Master Qingfeng mendengar perkataan Master Lu, lalu menatapnya dengan sangat serius dan berkata: "Shijie, semua yang kamu katakan ini aku tahu, dan aku benar-benar memahaminya, tapi satu hari sebagai guru, seumur hidup sebagai ayah. Nyawaku ini diambil kembali oleh Shifu kita. Sejak kecil ia membesarkanku, memperlakukanku lebih baik daripada orangtua kandungku sendiri. Bisa dikatakan, tanpa dia, tidak akan ada Pan Hu ini. Jadi bagaimanapun juga, meskipun tubuhnya telah digunakan oleh Xiangtian terkutuk itu untuk bereinkarnasi, aku tidak akan mengizinkan siapa pun menyentuh jenazahnya! Kamu juga tahu, satu-satunya pesan terakhir Shifu kita semasa masih hidup adalah ingin dikuburkan secara tradisional!"
Master Lu mendengarkan penjelasan Master Qingfeng, lalu menatapnya dan berkata: "Dua puluh tahun yang lalu, si terkutuk Xiangtian menggunakan jasad Guru kami untuk bereinkarnasi, menghisap darah kehidupan orang-orang demi meningkatkan levelnya dengan cepat. Saat itu, seluruh Sekte Mao Shan berkumpul dan mengatur Formasi Tujuh Bintang dan Bagua, berhasil membunuhnya di Tanah Siasat Macan Putih. Seharusnya dengan membakar jasadnya, Xiangtian akan musnah selamanya. Tapi kau malah melompat keluar dan mati-matian menghalangi! Meski berhasil menyelamatkan jasad Guru, kau membiarkan seberkas roh cacat Xiangtian kabur sambil membawa jasad Guru, terus merugikan orang lain. Hingga kemarin, dia menggunakan kembali Tanah Siasat Macan Putih untuk menghidupkan kembali jasad Guru! Seharusnya kita bisa menghentikannya, tapi malah terjebak dalam taktik Pengalihan Harimaunya!"
“Taktik Mengalihkan Harimau dari Gunung?” Master Qingfeng mengernyitkan dahi sambil bertanya.
，，，。
“Jujur saja, sekarang ada pengkhianat sejati di Sekte Naga-Harimau! Kalau bukan karena ilusi yang dibuat dengan Ajaran Maoshan tadi malam, aku tidak akan terjebak. Bahkan si pengkhianat dari Sekte Naga-Harimau itu ingin mencabut nyawa muridmu ini. Andai tidak kusadari tadi malam, mata Yin Yang-nya sudah dicongkel!” Suara Master Lu semakin meninggi saat berbicara pada Master Qingfeng.
Mendengar perkataan Master Lu, ditambah pengalamanku dan Leizi di desa itu tadi malam, akhirnya aku mulai memahami skema besar ini.
Rupanya semua yang kualami dengan Leizi hanyalah ilusi yang diciptakan oleh pengkhianat Sekte Maoshan bersama Sōda yang hendak bereinkarnasi, bertujuan memancing Master Lu agar mereka bisa lolos.
Makanya tidak aneh kalau polisi kurus itu ternyata masih hidup.
Tapi dari semua ini, masih ada dua hal yang belum kupahami.
Pertama, kenapa Jenderal Jepang Sōda dari era Perang Dunia II selalu menggunakan mayat Shifu Master Qingfeng dan Master Lu untuk bereinkarnasi? Apa mayat orang lain tidak bisa?
Kedua, kenapa pengkhianat Sekte Maoshan itu ingin membunuhku? Apa mata Yin Yang yang kumiliki ini punya nilai khusus bagi mereka?
Master Qingfeng menatapku sejenak setelah mendengar penjelasan Master Lu, lalu berkata, "Shisan, kamu masuk dulu ke kamar. Aku dan Seniormu perlu berdiskusi."
Segera kusanggupi dan hendak melangkah pergi, tapi tiba-tiba Master Lu mencegahku:
"Tunggu!"
"Ada yang perlu Master Lu sampaikan?" Tanyaku sambil menoleh bingung.
Master Lu tidak menghiraukanku, melainkan menoleh ke arah Master Qingfeng dan berkata dengan nada dingin: "Qingfeng, bagaimanapun juga masih bisa dianggap sebagai muridmu, bagaimana bisa kau mengajar sampah yang tak berguna seperti ini?! Masalah ini sekarang juga ada hubungannya dengannya, tidak perlu kau suruh dia pergi."
