pendeta Qingfeng menginjak puntung rokok yang habis dihisapnya, lalu menoleh ke kerumunan: "Dalam pembukaan peti jenazah, semua perempuan harus minggir."
Mendengar perkataan pendeta, kepala desa segera mengusir pulang segelintir perempuan yang ikut menonton keramaian.
Setelah semua perempuan pergi, Pendeta Qingfeng membersihkan tenggorokannya lalu berseru: "Yang shio babi, anjing, ayam, kuda, kelinci, ular, naga, sapi - semua harus pergi!" Setelah itu separuh orang lagi bubar, menyisakan lima enam orang yang akhirnya ikut pergi bersama kerumunan.
Seketika, di sekitar "Lubang Perut Sapi Mati" itu hanya tersisa aku, Pendeta Qingfeng, kepala desa, dan Zhuangzi.
“Shifu, tadi kau bilang orang yang shio anjing, ayam, kuda, kelinci harus menghindar, maksudmu apa? Apa buka peti mati harus menghindari shio juga?” Aku menatap Guru Qingfeng dan bertanya.
Guru Qingfeng menggelengkan kepala, “Aku sengaja ngawur. Jika peti mati di ‘makam Perut Sapi Mati’ ini dibuka, mayat di dalamnya jika tidak membusuk beresiko tinggi menjadi jiangshi. Kalau sampai jadi jiangshi, orang sebanyak ini nanti kabur pun tidak sempat!” Guru Qingfeng mulai berjalan mengelilingi sarkofag batu dengan langkah rapat penuh kewaspadaan.
Melihat ini, aku penasaran bertanya, “Shifu, sedang apa?”
Guru Qingfeng tidak menjawab. Ia terus mengitari sarkofag langkah demi langkah hingga satu putaran penuh, baru lega dan berkata padaku, “Gurumu baru saja melakukan penjelajahan liang.”
“Penjelajahan liang itu apa?” tanyaku.
“Secara sederhana, penjelajahan liang disebut juga penjelajahan yin. Sulit dijelaskan. Karena keterbatasan IQ-mu, begini saja: Jika aku mengelilingi peti mati ini dalam radius 7 chi dan langkahku melebihi 35, itu pertanda makam terkutuk. Makam ini persis 34 langkah, jadi mayat di dalam seharusnya sudah membusuk normal. Paling-paling cuma hantu yin yang mengganggu. Masalah ini lebih mudah diatasi.” Guru Qingfeng berkata dengan wajah santai.
Aku meragukan perkataan Guru Qingfeng:
“Shifu, jangan ngaco deh. Bukan aku sengaja meragukanmu, ukuran kaki setiap orang kan beda-beda. Kalau pakai kakimu ukur 34 langkah, kalau orang lain mungkin lebih dari 35 langkah, bukankah itu jadi kuburan sial?”
Daozhang Qingfeng tersenyum mendengar ucapanku, lalu menunjuk dekat peti batu sambil berkata: "Kamu bisa coba ikuti jejak kakiku tadi, lihat berapa langkah hasilmu. Kalau bukan 34 langkah, pulang nanti shifu masakinmu makan selama sebulan!" Ekspresinya penuh keyakinan.
Aku sejak lahir memang tidak percaya mistis. Ukuran kaki Daozhang Qingfeng yang besar itu, jauh lebih panjang beberapa nomor dariku. Masa hasil pengukuran pakai kaki beda ukuran bisa sama?
Jadi tanpa pikir panjang, langsung kujalani menuju peti batu itu. Sambil berjalan hati kecilku bersorak, asyik nih! Suruh dia masakin, akhirnya gantian menang!
"Tunggu dulu!" Saat aku hendak mengangkat kaki mengukur, Daozhang Qingfeng menghentikanku.
"Shifu, kan sudah janji, jangan mau mengingkari," kataku menatapnya.
