Tangan yang membuka tirai jendela mulai bergetar halus. Perlahan-lahan pemandangan di balik kaca jendela mulai terungkap.
Saat kumemandang keluar, ternyata di luar jendela kosong melompong. Tak ada wajah hantu tentara Jepang yang menyeramkan seperti yang kubayangkan sebelumnya.
“Melihat ini, aku buru-buru menarik seluruh tirai jendela ke atas, memeriksa sekeliling luar jendela dengan cermat. Tetap saja tidak menemukan tentara hantu Jepang yang tadi datang. Ketika mengangkat pandangan ke tanah kosong di belakang, aku semakin bingung - tak ada apa-apa di sana kecuali parit dalam yang mencolok dan dua patung singa tak berkepala yang berdiri di tengah.
Pasukan hantu Jepang tadi seolah menguap dari muka bumi, lenyap tanpa bekas dalam sekejap, seolah semua yang terjadi barusan hanya mimpi...
“Sa... San Ge, apa kau lihat sesuatu di luar jendela?” Leizi bertanya padaku.
Aku menggeleng, masih menatap tanah kosong di luar jendela sambil berkata pada Leizi: “Tidak. Pasukan hantu Jepang yang tadi muncul sudah menghilang. Entah kemana perginya.”
“Mungkin mereka pergi?” tanya Leizi.
Aku mengangkat bahu, menandakan aku juga tidak tahu.
Tapi melihat tanah kosong yang penuh aura mistis di luar jendela, bulu kudukku merinding. Daripada pasukan hantu Jepang itu muncul dan menghilang secara misterius begini, lebih baik mereka langsung datang berhadap-hadapan dan bertarung sampai mati. Keadaan hilang-timbul begini justru menambah bayang-bayang ketakutan dalam hati kami.
Kalau memang mereka takut dengan energi suci kantor polisi ini sampai tidak berani masuk, itu masih bisa dimaklumi.
Tapi bagaimana jika mereka sengaja bersembunyi, atau... atau mereka sudah masuk ke dalam sekarang?!
Itu benar-benar akan jadi malapetaka!
Kabarnya hantu bisa menembus tembok. Semakin kupikirkan semakin mungkin. Jangan-jangan mereka memang sudah masuk?
“Membayangkan ini, punggungku langsung meriang, seolah ada angin dingin yang tiba-tiba menerpa.”
Kaget, aku segera menoleh ke belakang. Meski lampu ruang interogasi agak redup, tetap terlihat jelas bahwa selain aku dan Leizi, tak ada yang lain. Rupanya pasukan hantu Jepang itu tidak masuk. Dengan mata yang diolesi air mata sapi, mustahil aku tidak melihat mereka kalau memang masuk.
Melihat tidak ada keanehan di ruang interogasi, hatiku sedikit lega. Mungkin pasukan hantu Jepang itu tidak ingin memperpanjang masalah dan pergi...
Tapi sebelum pikiran ini selesai, pintu kayu toilet di sudut ruangan tiba-tiba berderit~~ perlahan membuka sendiri...
Tanpa pertanda apapun. Tidak ada angin di ruangan ini. Mengapa pintu kayu itu bisa terbuka tiba-tiba?
Toilet di balik pintu itu gelap gulita. Ditambah pencahayaan ruang interogasi yang remang-remang, sama sekali tidak terlihat apa yang ada di dalam.
“San Ge, lihat! Pintu toilet itu kok bisa terbuka sendiri?!” Leizi membelalakkan matanya ke arah pintu yang terbuka sendiri sambil berkata padaku.
“Leizi, waktu keluar dari toilet tadi, apa kau mengunci pintunya?” tanyaku.
“Tentu! Waktu itu kita sedang makan, masa setelah ke toilet tidak mengunci pintu?” Leizi menjawab dengan yakin.
Saat aku hendak bertanya lagi, tiba-tiba dari dalam toilet yang gelap itu terdengar suara “kreek-kreek!” seolah ada sesuatu yang sedang mengunyah benda dengan gigi.
"Suara ini tiba-tiba muncul dari toilet, membuat bulu kudukku merinding, saat itu juga aku langsung kaget setengah mati!"
Sialan! Tidak boleh terus begini, kalau tidak nanti tanpa perlu tentara hantu Jepang datang, aku sendiri bisa jadi gila karena ketakutan.
Selagi masih ada kesempatan, mari cek dulu di Pegangan Ilmu Taois Maoshan apakah ada cara mengatasi arwah jahat ini.
"Leizi, air mata sapi untukmu. Oleskan ini lalu awasi toilet itu. Aku akan cari cara melawan pasukan hantu Jepang di buku ini," kataku sambil menyerahkan air mata sapi dan daun pohon Liǔ ke Leizi.
Setelah Leizi mengambilnya, aku buru-buru membuka Pegangan Ilmu Taois Maoshan, mencari daftar isi di bagian depan buku lalu memeriksanya satu per satu dari atas ke bawah.
Bersamaan, suara "kretak-kretuk!" dari toilet semakin keras, persis seperti suara orang mengunyah tulang rawan.
Meski membuatku merinding, sekarang tidak boleh terpengaruh oleh suara itu. Jadi kukonsentrasikan pikiran sepenuhnya pada Buku Lengkap Ilmu Taoisme Maoshan di tanganku.