Mendengar perkataan Master Lu ini, aku langsung ngambek, tapi setelah dipikir-pikir lagi, meskipun ucapannya kasar tapi yang sebenarnya, nyawa aku dan Leizi memang mereka yang selamatkan. Dia memaki aku beberapa kali juga wajar.
Dan menurutku aku memang seharusnya dimaki, makanya tetap berdiri di tempat tanpa berbicara.
Di hati aku juga mengerti, harga diri manusia bukan diberi oleh orang lain, tapi harus direbut sendiri. Saat ini, keinginan di hatiku untuk menjadi kuat semakin membara.
Suatu hari nanti, aku tak akan membiarkan siapa pun menyebutku sampah.
Saat itu Master Qingfeng cukup memberi muka dengan menghindari topik ini, lalu bertanya pada Master Lu: "Shijie, langkah apa yang akan kau siapkan selanjutnya?"
Master Lu melihat ke luar jendela dan berkata, "Meskipun kali ini Xiangtian berhasil melarikan diri, dalam waktu dekat dia tidak akan bisa membuat keonaran. Aku akan kembali ke Aliran Longhu untuk berdiskusi tentang langkah selanjutnya. Saat kembali nanti, aku akan membawa muridmu ini turun ke makam untuk mencari Jiu Yang Mu. Jika kamu tidak tegas dalam mengasuhnya, biar aku yang melakukannya! Memanjakan hanya akan membuatnya semakin sampah! Ini hanya akan mempermalukan Aliran Longhu kita!" Setelah berkata demikian, Master Lu mengibaskan lengannya dan berjalan keluar dengan langkah tegap.
Master Qingfeng melihat hal ini, segera mengikuti dari belakang sambil membungkuk untuk mengantarnya.
"Aku juga meniru gaya Master Qingfeng dengan membungkukkan badan, bagaimanapun aku sudah resmi masuk ke Sekte Mao Shan, jadi harus menjaga sopan santun dan tata krama terhadap senior."
"Meski perkataan Nyonya Lu terdengar kasar, tapi setiap katanya tepat sasaran dan membuatku tak bisa membantah. Di satu sisi, ini juga demi kebaikanku sendiri."
"Karena itu bukannya membenci, malah aku mengagumi ketulusan dan sikap dingin Nyonya Lu itu."
"Setelah melihat Nyonya Lu menjauh, Master Qingfeng menarik napas panjang lalu berkata padaku: 'Shisan, kalau lapar buat sendiri di dapur. Aku mau istirahat dulu. Oh ya, urusan Lin Sen itu jangan kau campuri, biar aku yang urus.'"
"'Baik.' Jawabku. Melihat punggung Master Qingfeng yang meninggalkan aula, kurasakan aura muramnya. Mungkin karena teringat gurunya, Gu Wenxing. Jelas terlihat kedalaman perasaannya pada sang shifu - sampai berani berkonfrontasi dengan seluruh Sekte Mao Shan demi menyelamatkan jasad Gu Wenxing."
"Kubuat kepala. Saat ini nafsu makan sudah hilang. Langsung kukembali ke kamar, berbaring di tempat tidur. Setelah mengisi daya ponsel dan menyalakannya, beberapa SMS langsung bermunculan."
"Setelah kubuka, semua dari Fang Ziyan."
"Isinya kurang lebih sama: menanyakan perkembangan pengusiran hantu dan memintaku menelepon balik."
"Membaca pesan-pesan ini, kupikir: Jangan-jangan cewek ini benar-benar naksir padaku?"
"Dulu waktu masih sekelas, tidak kusadari dia begitu antusias padaku."
"Tapi soal ini kita harus jelaskan padanya dengan jelas, aku sudah punya istri. Entah An Rushuang itu manusia atau hantu, dia tetap istriku. Lagipula dia juga menganggapku sebagai suaminya. Kita tidak boleh melakukan hal yang menyakiti hatinya."
Jadi setelah memikirkan ini, aku segera membalas SMS Fang Ziyan dan bertanya langsung to the point: "Fang Ziyan, kenapa kamu begitu memperhatikanku? Apa kamu suka padaku?"