"Bukan mengingkari, cuma mau nambahin syarat. Kalau tepat 34 langkah, kamu harus menyiram air cucian kakiku selama sebulan." Daozhang Qingfeng tersenyum licik.
"Oke lah!" Setelah bolak-balik mikir, tetap saja aku tidak percaya dua pasang kaki berbeda ukuran bisa dapat jumlah langkah sama di jarak yang identik.
Tapi setelah aku mengikuti jejak kaki Daozhang Qingfeng mengelilingi peti batu itu, baru benar-benar paham satu kalimat:
"Idealis itu indah, tapi kenyataan kejam..."
Tidak lebih tidak kurang, tepat tiga puluh empat langkah, sama persis dengan hasil pengukuran Daozhang Qingfeng!
Aku sempat ragu apakah aku salah menghitung, kemudian nekad berjalan lagi satu putaran, hasil pengukurannya tetap tiga puluh empat langkah.
Ini benar-benar mistis, kok bisa persis tidak lebih satu langkah, tidak kurang satu langkah?
Sekarang aku merasa lagi-lagi tertipu oleh si rubah tua Daozhang Qingfeng itu!
Kepala desa dan Zhuangzi yang ada di samping juga bingung. Zhuangzi penasaran maju dan berjalan satu putaran, lalu berkata sambil melotot: "Aku juga dapat tiga puluh empat langkah. Apa ukuran kaki kita bertiga sama persis? Kok bisa tidak beda satu langkah pun."
Daozhang Qingfeng tiba-tiba tertawa terbahak-bahak: "Misteri metafisika ini mana bisa kalian pahami? Jangankan kalian berdua, lebih banyak orang pun, asal mengikuti jejak langkahku, pasti akan mengukur tiga puluh empat langkah, tidak selisih satu langkah pun!"
"Kenapa?" tanyaku.
"Ah! Sekarang dijelaskan juga kamu tidak akan mengerti. Jalan pemikirannya terlalu dalam dan rumit." Daozhang Qingfeng berpura-pura misterius memandangku.
"Cih~ Aku juga tidak mau tahu." Setelah berkata begitu, aku berjalan ke samping dan duduk di tanah, mulai mengamati pepohonan dan rumput kering di sekitar "Makam Perut Sapi Mati" ini.
Dari pengamatan, aku menemukan masalah: Di sekitar "Makam Perut Sapi Mati" ini, baik pohon sebesar paha orang dewasa maupun semak-semak di tanah, pada batang-batang keringnya terdapat lapisan tipis serbuk hitam.
Saat aku hendak memberitahu Master Qingfeng, orang-orang yang kembali ke desa untuk mengambil alat sudah datang.
Ada yang membawa linggis, ada yang membawa sekop, pacul, dan sebagainya.
Melihat semua orang sudah datang dengan perlengkapan lengkap, Master Qingfeng berteriak padaku: "Shisan, berikan tas itu padaku!"
Aku segera menyerahkan tas kuning yang kubawa sepanjang perjalanan atas perintahnya.
Setelah menerima tas, Master Qingfeng langsung mengeluarkan seikat kertas kuning dan menaburkannya.
Aku buru-buru bertanya: "Shifu, apa ini persiapan sembahyang untuk orang mati di dalam peti sebelum membukanya?"
"Sembahyang apa?! Arwah di dalam ini sudah membunuh tujuh orang! Masak aku mau sembahyangin bajingan ini? Ini untuk mencegah pengubahan mayat!" jawab Master Qingfeng.
Tiba-tiba Master Qingfeng berteriak pada orang-orang yang membawa alat: "Ayo, kita keroyokan buka tutup peti batu ini sekaligus!!"
Meski semua memegang alat, mereka saling pandang tak ada yang maju.
Wajar saja. Penggali makam sebelumnya tewas tujuh orang dalam tiga hari hanya karena menggali. Apalagi kalau buka peti matinya? Pasti lebih mengerikan!
Perintah Master Qingfeng menggantung lama di udara tanpa ada yang berani mendekat.
