Pandangan ini langsung ditentang oleh para ahli teknik. Ini dianggap pelecehan terhadap para ahli! Di era kejayaan sains modern dimana manusia bisa menaklukkan alam hingga ke bulan, memohon pada dewa-dewa karena kesulitan teknis dianggap sebagai penyerahan pada takhayul feodal.
Pimpinan proyek pun turun tangan langsung. Dengan semangat gotong royong, tiang pancang utama harus dipasang untuk menjaga jadwal proyek.
Para ahli teknik terbaik dikerahkan, berbagai metode canggih dicoba, namun tiang tetap gagal dipancang. Seluruh Shanghai pun dilanda kecemasan.
Waktu semakin mendesak. Daripada tak bertindak, lebih baik mencoba pendekatan metafisika. Pimpinan akhirnya setuju dan diam-diam mendatangkan biksu senior dari Vihara Buddha Giok Shanghai.
Biksu agung dari Kuil Longhua datang memeriksa lokasi persimpangan jalan layang. Setelah lama bermeditasi, ia tetap terdiam.
Saat ditanya solusinya, biksu itu akhirnya berkata: Masalahnya terletak pada konfigurasi feng shui. Perlu ritual khusus untuk mengubah pola energi tanah ini.
Setelah mengucapkan kata-kata itu, Biksu Agung menghela napas panjang penuh kesedihan. Ia menjelaskan bahwa dengan membongkar rahasia langit ini, mungkin sisa umurnya di dunia tidak akan lama lagi. Namun ia rela mempersembahkan diri untuk membalas budi, demi membawa berkah bagi umat Shanghai dan menyumbangkan tenaga bagi pembangunan kota yang telah lama dihuninya.
Dengan diam, Biksu Agung memilih hari baik. Orang-orang mengikuti semua instruksinya. Setelah persiapan selesai, sang Master membakar dupa dan melantunkan doa, menjalankan ritual selangkah demi selangkah. Usai upacara, ia berpesan agar tiang pancang bisa mulai dipancangkan pada waktu tertentu, lalu pergi tanpa kembali.
Meski bingung, para insinyur dan teknisi patuh mengikuti instruksi. Ajaibnya, setelah ritual pembakaran dupa dan mantra oleh Biksu Agung, tiang pancang berhasil ditancapkan sempurna sesuai standar desain, menyambungkan utara-selatan dan timur-barat dengan presisi.
Tak lama setelah kembali ke kuil, Biksu Agung wafat dengan damai tanpa penyakit. Biksu Agung tersebut adalah Master Zhen Chan, Abbas Kehormatan Kuil Xiangguo.
Belakangan, seorang penanggung jawab teknis proyek membantah kabar ini di surat kabar, menyatakan bahwa ornamen naga murni untuk memperindah pemandangan kota.
Namun tak ada yang memperhatikan penjelasan sang insinyur. Sebab jika benar hanya untuk estetika, dari ratusan pilar jalan layang Shanghai, mengapa hanya satu tiang di persimpangan utara-selatan dan timur-barat yang dihiasi motif naga emas-putih? Bagaimana menjelaskan ini?
Nyatanya, Biksu Agung benar-benar mencapai parinirwana tak lama setelah pemasangan pilar bermotif naga (tahun 1995).
"Sebenarnya ini adalah kasus feng shui nyata di zaman modern, tidak ada pemalsuan, bisa dicek di Baidu. Orang Shanghai berusia 40-50 tahun sebagian besar tahu tentang ini."
Feng shui adalah ilmu metafisika yang sudah ada sejak lama dalam peradaban Tiongkok, juga disebut Qingwu atau Qingnang. Dalam istilah akademis disebut Kanyu.
"Feng" berarti energi vital dan medan energi, "shui" berarti aliran dan perubahan. Feng shui awalnya adalah teknik menilai tanah, yaitu metode mengevaluasi geografi di lokasi, disebut juga Dixiang atau Kanyu Shu kuno. Ini adalah filosofi yang mempelajari hubungan lingkungan dengan hukum kosmos, sama sekali bukan takhayul feodal.
Sambil melihat halaman tentang pola feng shui di buku "Pegangan Ilmu Taois Maoshan" yang saya pegang, saya mulai memeriksa dengan teliti, mencari tahu pola topografi tinggi di depan-rendah di belakang dengan parit dalam di tengah ini sebenarnya termasuk pola feng shui apa.