Tak disangka, tak lama setelah SMS ini kukirim, balasan SMS dari Fang Ziyan sudah datang:
"Cih~! Jangan sok jaim! Siapa yang suka sama kamu? Sok merasa disukai. Aku cuma mau tahu apa arwahmu belum dibawa pergi hantu perempuan itu."
Melihat ini, tanpa pikir panjang langsung kubalas: "Kalau kamu tidak suka padaku, aku jadi lega..."
Belum lama SMS terkiram, dering telepon langsung berbunyi. Kulihat, ternyata Fang Ziyan yang menelepon.
"Halo." Aku mengangkat telepon.
"Zuo Shisan! Apa maksud SMS yang kamu kirim tadi? Aku tidak suka padamu, kenapa kamu malah lega?! Apa kamu pikir aku Fang Ziyan tidak pantas untukmu?!" Suara Fang Ziyan di ujung telepon terdengar panik.
Rupanya ucapan tanpa pikirku ini membuatnya salah paham. Segera kujelaskan: "Bukan, bukan! Fang Ziyan jangan salah paham. Maksudku, jangan bilang pantas untukku, kamu bahkan pantas dengan Wong Sih Cong sekalipun!"
"Apa yang kamu katakan ini benar?" tanya Fang Ziyan padaku.
"Demi langit dan bumi, semuanya benar. Kamu cantik, pintar, sampai yang ngejar kamu bisa satu regimen." kataku.
“Lalu apa maksudmu mengirimiku pesan singkat itu?” Fang Ziyan bertanya padaku.
“Nggak ada maksud khusus. Awalnya aku kira karena kamu sering mengirimiku pesan perhatian, jadi aku salah sangka kalau kamu suka padaku. Maaf ya.” Aku agak canggung menjawab Fang Ziyan.
“Bagaimana jika aku benar-benar menyukaimu?” Tiba-tiba Fang Ziyan di telepon mengucapkan kalimat itu padaku.
Gua banget! Begitu dengar itu, otak langsung blank. Apa sih maunya cewek ini? Baru semenit lalu bilang aku sok asyik dan nggak suka, kok... kok sekarang langsung berubah?
Aku terdiam beberapa detik:
“Fang Ziyan, jangan bercanda seperti ini denganku.”
“Siapa yang bercanda? Zuo Shisan, aku memang suka kamu! Sejak kamu menyerahkan dupa penyelamat itu ke tanganku, aku mulai menyukaimu!!” Suara Fang Ziyan di telepon membuatku terpaku.
Kok bisa jadi suka? Kok bisa jadi suka?
“Fang Ziyan, apapun itu... mau bercanda atau tidak, ada hal yang harus kujelaskan. A-Aku sudah punya istri.” Kataku pada Fang Ziyan di telepon.
“Kamu bohong! Sudah sekelas lama, aku nggak pernah lihat kamu jalan sama cewek mana pun. Mana ada istri?” Fang Ziyan sama sekali tidak percaya.
Tapi ucapan "nggak pernah lihat kamu jalan sama cewek" ini benar-benar menyakitkan. Sebagai jomblo, seribu kali pukulan menghantamku.
“Aku mengatakan yang sebenarnya. Kalau tidak percaya, tanya kakekku. Dialah yang mencarikan istri untukku.” Aku sengaja tidak menyebut fakta bahwa An Rushuang adalah hantu. Kalau penjelasan seperti ini saja tidak bisa membuat Fang Ziyan percaya, apalagi jika kubilang istriku adalah hantu perempuan dari Dinasti Tang, pasti dia malah semakin tidak percaya!
Namun tak kusangka, setelah mendengar perkataanku, Fang Ziyan langsung bicara terus terang: "Aku tidak peduli! Aku tetap menyukaimu. Sekarang punyamu istri atau tidak, selama belum menikah, aku tidak akan menyerah! Dan Zuo Shisan, kau sudah meraba dadaku. Kalau benar-benar pria sejati, bertanggung jawablah!"
Mendengar kata-kata Fang Ziyan itu, aku hampir terjatuh dari kasur!
“Aku bilang Putri Fang, Nenek Fang, kamu jangan sembarangan ngomong gitu! Kapan aku pernah meraba dadamu?!”