“Apa yang kalian takuti?! Aku, Pendeta Qingfeng ada di sini mengawasi! Baik, aku yang pertama bertindak! Kalian ikuti saja!” Pendeta Qingfeng mengambil beliung dari tangan seorang pria di sampingnya dan mulai menghantam tanah keras di atas peti mati batu!
Kepala Desa mengambil momentum dengan tepat dan berteriak:
“Siapa pun yang ikut membuka peti mati hari ini, akan dapat tambahan 5% lahan saat daerah ini dikembangkan! Aku yang jamin!”
Godaan harta dan tanah menggoyahkan hati. Ditambah keberanian mereka sudah terpacu melihat Pendeta Qingfeng memulai duluan, akhirnya dengan semangat berkobar mereka serempak mendekati peti mati batu itu.
Dengan banyak tangan, lapisan tanah keras di penutup peti mati cepat terkikis. Namun karena usia peti yang sudah sangat tua, penutupnya menyatu dengan badan peti. Setelah lama memeriksa, mereka tak menemui celah untuk membuka.
Peti mati itu benar-benar tak bisa dibongkar.
Pendeta Qingfeng merenung sejenak, lalu mengambil beliung dan meloncat ke atas peti mati itu. “Warga sekalian, bahkan jika harus menghancurkannya, kita harus buka peti ini hari ini! Dua orang bawa beliung ke sini! Sambil hari belum gelap, kita tembus penutup peti ini!”
Suara Master Qingfeng baru saja terdengar, tanpa sengaja aku melihat sesuatu di penutup peti batu di bawah kakinya. Langsung kaget gemetaran! Buru-buru berteriak ke Master Qingfeng: "Shifu! Ada ular di bawah kakimu!"
Setelah mendengar teriakanku, semua orang langsung melihat ke arah kaki Master Qingfeng!
Benar saja, di peti batu sekitar setengah meter dari kaki Master Qingfeng, tiba-tiba muncul ular berbentuk segitiga dengan lidah merah panjang menjulur - ular berbisa!
Bagi yang paham, cukup sekali lihat langsung tahu ini adalah Agkistrodon acutus!
Sangat berbisa mematikan!
Agkistrodon acutus, dikenal juga sebagai ular lima langkah atau tujuh langkah di kalangan masyarakat.
Meski bisa ular lima langkah ini tidak seburuk namanya (digigit tak sampai lima langkah langsung mati), tapi tetap termasuk jenis ular paling berbisa!
Di daerah Shibi Xiang, Chenxi, Hunan, hampir semua korban gigitannya meninggal, berbeda dengan gigitan kobra yang masih bisa diselamatkan.
Yang paling berbahaya, Agkistrodon acutus berwatak ganas, langsung menyerang saat tersentuh. Jika Master Qingfeng sampai tergigit di sini, dengan kondisi transportasi desa ini, sama saja vonis mati.
Keringat dingin mengucur di wajah Master Qingfeng yang masih berdiri di peti batu. Aku di bawah peti mati-matian menatap ular lima langkah itu, jantung hampir copot dari tenggorokan.
Kelopak mata mulai berkedut tanpa henti, orang-orang yang berdiri mengelilingi peti batu juga menahan napas seolah waktu membeku pada saat ini.
Udara dipenuhi dengan ketegangan yang menyelimuti.
Karena semua menyadari ada yang tidak beres dengan ular derik lima langkah ini. Ular berbisa lain biasanya akan merayap pergi jika kita diam di tempat.
Tapi ular derik ini justru terus berdiri tegak di bawah kaki Pendeta Qingfeng, bahkan sesekali menunjukkan sikap siap menyerang!
Detik demi detik berlalu. Melihat ular derik yang terus menatap Pendeta Qingfeng sambil menjulurkan lidahnya, aku menarik napas dalam dan berusaha tenang. Harus ada cara! Tidak bisa terus begini!
