Aku segera menanggapi, "Tenang saja, Kek. Aku pasti akan menjaga An Rushuang baik-baik. Nanti kalau sudah punya uang, yang pertama kubelikan buat Kek becak motor listrik baru."
Kakek mendengar perkataanku, lalu tertawa seraya berkata: "Sebenarnya orangtuamu sudah lama ingin mengganti becak untukku, hanya saja aku merasa sudah punya ikatan emosional dengan kendaraan ini dan tidak mau menggantinya. Tapi jika cucuku mau menghasilkan uang untuk membelikan kakek becak listrik, pasti kakek terima!"
"Baiklah, setelah lulus kuliah aku akan ikut Master Qingfeng mencari uang. Kakek tidak tahu, profesi sebagai Taoist ini sangat menguntungkan. Membantu orang kaya mengusir hantu sekali saja bisa dapat ratusan ribu." Kataku pada kakek.
Demikianlah, sepanjang perjalanan ke Kuil Qingzhu aku dan kakek terus bercakap-cakap riang. Turun dari becak, kubuka gerbang kuil dan berkata: "Kek, masuklah minum air dan istirahat sebentar."
"Tidak perlu, cepatlah masuk. Masih ada urusan di rumah. Dengarkan baik-baik perkataan Master Qingfeng ya." Kata kakek sambil menaiki becaknya dan bergegas pulang.
Aku tetap berdiri di gerbang kuil Tao, memandangi kakek menjauh hingga tak terlihat, baru kemudian melangkah melewati anak tangga menuju dalam kuil.
Setelah kembali ke Kuil Qingzhu, pertama-tama aku pergi ke aula kuil. Melihat Master Qingfeng tidak ada di sana, kuduga dia sedang bersembunyi di kamarnya entah menonton film dewasa Jepang, atau mungkin lagi menonton film dewasa Jepang.
Malas mengganggunya, aku kembali ke kamarku. Mengeluarkan Hu Zi dari tas ransel, kutaruh di bawah tempat tidur. Kuambilkan jerami kering dari belakang kuil, membuat sarang sederhana untuk Hu Zi agar bisa berbaring di dalamnya.
Setelah semuanya selesai, kuisi daya ponsel. Saat membukanya, terlihat ada panggilan tak terjawab dari ibuku. Segera kutelepon balik dan menanyakan ada keperluan apa.
“Ibu bilang tidak ada hal lain, hanya saja merindukanku, menelepon untuk menanyakan kabar. Setelah mengobrol sebentar dengan ibu, aku pun menutup telepon.”
“Saat sedang tidak ada kegiatan, baru saja aku bersiap untuk handstand di dinding sambil menghafal mantra Lianji, tiba-tiba ponselku berdering lagi.”
“Kubuka dan melihat itu panggilan dari Fang Ziyan. Bukankah dia sebelumnya mengatakan pada An Rushuang tidak akan menghubungiku lagi? Kenapa sekarang menelepon?”
“Meski agak bingung, mengingat kami adalah teman sekelas yang sulit menghindari pertemuan sehari-hari, akhirnya kuangkat teleponnya.”
“Halo Fang Ziyan, ada perlu apa?” tanyaku.
“Di seberang telepon terdiam sejenak, baru kemudian suara Fang Ziyan terdengar:”
“Zuo Shisan, kamu... itu...”
“Mendengar ucapannya yang tersendat-sendat, kusadari pasti ada masalah. Langsung kutanyakan: 'Fang Ziyan, kalau ada masalah, bicara saja langsung.'”
“Zuo Shisan, kamu... apakah kamu punya uang sekarang?” tanya Fang Ziyan dengan suara yang terdengar malu-malu.
“Uang? Buat apa?” tanyaku reflek.
“Jangan tanya dulu. Cuma mau tahu apakah kamu punya sekarang,” suara Fang Ziyan di telepon mulai panik, dari nadanya sepertinya sedang dalam masalah.
“Butuh berapa?” tanyaku.
“Seribu cukup, ini darurat!” jawab Fang Ziyan.
“Kuberdiam sejenak lalu berkata: 'Nanti aku akan tanya Shifu dulu. Dia yang punya uang, akan kucoba pinjam. Tapi tidak jamin bisa. Kalau berhasil, akan kuberi kabar.'”
“Oke! Terima kasih ya Zuo Shisan.” Fang Ziyan mengucapkan terima kasih.
“Jangan sungkan, aku juga belum tahu bisa meminjamkan atau tidak.” kataku.
“Tidak apa, kalau begitu aku tutup dulu ya.” Fang Ziyan menutup telepon setelah berkata demikian.
Aku menyimpan ponsel, berganti pakaian, lalu keluar kamar menuju kamar Master Qingfeng.
Belum sempat masuk, sudah kudengar suara Master Qingfeng sedang berbicara dengan seseorang:
“Shijie, menurutmu jika kita tidak bisa menemukan peti mati asli jenderal iblis Jepang Aida, mustahil untuk bertindak. Langkah selanjutnya apa yang harus dilakukan?”
Kemudian terdengar suara Shijie Master Qingfeng, Master Lu:
“Sekarang tidak ada cara lain. Aida terlalu banyak menggunakan ilusi, seperti kelinci licik yang punya tiga liang. Satu-satunya cara bodoh adalah mengerahkan banyak orang untuk mencari peti mati aslinya di semua Tanah Pemeliharaan Mayat yang terkumpul Energi Yin. Kita harus mencegahnya bangkit kembali dan melukai orang!” Master Lu berhenti sejenak, lalu berteriak dingin ke arah pintu: “Yang menguping di luar sudah puas? Masuk!”
Aku langsung paham maksudnya, terpaksa masuk dengan pasrah.