"San Ge, mau beternak babi di rumah? Kok belajar ini?" tanya Leizi yang mendekat.
"Jangan ngawur! Ini intisari ilmu Taois Maoshan kita. Banyak catatan tentang metafisika, ilmu Tao, dan observasi feng shui. Sampulnya cuma kamuflase," jawabku pada Leizi.
Tiba-tiba saya melihat halaman yang menggambarkan topografi mirip dengan pemandangan di luar jendela kita!
Langsung saya baca dengan seksama:
"Tanah Sial Macan Putih, peringkat pertama dari 10 tanah sial feng shui. Panjang 99 zhang, lebar 99 zhang. Pola tinggi depan-rendah belakang, garis nadi di kiri, mulut air di kiri, parit tengah sebagai kekosongan. Mengumpulkan sial dan energi yin. Area ini banyak malapetaka: penghuninya sering bunuh diri, terbunuh, atau kena penyakit mematikan..."
Melihat ini, keringat dinginku mengalir. Menurut penjelasan di atas, saat kuperhatikan kembali tanah kosong di luar jendela, baik dari segi topografi maupun tata letak, semuanya persis seperti gambaran Tanah Sial Macan Putih (Baihu Shaxiongdi) dalam buku "Pegangan Ilmu Taois Maoshan"!
Terus membaca, kutemukan penjelasan dalam buku:
"Lebih baik Naga Hijau menjulang ribuan meter daripada Macan Putih mengangkat kepala. Lingkungan hunian tak terlepas dari Qi. Hanya dengan Qi ada kehidupan. Manusia hidup bergantung pada Qi kehidupan ini. Aliran Qi pasti menciptakan medan energi. Tanah Sial Macan Putih mengalirkan energi Yin jahat ke tempat tinggal manusia, menghabiskan energi Yang. Sangat berbahaya, hanya ahli Tao sejati yang bisa menetralisirnya. Energi positif Zhengran dapat menekannya, tapi tak mampu menghilangkannya."
Di sini aku langsung paham mengapa meski ada Tanah Sial Macan Putih di sekitar, tak ada kabar orang meninggal - karena kantor polisi berada di dekat tanah sial ini!
Energi positif yang dihasilkan kantor polisi berhasil menekan energi jahat Macan Putih, tapi tak bisa menghilangkannya. Makanya area ini tetap kosong. Jika dibangun bangunan, pasti akan ada korban jiwa.
Leizi yang melihatku terus memandangi buku tanpa bicara, buru-buru bertanya, "San Ge, jangan-jangan di belakang itu ada hantu? Kalau benar ada hantu, kita terjebak di sini, tak bisa lari, benar-benar tamat."
"Hantu? Tidak mungkin. Kantor polisi berbeda dengan tempat lain. Mereka melayani rakyat, penuh energi kebenaran. Energi kebenaran ini adalah energi positif yang agung, makhluk halus dan jahat tak berani mendekat," kataku sambil menutup buku kepada Leizi.
“Aku seharian nggak ada kerjaan cuma baca-baca buku 《Pegangan Ilmu Taois Maoshan》 itu ternyata nggak sia-sia. Beberapa hal yang tertulis di dalamnya benar-benar berguna di saat genting.”
“Menurut catatan dalam buku, kantor polisi termasuk salah satu tempat yang paling ditakuti hantu-hantu ini.”
Leizi baru lega, menaruh piring besi sisa makanan di samping, lalu menatapku bertanya: “San Ge, menurutmu sampai kapan mereka mau mengurung kita? Kemarin malam aku telpon ibuku bilang tidur di rumahmu. Kalau malam ini nggak pulang juga, orang tuaku pasti panik setengah mati.”
“Mendengar perkataan Leizi, aku juga mulai khawatir. Aku sih nggak masalah, tapi kalau orang tua Leizi nunggu sampai malem nggak ada kabar, bisa-bisa mereka stres berat.”
“Polisi kurus itu mau ngapain sih? Sampai kapan dia mau mengurung aku dan Leizi?”
“Jangan panik dulu. Kalau Shifu tahu aku nggak pulang, pasti dia akan datang mencari kita.” Aku mencoba menenangkan Leizi.
“Sebenarnya aku nggak yakin Master Qingfeng bisa menemukan kita. Kalau Lin Sen benar-benar tutup mulut, sehebat apapun ilmu Master Qingfeng, mustahil dia bisa melacak keberadaan kita di sini.”