Setelah mempelajari dengan serius, semakin kubaca hati semakin ciut. Metode pengusir arwah dalam buku ini semuanya membutuhkan bahan pendamping seperti abu dupa, tulang ayam, tanah atap, tanah kuburan, akar mugwort, biji kurma, koin tembaga...
Masalahnya di sini: di ruang interogasi cuma ada dua meja dan kursi kayu ini, mana mungkin menemukan bahan-bahan yang tercantum dalam buku?
Saat sedang buntu, tiba-tiba aku melihat kata "air seni anak laki-laki perjaka" di pojok kanan bawah. Bukankah air seni perjaka ini sangat efektif untuk menangkal makhluk jahat?
Aku segera membalik halaman sesuai petunjuk. Buku itu menjelaskan:
"Air seni perjaka, mengandung unsur Yang dan air. Taoisme menyebutnya kemurnian Yang, simbol regenerasi. Anak laki-laki yang belum pernah berhubungan intim memiliki tubuh Yang murni, dipenuhi energi kehidupan dan Yuan Qi. Meski merupakan produk metabolisme, air seni mereka masih menyimpan energi asli yang ampuh melawan energi Yin jahat!
Perjaka adalah Yang murni, yang sudah tidak perjaka adalah Yang sisa. Meski sama-sama bisa menangkal Yin jahat, air seni perjaka tetap yang terbaik."
Membaca ini, aku segera mengambil keputusan. Menutup buku Pegangan Ilmu Taois Maoshan, aku bertanya pada Leizi di sampingku: "Leizi, kamu masih perjaka nggak?"
Leizi terkejut mendengar pertanyaanku. Setelah terdiam sebentar, dia balik bertanya: "San Ge, kamu mau pakai air seni perjaka buat lawan makhluk di toilet itu?"
"Iya. Sekarang kita sudah kepepet. Rezeki bukan musibah, musibah tak bisa dihindari." Aku mengangguk mantap.
"Tapi aku nggak bisa pipis sekarang." Leizi menjawab canggung. Matanya terus menatap toilet gelap itu selama bicara.
Leizi yang biasanya ceroboh, di saat krusial justru lebih hati-hati dari siapa pun.
“Tapi mendengar Leizi berkata begitu, aku juga kehabisan akal, terpaksa melakukan sesuatu pada diriku sendiri. Meski sebenarnya tidak ingin bohong, sekarang mungkin masih bisa kencing sedikit, lebih baik daripada tidak sama sekali.”
“Aku yang kencing saja.” Kataku sambil mencari wadah untuk menampung air kencing di sekitar ruangan, kebetulan melihat cangkir besi di atas meja kayu.
Tak peduli milik siapa, aku berjalan ke sana, langsung membuka tutupnya, melepas ikat pinggang, dan bersiap kencing ke dalamnya.
Sebelum sempat kencing, BRAK! Pintu ruang interogasi tiba-tiba dibanting terbuka dari luar, membuatku kaget setengah mati, hampir saja impoten!
Melihat ke atas, tepat melihat polisi kurus dan polwan Wang Ling yang masuk!
Saat itu mereka berdua juga melihatku. Aku buru-buru menarik celana dan menyembunyikan cangkir di belakang punggung.
Sekarang habislah sudah. Sejak kecil tak pernah kuperlihatkan ke wanita, kali ini Wang Ling melihat semuanya.
Entah dia lihat atau tidak, mungkin dari sudut tadi tidak kelihatan. Tapi tiba-tiba terpikir, buat apa mereka datang ke sini tengah malam begini?
“Kau sedang apa?” Wang Ling menatapku dengan ekspresi datar.
“Ng...nggak, aku...aku cuma mau...” Aku benar-benar tak bisa membuat alasan yang masuk akal, bicaraku terbata-bata.
Melihat keadaanku, Wang Ling tak terus bertanya. Dengan tatapan dingin dia berkata padaku dan Leizi: “Kalian berdua ikut kami keluar.” Dia dan polisi kurus itu pun berjalan keluar terlebih dahulu.
Aku dan Leizi saling memandang, meski merasa ada yang tidak beres dengan mereka yang memanggil kami keluar di saat seperti ini, tapi kami tak punya pilihan selain mengikuti kedua orang itu keluar dari ruang interogasi.
Sebelum keluar, aku sempat melirik ke arah toilet dan samar-samar melihat bayangan manusia yang muncul-hilang di dalam!
Tampaknya dugaan ku benar, pasukan hantu Jepang dari tanah kosong di luar sudah masuk sejak lama!
Tapi sekarang bukan saatnya memikirkan apakah bayangan hitam di toilet itu pasukan hantu Jepang atau bukan. Yang penting sekarang adalah mencari tahu kemana Wang Ling dan Polisi Shouhou membawa kami di tengah malam begini, dan untuk tujuan apa.
Sambil berpikir, aku dan Leizi mengikuti Wang Ling dan Polisi Shouhou keluar dari ruangan menuju halaman depan. Mereka mengajak kami mendekati sebuah mobil polisi.
Sesampai di dekat mobil, Polisi Shouhou langsung membuka pintu dan masuk. Wang Ling di belakang berkata padaku dan Leizi: "Naik." Dari tadi, kedua orang ini sangat sedikit bicara.
