Aku segera melepas liontin giok dari leherku, langsung menggigit tali merahnya dengan mulut. Pertama-tama kusimpan liontin giok di saku, tak peduli apakah sisa talinya masih 33.3 sentimeter. Tali merah itu langsung kulumuri dengan air liur di mulutku.
Setelah mengeluarkannya, dengan nekat kugigit jari tengah tangan kiri sampai berdarah. Darah yang mengalir kuoleskan ke tali merah. Saat sampai di bagian dahi dan dada, aku bingung - bagaimana caranya mengoleskannya ke tempat yang tak terjangkau gigitan?
Di saat genting ini, derap langkah kaki semakin mendekat dari luar rumah!
Hantu wanita itu sebenarnya bisa melayang tanpa suara, tapi sengaja berjalan dengan kaki yang mengeluarkan suara langkah. Jelas-jelas dia sengaja meningkatkan tekanan psikologis dan rasa takutku!
Mungkin dari awal dia sudah tahu tempat persembunyianku, pura-pura tidak menemukannya, menciptakan berbagai kejadian untuk menghancurkan mentalku sepenuhnya!
Rupanya hantu berbaju biru itu sudah menganggapku seperti tikus dalam kandang, menerorku sepuasnya tapi tak buru-buru membunuhku.
Tapi melihat hantu itu hampir sampai di depan pintu kamar, dalam keadaan darurat ini aku tak bisa banyak berpikir. Dengan senter ponsel, kusorot-sorot bawah tempat tidur dan menemukan paku besi tambahan di papan tempat tidur.
“Melihat paku besi ini, hatiku dipenuhi kegembiraan. Ini benar-benar bantuan di saat darurat!” Aku mengulurkan tangan untuk mencabut paku itu dari papan tempat tidur, sayangnya paku itu tertancap kuat dan sama sekali tidak bergerak meski sudah kucoba tarik.
Bersamaan dengan itu, pintu kamar berderit perlahan terbuka. Langkah kaki hantu wanita yang semakin mendekat membuat jantungku hampir melompat ke tenggorokan.
Sudahlah!
Menyadari diriku hampir ketahuan oleh hantu wanita itu, aku memejamkan mata dan menghantamkan ubun-ubun kepala ke paku di papan tempat tidur.
Saat paku menusuk dahiku, rasa sakit yang menusuk membuat seluruh tubuhku gemetar!
Meski tidak terlalu keras, tusukan paku itu cukup parah. Kurasakan dahiku perih dan cairan hangat mulai mengalir dari luka di kepala.
Dasar hantu sialan! Hari ini benar-benar sial. Nanti pulang harus makan berapa banyak daging untuk mengembalikan tenaga ini?
Sambil berpikir begitu, kuusapkan tali merah di tangan ke dahi yang berlumuran darah. Tinggal darah di dada yang belum.
Tapi sebelum sempat melakukan langkah berikutnya, suara dingin tiba-tiba terdengar di samping:
“Akhirnya ketemu juga~! Sudah lama kucari...” Suara hantu wanita berbaju biru itu!
Sialan! Suara yang tiba-tiba muncul di telinga ini hampir membuat jantungku copot!
Badanku melonjak kaget sampai kepala membentur papan tempat tidur, mataku berkunang-kunang!
Hantu wanita itu mencekik dengan dingin, mengulurkan cakarnya ke arahku, menggenggam kerah bajuku, dan langsung menarikku keluar dari bawah tempat tidur.
Melihat wajah ungu-abu yang mengerikan dan mengerikan dari hantu wanita itu, aku tidak peduli lagi takut atau tidak, tangan erat menggenggam tali merah itu, langsung meninju dan menendang hantu wanita itu!
Hari ini aku benar-benar pasrah!
Tapi sebelum sempat menghantam beberapa pukulan, kedua tangan hantu wanita yang seperti besi menjepit erat leherku, dengan ganas berteriak, "Aku akan mencekikmu sampai mati hari ini, kau yang membunuh anakku!!"
Anak?! Mendengar kata-kata hantu ini, aku tertegun, jadi monster yang sebelumnya mirip cicak itu adalah anak dari hantu wanita berbaju biru ini?
