Seiring langkah kaki itu semakin jelas, aku ingin menengok tapi takut mematikan tiga api di tubuhku. Tak tahan lagi, akhirnya kubertanya:
"Siapa di belakang?!"
Yang menjawab hanya suara "tek... tek..." yang terus berirama.
Kepanikan mulai menyergap. Aku tak bisa menebak makhluk apa yang mengikutiku, tapi juga tak berani sembarangan menoleh. Akhirnya kuulang trik lama: mengeluarkan kotak bubuk sinabar dari tas.
Kubuka tutup kotak sinabar. Sambil berjalan, kutaburkan serbuk merah itu di lantai. Kupikir setidaknya ini bisa menghalau makhluk halus jika ada di belakangku.
Tapi ketika serbuk di kotak hampir habis, barulah kusadari ide ini terlalu naif.
Karena langkah kaki itu masih terdengar, tetap berirama mengikutiku dari belakang tanpa tergesa.
"Tik... tok..." Suara langkah aneh ini bagaikan mantra pemanggil nyawa, terdengar sambung-menyambung semakin mendekat...
Aku mulai tak bisa tenang. Apa-apaan ini? Makhluk apa yang mengikutiku dari belakang? Bahkan cinabar tidak mempan, jangan-jangan ini hantu yin tua yang sudah jadi siluman di dalam makam kuno ini?
Di saat genting ini, tiba-tiba aku mencium bau aneh yang tak bisa dijelaskan, berasal dari lorong di depan.
Bau ini tidak jelas enak atau tidak, sangat ganjil. Aku belum pernah mencium aroma seperti ini sebelumnya.
Dalam bau tersebut, seperti ada sedikit aroma manis yang samar. Awalnya tidak kuhiraukan, mengingat ada makhluk tak dikenal yang membuntitiku, mana sempat memikirkan ini.
Namun tak lama kemudian, aku mulai merasa ada yang tidak beres. Bau aneh ini seakan menumpuk dalam tubuhku, memancing hasrat yang perlahan muncul dari perutku, membuat tubuhku bergerak maju sendiri digerakkan oleh nafsu ini.
Seolah di ujung lorong gelap itu ada gadis tercantik sedunia menanti. Hasrat dalam tubuhku semakin menjadi-jadi, bahkan bagian bawah tubuhku mulai bereaksi, membuat tenda terangkat.
Aku langsung membeku. Ini... ini bagaimana? Sebenarnya bau apa ini?
Jangan-jangan sebelumnya Leizi juga mencium bau aneh ini, lalu masuk ke kedalaman lorong?
"Meski pikiran saya sangat jernih, keinginan yang tiba-tiba muncul dalam hati dan tubuh ini membuat saya tak bisa mengendalikan diri, langkah kaki pun semakin cepat."
"Selanjutnya, kesadaran saya perlahan mulai kabur, rasa kantuk yang sangat kuat menyerang, hampir membuat saya tertidur di tempat."
"Tepat pada momen kritis ini, saya tiba-tiba merasakan aliran energi Zhen aneh muncul dari Dantian, membuat seluruh tubuh hangat, dan rasa kantuk tadi langsung lenyap!"
"Seketika saya tersadar, ini pasti efek dari metode meditasi Tao pertama yang diajarkan Master Qingfeng kepada saya sebelumnya."
"Yaitu Mantra Lianji!"
"Maka saya segera membisikkan mantra meditasi dalam hati:"
"'Tenangkan pikiran, rilekskan tubuh, rapatkan bibir perlahan, tarik napas lembut, kumpulkan cahaya spiritual, capai Shenting, masuki Tianxin, turunkan ke Qixue, terus mengalir tanpa henti, gunakan tanpa pemaksaan, Dantian terasa hangat, ginjal seperti direbus, energi mengalir di meridian Dai...'"
"Setelah mengulang mantra Lianji dalam hati, pikiran akhirnya pulih. Namun nafsu dalam tubuh masih tersisa - ini reaksi fisiologis normal yang tak bisa dihilangkan oleh mantra meditasi."
"Yang tetap membuat saya bingung adalah: Mengapa mencium bau aneh tadi bisa langsung memicu nafsu sekuat ini dalam tubuh saya?"
"Sekeras apapun saya berpikir, tetap tak menemukan jawaban."
Namun, hal yang lebih buruk terjadi kemudian. Saat aku terus terbawa api nafsu ini, langkah kaki di belakangku semakin mendekat... semakin mendekat...
Sekarang jantungku serasa mau keluar dari tenggorokan. Jimat Pengusir Hantu Zichen Wujia yang kugenggam di tangan semakin kuremas erat. Dalam hati kubicara: Apapun makhluk yang mengikutiku ini, begitu ia mendekat, akan kuhantam dengan jimat ini!
Baru saja aku memantapkan hati, di balik cahaya redup ponsel, samar-samar kulihat siluet hitam seorang manusia berjalan perlahan menuju kedalaman terowongan.