“Leizi mengangguk mendengar penjelasanku, lalu berjalan ke ruangan kecil di ujung ruang interogasi. Baru kusadari itu adalah toilet. Kayaknya ruang ini sering dipakai untuk mengurung orang, makanya ada toilet terpisah di dalam.”
“Setelah Leizi kembali, kami duduk bersandar di tembok lagi. Suasana hening. Mood kami benar-benar anjlok. Siapa sih yang bisa ceria dikurung di tempat begini?”
Kalau dipikir-pikir sekarang, aku dan Leizi memang terlalu gegabah. Seharusnya ada banyak cara untuk menghadapi Lin Sen. Langsung main tangan di siang bolong, meskipun saat itu terasa puas, tapi ini seperti menghancurkan 1.000 musuh tapi kehilangan 800 tentara sendiri, sangat tidak rasional.
Sekarang malah begini, bukan cuma aku yang dipukuli dan dikurung, tapi juga menyeret Leizi yang awalnya tidak terlibat ikut ditangkap dan dipukuli.
Memikirkan ini, hatiku jadi tidak karuan.
Tapi polisi kurus itu juga menyita HP-ku dan Leizi, tidak mengizinkan menelepon, jelas-jelas ingin mencegah kami menghubungi orang luar. Mereka sengaja ingin mengurung kami. Lalu apa hubungan antara Lin Sen dengan polisi kurus itu?
Saat aku masih sibuk memikirkan ini, Leizi di sampingku malah sudah tertidur, bersandar di tembok sambil mendengkur pelan.
Ah, sepertinya aku harus belajar dari Leizi, lebih santai saja. Makan ya makan, tidur ya tidur. Sudah masuk ke sini, berpikir terlalu banyak juga percuma. Kapal akan lurus saat sampai jembatan, mobil pasti ada jalannya saat sampai gunung. Tidur!
Memikirkan ini, aku segera mengubah posisi ke yang lebih nyaman, bersandar di tembok dan menutup mata. Karena semalam tidak tidur sama sekali, ditambah hari ini sibuk seharian, tubuh lelah dan pikiran letih. Begitu mata terpejam, aku langsung tertidur...
Tidak tahu sudah berapa lama, dalam keadaan setengah sadar aku mendengar suara peluit di luar jendela, mirip seperti suara kumpulan pasukan. Tak lama kemudian disusul suara langkah kaki banyak orang yang rapi, tapi jelas terdengar berasal dari kerumunan orang.
Aku penasaran, ada apa di kantor polisi ini? Belajar dari militer, latihan berkumpul darurat tengah malam?
Memikirkan itu, aku membuka mata, meregangkan badan, lalu berdiri dan membuka jendela daun di belakang untuk melihat keluar.
Anehnya, yang terlihat hanya tanah kosong, sunyi sepi. Angin dingin sesekali berhembus membawa suara gemerisik yang membuat degup jantung tak karuan.
Apakah ini hanya halusinasiku?
Saat hendak menutup jendela, tiba-tiba! Suara berkumpul dan langkah kaki itu kembali terdengar, berasal dari tanah kosong di luar jendela.
Nyata sekali, sama sekali bukan khayalan!
Yang aneh, meski suara berasal dari tanah kosong, tak terlihat apa-apa di sana.
Bersamaan dengan suara aneh itu, giok di saku celanaku mulai memanas. Setiap kali ada makhluk halus atau bahaya, An Rushuang selalu memberi peringatan lewat cara ini.
Seketika hatiku ciut. Apa yang sebenarnya terjadi? Apakah ada makhluk tak kasat mata di tanah kosong itu?
Aku mengeluarkan air mata sapi dan daun pohon Liǔ dari saku. Saat melawan hantu perempuan sebelumnya, sengaja kusimpan di saku celana untuk berjaga-jaga, bukan di tas.
Melihat beberapa daun Pohon Liǔ yang tersisa dan menguning di tangan, aku tidak tahu apakah masih efektif. Langsung kutuangkan air mata sapi dan mengoleskannya ke kedua mata, lalu melihat ke luar jendela!
Seketika itu juga, seluruh tubuhku membeku ketakutan!! Rasanya setiap helai rambut di kepala merinding! Tulang punggung menggigil dingin, seolah seluruh diriku terkuras oleh rasa takut!
Kehilangan kemampuan berpikir sementara.