Belum sempat berpikir jelas, aku merasakan tekanan dahsyat di leher, sensasi tercekik yang parah langsung membuatku sulit bernapas. Hanya beberapa detik, otakku mulai sering blank, paru-paru terasa mau meledak, seluruh tubuh lunglai.
Pertama kalinya aku merasakan begitu dekat dengan kematian!
Saat kupikir kali ini pasti mati, tiba-tiba cahaya terang muncul entah dari mana, menyinari wajah hantu itu. Terkena cahaya, hantu itu menjerit kesakitan dan tubuhnya terlempar ke belakang.
Aku pun ikut terjatuh ke lantai saat tangannya melepaskan cengkraman, terengah-engah menghirup udara.
“Sekarang aku hanya merasa seluruh tubuhku kehabisan tenaga, bahkan tidak ada kekuatan untuk menggerakkan jari.”
Tapi saat ini otakku sadar, aku menduga cahaya terang tadi pasti ulah An Rushuang, entah dia harus membayar apa lagi untuk menyelamatkanku kali ini.
Tapi sekarang bukan saatnya untuk berbaring istirahat. Aku menggigit gigi, mengerahkan seluruh tenaga, mencoba beberapa kali baru bisa berdiri goyah dari tanah.
Melihat kembali hantu wanita itu, kini dia melayang di udara dengan setengah wajah hancur berdarah, memandangku dengan tatapan waspada. Meski tidak mendekat, dari sorot mata jahatnya yang menatapku, aku tahu dia ingin mencabut nyawaku!
"Kamu bukan daoshi, tapi pemelihara hantu!" Teriak hantu wanita itu dengan suara penuh kebencian.
Pemelihara hantu? Aku semakin bingung. Istilah ini belum pernah kudengar sebelumnya. Mengapa tiba-tiba dituduh sebagai pemelihara hantu? Apakah karena aksi An Rushuang menyelamatkanku tadi membuatnya salah paham?
"Aku bukan pemelihara hantu, aku benar-benar seorang daoshi," jawabku.
Mendengar itu, hantu wanita itu menggeretakkan gigi: "Tak peduli kau daoshi atau pemelihara hantu, bahkan jika harus menghancurkan jiwaku sendiri, hari ini aku pasti akan membunuhmu! Daoshi serakah sepertimu pantas dibinasakan!" Angin dingin berhembus kencang saat hantu itu menerjang ke arahku!
Aku benar-benar ingin berteriak bahwa ini tidak adil. Gua tidak menerima sepeser pun, datang ke sini mempertaruhkan nyawa hanya untuk mendoakan arwahmu. Eh malah dapat perlakukan seperti ini, sudah mempertaruhkan nyawa masih dicuekin.
Tapi sekarang aku juga sudah kehilangan kemampuan untuk melawan. Badan bisa tetap berdiri tegak saja sudah bagus, mana masih ada tenaga untuk membalas atau menghindar?
Jadi saat hantu perempuan itu menerjang ke depanku dan mengulurkan cakarnya ke leherku, aku sama sekali tidak bisa menghindar. Tapi di saat kritis, otakku tiba-tiba cemerlang dan menemukan cara untuk menaklukkan hantu ini.
Dengan mengerahkan sisa tenaga sekuat-kuatnya, aku melompat di tempat. Cakar hantu itu langsung mencengkeram dadaku. Seketika kurasakan dingin di dada disusul rasa sakit yang menusuk.
Melihat ke bawah, dua luka sepanjang 5-6 cm terlihat di dada akibat kuku hantu itu. Tak sempat memeriksa luka, langsung kutekan tali merah yang selalu kugenggam ke area luka.
Saat tiga tetes darah terkumpul di tali merah, kuhantamkan tali itu ke hantu perempuan di depan. Begitu tubuhnya menyentuh tali, hantu itu menjerit-jerit. Tubuhnya mengeluarkan asap putih dan gemetar seperti kesetrum. Detik berikutnya terpental ke dinding lalu jatuh ke lantai, masih terus kejang-kejang.
Ya ampun! Tali merah ini sakti sekali? Kalau tahu begini, mending pakai ini dari awal. Ngapain repot-repot pakai pedang kayu persik mentah dan jimat pengusir hantu Zichen Wujia?