Jangan-jangan siluet di depan itu Leizi?
Memikirkan ini, langkahku dipercepat. Semakin dekat dengan siluet itu, semakin mirip dengan sosok Leizi.
"Leizi?" Tanyaku mencoba. Sosok di depan itu seperti tak mendengar, terus melangkah maju.
"Leizi? Kalau benar kamu, jawablah!" Suaraku kukeraskan. Tempat ini semakin menyeramkan, memaksaku untuk berhati-hati.
Tak ada jawaban. Akhirnya kukejar sosok itu. Ketika sudah dekat, kuterangi dengan ponsel – ternyata benar Leizi!
Tapi matanya kosong, air liur menetes dari mulutnya. Ia terus melangkah robotis menuju ujung terowongan.
Anehnya, bersamaan dengan ketemu Leizi, suara langkah kaki hantu yin yang terus membuntutiku tiba-tiba menghilang...
Yang tersisa hanya derap kaki Leizi di sampingku. Mungkinkah...?
Tiba-tiba aku menemukan jawaban di pikiran, jadi sengaja memperlambat langkah. Saat Leizi berjalan melewati depanku, suara langkah kaki yang sebelumnya ada di belakangku kembali terdengar. Aku buru-buru mempercepat langkah, menyusul Leizi di depan dan berjalan sejajar dengannya. Suara langkah kaki di belakang langsung menghilang, berganti dengan suara langkah dari kaki Leizi di sampingku.
Sekarang aku yakin, sebenarnya tidak ada apa-apa di belakangku tadi! Suara langkah kaki itu ternyata berasal dari langkah Leizi!
Karena di terowongan ini pasti ada pengaturan pantulan suara, sehingga suara langkah kaki Leizi yang berjalan di depanku memantul ke belakangku. Itulah sebabnya muncul rangkaian suara langkah kaki tadi.
Sebenarnya ini bukan soal hantu yin atau makhluk halus.
Aku tahu ini karena pernah menonton dokumenter tentang pencuri makam. Ada satu lorong makam kuno yang menggunakan prinsip sama, memanfaatkan pantulan suara agar pencuri makam yang masuk mendengar suara langkah kaki teman di depan seolah berasal dari belakang. Saat menengok, tak melihat apa-apa, mereka pun ketakutan sendiri dan kabur.
Meski sudah memecahkan misteri suara langkah kaki di belakang, hatiku masih berat. Pertama, Leizi masih belum tahu apa yang terjadi. Kedua, melalui pengaturan anti-pencurian makam tadi, membuktikan bahwa ini benar-benar sebuah makam kuno!
Aku dan Leizi sekarang berada di lorong makam ini. Di depan masih menanti berapa banyak perangkap dan hantu yin yang mengintai!!
Tidak boleh. Harus hentikan Leizi melanjutkan perjalanan. Jangan sampai hari ini kami berdua tewas di tempat ini.
Jadi aku segera maju dan menarik Leizi, mendekat ke telinganya dan berteriak: "Leizi! Sadar!! Leizi!!"
Tapi Leizi seperti kehilangan jiwa, tak peduli seberapa keras aku menarik dan berteriak, dia tetap melangkah masuk ke dalam lorong makam.
Di saat seperti ini, aku mulai panik. Dengan nekat, aku menampar wajah Leizi:
"Leizi! Sadar!!"
Tamparan ini masih belum menyadarkannya. Melihat dia terus maju, aku langsung memeluknya erat untuk menghentikan langkahnya.
Tapi setelah kupeluk, Leizi terus meronta-ronta. Badannya yang besar dan kekar, mana mungkin aku bisa tahan?!
Tak lama, tanganku sudah pegal dan seluruh badan lemas. Jika begini terus, aku bisa mati kelelahan. Akhirnya terpaksa kulepaskan dia.
Sambil terengah-engah, kulihat Leizi yang terus berjalan. Darahku mulai mendidih. Sambil mengikuti Leizi, aku berteriak ke sekeliling: "Dasar bajingan! Aku tak peduli ini makam siapa! Kalau hari ini kami tidak segera dikeluarkan, tulang-belulangmu akan kuhancurkan lebur!! Kami cuma kecelakaan jatuh ke sini, bukan penjarah makam! Lu masih mau terus-terusan gini?! Kalau tidak kubikin kapok, kau tidak akan tahu kedahsyatan Sekte Naga Harimau dari Mao Shan!"
Di akhir kata, aku bahkan mengatasnamakan seluruh Sekte Mao Shan.
Mengumpat sekali ini membuat hatiku sedikit lega. Sekarang aku memutuskan untuk nekat, sialan! Toh kepala terpenggal cuma tinggal bekas sebesar mangkok! Hari ini aku akan ikut Leizi masuk ke dalam makam kuno ini, lihat setan apa yang mengganggu kami berdua!