“Master Lu, aku tidak sengaja mendengar. Kebetulan lewat saja...” Aku berusaha menjelaskan setelah masuk.
Master Lu menatapku dengan mata kanak-kanaknya yang tajam, mendengus dingin, lalu diam.
Master Qingfeng bertanya: “Shisan, kenapa baru pulang?”
Mendengar pertanyaannya, kurajut kesempatan ini untuk menceritakan secara detail pengalaman aku dan Leizi di hutan produksi.
“Apakah kamu yakin mengikat benang merah di jempol tangan kiri dan tidur di bawah tempat tidur?” Master Qingfeng menatapku dengan serius ketika aku menceritakan bagaimana An Rushuang memberitahuku cara menghindari ilmu santet itu.
Aku mengangguk, berkata dengan pasti: “Yakin, saat itu An Rushuang memang memberi tahu seperti itu.”
Setelah mendengar penjelasanku, Master Qingfeng saling bertukar pandang dengan Master Lu di sebelahnya. Dari sorot matanya, kulihat secercah kekhawatiran.
“Shifu, sebenarnya apa yang terjadi?” tanyaku pada Master Qingfeng.
Baru saja kuucapkan itu, Master Lu yang biasanya pendiam justru berkata: “Istri hantumu itu benar. Untuk ilmu santet biasa, cara itu memang bisa menyelamatkan nyawa. Tapi jelas, pelakunya bukan hanya ahli dan kejam, pastilah juga praktisi jahat yang melatih ‘Feitou Jiang’! Pamannya temanmu itu, karena gagal membantu, pasti akan dibungkam.”
Seperti dijelaskan sebelumnya, “Feitou Jiang” adalah ilmu santet paling jahat dan kejam. Praktisi yang menguasainya di malam hari akan berubah menjadi pembunuh, tapi siang hari tampak seperti orang biasa. Setiap malam, kepala sang dukun santet akan terpisah dari tubuhnya dan terbang mencari darah janin atau anak kecil untuk dihisap. Karena itu, tak satu pun praktisi “Feitou Jiang” yang bukan penjahat keji.
Setelah mendengar perkataan Master Lu, hatiku langsung berdebar kencang. Aku benar-benar tidak menyangka bahwa tukang santet yang memberikan ilmu hitam pada kami dan Leizi ternyata sedang melatih "ilmu kepala terbang".
"Shisan, apakah data kelahiranmu (bazi) tidak pernah kau beri tahu orang lain?" Tanya Master Qingfeng dengan nada khawatir sambil menatapku.
Aku segera menggelengkan kepala:
"Tidak, hanya kakek, nenek, dan orang tuaku yang tahu."
Master Qingfeng akhirnya menghela napas lega:
"Bagus. Ingat baik-baik, data kelahiranmu jangan sembarangan diberitahukan ke orang. Tapi kembali ke masalah, bagaimana caramu sampai berseteru dengan tukang santet yang latih 'ilmu kepala terbang' itu?"
"Aku juga tidak tahu." Jawabku jujur.
"Musuh dalam bayangan sementara kita terbuka, ini agak rumit. Tapi tidak masalah. Asal bisa menemukan lokasi tukang santetnya, nanti Shibo-mu Master Lu Yu bisa membantumu membereskan si penyihir itu."
"Hmph! Muridmu bukan muridku. Apa urusanku dengan hidup-matinya?!" Suara Master Lu tetap dingin, setiap kalimatnya menusuk.
"Shijie, jangan bicara seperti itu. Seperti kata pepatah..."
"Cukup! Qingfeng, jangan ngawur. Sudah, tentang masalah Xiangtian sudah kusampaikan. Lebih baik kau waspada. Aku ada urusan, pamit dulu." Master Lu bangkit dari kursi dan langsung berjalan keluar gerbang kuil.
"Master Qingfeng segera mengikuti di belakang mengantarnya keluar. Aku selalu bingung, setiap kali Nyonya Lu datang, alat transportasi apa yang dia gunakan? Bagaimana dia bolak-balik antara Gunung Naga Harimau Sekte Mao Shan dan Beijiu Shui di Gunung Lao kami?"
"Jaraknya tidak dekat lho."
Setelah mengantar Nyonya Lu pergi, Master Qingfeng kembali ke kamar dan duduk di kursi. Dengan wajah serius dia menatapku: "Shisan, mulai hari ini aku akan melatihmu dengan metode latihan setan!! Sudah siap?"
"Shifu, bisakah... ditunda dua hari lagi?" tanyaku pada Master Qingfeng.
"Apa?! Ada urusan apa lagi?" Master Qingfeng menatapku.
"HPku rusak, aku mau ke kota beli yang baru." jawabku.
"Oh, boleh saja. Di usiamu memang waktunya main HP. Aku mengerti, aku mengerti." Master Qingfeng mengangguk pura-pura bijak.
"Kalau gitu, bisakah Shifu pinjamin uang? Nanti kalau ada job pengusir hantu, aku akan bantu gratis." pinta ku.
"Mau pinjam berapa?" tanyanya.
"Dua ribu." jawabku.
"Mau beli HP apa kok semahal itu? HP Shifu ini kan hadiah beli pulsa dua ratus rebu. Awet, anti pecah, hurufnya besar-besar!" Master Qingfeng menyilangkan kaki sambil berkata.
"Shifu, ketinggalan zaman kamu. Orang sekarang beli ponsel sampai dua tiga ribu yuan. Ponsel dua ribu yuan yang kubeli ini mahal apanya?" Sebenarnya awalnya aku berniat beli yang seribuan saja, tapi tadi Fang Ziyan pinjam seribu yuan mendesak, jadi sengaja kukatakan seribu lebih.
