Melihat kondisi Leizi, hatiku langsung gugup. Dengan panik aku bertanya: Kenapa Leizi bisa bersama pasukan hantu Jepang itu?!
Melihat Leizi di tengah pasukan hantu Jepang, rasa takut langsung terlupakan. Aku ingin segera berlari menyelamatkannya.
Tapi setelah berpikir lagi, aku urungkan niat itu. Jika nekat menyerang, bukan hanya gagal menyelamatkan Leizi, aku sendiri juga akan terjebak. Sekarang Leizi sudah ditangkap, jika aku ikut tertangkap, nyawa kami berdua benar-benar akan melayang di sini.
Pertama-tama harus cari tahu tujuan pasukan hantu Jepang datang ke sini, dan hubungan mereka dengan peti mati di tengah ini.
Sekarang aku merasa seperti terjebak dalam permainan besar. Jaring hubungan yang rumit ini membuatku bingung, tapi terpaksa harus tetap bertahan untuk mengungkap semua misteri ini.
"Yang membuatku heran adalah, para tentara hantu Jepang itu setelah mendekat, seolah tidak melihatku sama sekali. Mereka sama sekali tidak menatapku, semua mata mereka tertuju pada peti mati di tengah sambil berjalan mendekat. Setelah dekat, mereka semua merangkul kepala sendiri dengan kedua tangan dan berlutut menghadap peti mati itu."
"Sementara Leizi yang terus mengikuti di belakang para tentara hantu Jepang itu tidak ikut berlutut. Sendi-sendi anggota badannya kaku berdiri di tempat, lehernya agak miring ke kiri, urat-urat menonjol, tubuhnya pun goyah perlahan ke kiri dan kanan."
"Kejadian berikutnya persis seperti pemandangan yang kulihat di tanah kosong sebelumnya. Setiap tentara hantu Jepang yang berlutut itu memuntir kepala mereka sendiri dengan paksa, menyangganya di tangan, lalu membungkukkan badan ke arah peti mati itu dalam posisi sujud dengan lima anggota tubuh menyentuh tanah."
"Aku menggunakan kesempatan ini untuk perlahan mendekati Leizi, berencana memanfaatkan celah dari para tentara hantu Jepang ini untuk membangunkan Leizi dan segera pergi."
"Sambil berpikir demikian, aku menghindari tentara-tentara hantu Jepang yang tertelungkup di tanah itu, menjaga jarak sebisa mungkin, selalu waspada kalau-kalau mereka tiba-tiba bangkit."
"Dengan demikian, aku berputar hati-hati dari belakang mendekati Leizi, lalu menepuk pundaknya perlahan:"
"'Leizi! Leizi...'"
"Leizi tetap tanpa ekspresi, matanya kosong menatap lurus ke depan. Bagaimanapun aku menepuk atau memanggilnya, semuanya sia-sia. Seolah jiwanya telah dikosongkan, kini menjadi seperti sayuran."
"Semakin Leizi tidak bereaksi, semakin panik aku. Saat aku ingin mencubit titik renzhongnya, tiba-tiba terdengar suara terkejut seorang wanita di belakang:
"Apa yang kalian lakukan di sini?!"
Suara itu membuatku kaget! Aku segera menoleh dan melihat suara itu berasal dari gadis kecil yang sebelumnya kujumpai bersama Kak Zhuangzi menjaga peti batu!
Dia juga adalah shijie dari Master Qingfeng!
"Shibo?! Bagaimana Ibu bisa datang ke sini?" Melihat kedatangan shijie Master Qingfeng, awalnya aku terkejut, lalu hati ini dipenuhi sukacita!
Kehadirannya berarti aku dan Leizi akan selamat! Karena saat menghadapi Ibu-Anak Penunggu Berdarah dulu, kemampuannya kusaksikan langsung – jelas-jelas ahli Tao sejati!
"Berapa kali harus kukatakan? Panggil aku Lu Zhenren." Shijie Master Qingfeng menatapku dengan tatapan dingin.
"Lu Zhenren, tolong periksa temanku. Bagaimana keadaannya?" Aku menunjuk Leizi di samping. Daripada dipanggil Zhenren, andai hari ini dia menyuruhku memanggilnya Nenek pun tak akan kusanggupi.
Lu Zhenren melirik Leizi dengan datar: "Takkan mati..." Suaranya tetap membekukan, seolah aura "jangan mendekat" melekat secara alami padanya.
"Kalau... bisakah Lu Zhenren menolong temanku ini?" tanyaku.
“Hmph!” Master Lu mengeluarkan dengusan dingin, dengan satu tangan membentuk sikap pedang, mulutnya berbisik cepat mantra tak dikenal, menunjuk ke dahi Leizi. Tubuh Leizi langsung berhenti berguncang, tangannya memegang dada sambil batuk keras, ingus dan air mata mengalir. Sambil batuk ia memaki: "Sialan nenek moyang mereka! Bangsat-bangsat Jepang itu hampir membunuh kakekku!!"
Melihat kondisi Leizi yang masih bisa memaki, kurasa kata Master Lu benar - tidak ada masalah serius, tidak akan mati.
Tapi melihat Leizi seperti itu, aku segera menepuk-nepuk punggungnya dan memijat, mungkin napasnya belum lancar.