Sambil berpikir, aku memegang tali merah ini dan berjalan perlahan mendekati hantu wanita itu dengan hati-hati.
Saat sudah dekat, aku menarik tali merah dengan kedua tangan, bersiap untuk memberinya serangan lagi sekaligus melampiaskan kekesalan karena terus dipukuli sebelumnya.
Tapi sebelum sempat bertindak, hantu wanita yang terbaring di lantai itu memarahiku dengan wajah bengis: "Dasar sampah mata duitan! Meski kau membunuhku, bisakah kau menikmati uang itu dengan tenang? Ketahuilah, meski kau menghancurkan rohku hari ini, nasibmu tidak akan lebih baik! Langit tak menindas orang baik, langit tak takut orang jahat! Kejahatan dan kebaikan pasti akan mendapat balasannya!"
Mendengar ini, hatiku langsung panas. Dia boleh memukul atau mencaci, tapi sama sekali tidak boleh merusak gaya rambutku dan menghina diriku!
Ini kan fitnah tanpa alasan! Tidak bisa, aku harus bereskan ini sampai jelas!
Aku berdiri tegak dan berkata pada hantu itu: "Mari kita urutkan dari awal. Kenapa aku disebut sampah? Dari pertemuan pertama sampai kau langsung menyerang, kapan kau memberiku kesempatan menjelaskan? Sudah kukatakan, aku bukan membantu bajingan di lantai bawah untuk melawanmu. Aku di sini demi dirimu! Dia memang pantas mati, tapi tidak seharusnya dibunuh olehmu!"
Hantu perempuan berbaju biru itu nyaris berteriak padaku: "Aku harus membunuhnya dengan tanganku sendiri! Anakku tewas karena Lin Sen bajingan itu! Sekarang yang kuinginkan hanya kematiannya!!" Setelah berkata demikian, wajahnya yang separuh hancur berdarah menjadi semakin mengerikan, matanya memancarkan kilatan dendam yang dalam - jelas terlihat itu adalah kepedihan karena dendam tak terbalaskan!
Mendengar perkataan hantu itu dan dugaan sebelumnya, aku mulai memahami situasi. Segera kutanyakan: "Anak? Anak apa? Maksudmu kau sudah hamil sebelum mati?"
"Saat aku mati, kandunganku sudah lima bulan," jawab hantu itu.
Sialan! Kepalaku langsung pusing. Kutatap hantu itu: "Kalau sudah tahu hamil, kenapa masih minum pil tidur bunuh diri?! Kalau kau bunuh diri sendiri, siapa yang bisa disalahkan?! Sebenarnya anak itu kau bunuh sendiri!!" Aku mulai jijik pada hantu ini, sama seperti kebencianku pada Lin Sen. Bagaimanapun, bunuh diri adalah tindakan paling egois - tak bertanggung jawab pada diri sendiri maupun keluarga.
Seperti kata pepatah: "Rambut dan kulit ini pemberian orang tua." Kita tidak punya hak, apalagi kualifikasi untuk memilih bunuh diri.
Siapa sangka, setelah mendengar kata-kataku, Hantu Perempuan itu menatapku dengan penuh kebencian sambil bertanya: "Siapa yang bilang aku bunuh diri?! Obat tidur itu diam-diam ditaruh Lin Sen si sampah itu di gelas minumku! Saat aku terlelap, dia menggunakan selimut untuk membekapku sampai mati! Anakku baru lima bulan, belum sempat melihat dunia ini, belum sempat memanggilku 'Ibu', sudah dibunuh oleh sampah itu! Untuk bajingan seperti dia, mati terlalu mudah! Aku harus menyiksanya sampai hidup lebih buruk dari mati! Meski rohku tercerai-berai, meski takkan pernah bereinkarnasi, aku takkan menyesal!" Saat mengatakan ini, nada bicaranya penuh dengan tekad balas dendam yang tak tergoyahkan!
Tampaknya di dunia ini, tak ada yang bisa menghalangi tekadnya untuk membalas dendam bagi diri sendiri dan anaknya.
Sampai sekarang, akhirnya aku mengerti segalanya! Aku dan Master Qingfeng telah benar-benar ditipu oleh binatang berkedok manusia yang bernama Lin Sen itu!