“San Ge, kita di mana ini? Huuk…” Saat bertanya ini, Leizi terus membungkuk batuk, tidak melihat pasukan hantu Jepang yang merayap di depan.
“Jangan tanya, lihat sendiri ke depan.” Kataku pada Leizi.
Leizi mengangkat kepala dan langsung kaget, mulutnya menganga, mundur beberapa langkah tanpa sadar, baru melihat Master Lu di samping.
“Ini… siapa gadis kecil ini?” Leizi belum pernah bertemu Shijie dari Master Qingfeng ini. Melihat gadis yang bahkan terlihat polos di tempat seperti ini membuatnya heran.
Master Lu hanya mendengus, tidak menjawab. Dari tasnya dia mengeluarkan benda mirip kompas, menunduk memperhatikan dengan serius seolah sedang menghitung sesuatu.
“Dia adalah shijie dari shifu saya, kemampuannya sangat hebat. Kamu harus memanggilnya Lu Zhenren. Sekarang dia datang, kita bisa merasa aman.” Aku berkata pada Leizi.
“Dia... dia shijie dari shifumu? San Ge, kamu tidak bercanda kan? Dia terlihat baru 12-13 tahun?” Leizi memandangku dengan ragu.
Sebenarnya ini wajar. Saat pertama kali melihat Lu Zhenren, aku juga tidak percaya. Siapa yang akan percaya gadis kecil berwajah 10-an tahun itu sebenarnya sudah berusia 45 tahun.
“Sudahlah, lebih baik kutunjukkan langsung padamu.” Kataku sambil membawa Leizi mengikuti Lu Zhenren dari belakang.
Lu Zhenren yang saat itu sesekali menunduk memperhatikan kompas di tangannya dengan alis berkerut, sesekali menatap tentara hantu Jepang yang tertelungkup di tanah, bergumam: “Aneh. Aku mengejar mereka dari tanah angker Shihuang Baihu sampai sini, tapi mereka sama sekali tidak bereaksi!”
Setelah mengucapkan itu, dia menghitung dengan jari-jarinya lalu terkejut. Dengan gerakan cepat, dia berputar dan melesat ke salah satu tentara hantu Jepang yang tertelungkup!
Begitu mendekat, dia mengeluarkan selembar jimat dan menempelkannya pada tentara hantu itu. Begitu jimat menempel, tentara hantu itu segera berubah menjadi asap hitam dan lenyap...
Melihat ini, Lu Zhenren terus mengeluarkan jimat dan menempelkannya pada tentara hantu kedua. Hasilnya persis sama - berubah menjadi asap hitam lalu menghilang.
“Aku bisa melihat dengan jelas, wajah Nyonya Lu saat ini menjadi muram. Ekspresi seperti itu muncul di wajahnya yang terlihat agak kekanak-kanakan, terlihat kurang serasi.”
“‘Jin Chan Tuo Ke (Lolos dari kepompong emas)?’ Nyonya Lu bergumam sendiri sambil menatap peti mati itu.”
“San Ge, apa yang sedang dia lakukan? Dan mengapa pasukan hantu Jepang itu tidak melawan?” Leizi bertanya padaku.
“Ssst, jangan bicara dulu, lihat saja,” kataku.
“‘Tai Shang Tai Xing, Ying Bian Wu Ting, Zhi Hui Ming Jing, Xin Shen An Ning, San Hun Yong Jiu, Po Wu Sang Qing. Ji Ji Ru Lü Ling!’ Setelah mantra Daoisme itu diucapkan Nyonya Lu, kulihat samar-samar gambar Tai Chi transparan muncul di tubuhnya, lalu menghilang sekejap!”
“Saat gambar Tai Chi transparan itu menghilang, semua pasukan hantu Jepang yang bersujud di tanah berubah menjadi kepulan asap hitam, lenyap dalam kegelapan malam.”
“Mereka pergi dengan tenang, sebagaimana mereka datang...”
“Ternyata kita terjebak!” Nyonya Lu berbalik menatap dingin ke arah peti mati itu.
“Terjebak? Nyonya Lu, jebakan apa yang kita alami?” tanyaku.
“Kalian lihat sendiri di dalam peti mati itu.” Nyonya Lu menjawab tanpa menoleh.
“Perkataannya membuat rasa penasaranku semakin menjadi. Aku benar-benar ingin melihat isi peti mati itu. Lagipula dengan kehadirannya di sini, keberanianku bertambah. Tak takut lagi jika tiba-tiba muncul zombi atau roh jahat dari peti mati, jadi kuarahkan langkah ke peti mati di tengah.”
Leizi mungkin juga penasaran, mengikuti di belakangku, dan bersama-sama mendekati peti mati itu. Aku mengumpulkan keberanian untuk melihat ke dalam, ternyata hanya ada peti kosong dengan selembar kain putih persegi terletak di tengahnya.
Di bagian dalam peti, terdapat benda hitam mirip lingzhi. Melihatnya, hatiku berdegum kencang!
Jangan-jangan ini jamur mayat?!！
Begitu terpikir, aku segera mengambil benda hitam mirip lingzhi itu dari papan peti.
Aku melepas kaos oblong dan membungkus benda hitam itu di dalamnya.
Jika ini benar jamur mayat, keselamatan An Rushuang sudah di depan mata! Pikiran ini membuat hatiku dilanda sukacita!
