Saat menemani Fang Ziyan jalan-jalan, aku jelas merasakan dia seperti menyembunyikan sesuatu dariku hari ini. Beberapa kali ingin mengatakan sesuatu, tapi selalu mengurungkannya.
Mengingat kejadian yang dialaminya hari ini, aku tidak enak banyak bertanya. Hanya bisa menahan rasa ingin tahu, menemani dia jalan-jalan sambil berpikir: berjalan-jalan bersama untuk menenangkan pikiran mungkin sudah cukup. Kejadian hari ini jelas pukulan berat bagi gadis sepertinya.
Namun saat menemani Fang Ziyang di tepi sungai, tiba-tiba aku merasa bersalah seperti telah mengkhianati An Rushuang. Aku membayangkan sebaliknya: jika melihat An Rushuang jalan-jalan dengan pria lain di tepi sungai, apapun alasannya, pasti hatiku tidak akan nyaman. Karena itu sengaja kuletakkan liontin giok di leherku keluar dari kerah baju.
Fang Ziyan berjalan beberapa saat, lalu berhenti di tepi sungai. Membelakangiku sambil menatap air hitam pekat, tetap diam.
Lama sekali, baru dia bertanya padaku:
"Zuo Shisan, aku mau tanya sesuatu. Jawab jujur."
"Apa?" tanyaku.
"Jika harus memilih antara orangtua dan orang yang paling kau sukai, kau pilih siapa?" Pertanyaan Fang Ziyan yang tiba-tiba ini membuatku bingung.
"Maksudmu apa dengan pertanyaan itu?" tanyaku tak mengerti.
"Jawab saja pertanyaanku." Fang Ziyan menoleh memandangku dengan ekspresi sangat serius.
"Aku tidak tahu. Mungkin... orangtua." jawabku.
Setelah mendengar perkataanku, Fang Ziyan justru tertawa. Bahkan dari tawanya kudengar nuansa kesedihan yang menyayat.
Ada apa sebenarnya dengannya hari ini? Mengapa tiba-tiba melakukan berbagai gerakan aneh?
Kutatap Fang Ziyan di hadapanku, perasaan asing yang tak kenal semakin menguat. Masihkah dia "Bunga Kelas" yang dulu hanya tahu menunduk dan belajar di kelas kami?
Saat aku sedang bingung, tanpa sengaja kulihat sesuatu melayang mendekat dari seberang sungai. Setelah kuperhatikan, nyaris saja aku mengompol ketakutan!
Benda yang melayang di udara itu ternyata sebuah kepala manusia yang hidup!!
"Fang Ziyan lari!!!" Teriakku sambil menarik tangannya. Tapi di saat yang sama, kepala itu telah terbang mendekat - kepala pria dengan wajah biasa namun bermata licik dan beraura jahat.
Wajah pucat itu mengeluarkan tawa menyeramkan. Sekejap saja, sudah berada di depan hidungku!
Tamu tak diundang ini jelas berniat jahat!
Kulihat sudah terlambat untuk kabur. Segera kujangkau tas kecil dengan tangan kiri, mengeluarkan Fu Pengusir Hantu Zichen Wujia dan menggenggamnya erat.
Melihat fu tersebut, kepala itu langsung berhenti dan mulai berputar-putar mengelilingi kami.
Fang Ziyan kini sudah menutup mulutnya ketakutan, seluruh tubuhnya gemetaran tak terkendali melihat kepala melayang itu.
Sebenarnya, ketika aku melihat kepala manusia ini, reaksi pertamaku adalah ilmu Toujiang Terbang yang pernah kupelajari dari "Buku Lengkap Ilmu Taoisme Maoshan"!
Seperti yang dijelaskan sebelumnya, Toujiang Terbang ini adalah teknik dimana tukang santet menggunakan mantra dan ilmu hitam untuk membuat kepalanya terlepas dari tubuh dan terbang mengganggu orang.
Namun dalam "Buku Lengkap Ilmu Taoisme Maoshan" dijelaskan bahwa saat pertama kali berlatih Toujiang Terbang, seorang tukang santet harus mencari tempat tersembunyi yang bebas gangguan, baru bisa memulai ritual tepat tengah malam.
Sekarang hari baru saja gelap, kok Toujiang Terbang ini sudah datang?
"Siapa kau?!" Aku bertanya pada kepala yang berputar mengelilingi kami. Meski tahu pertanyaanku sia-sia, berbicara sedikit mengurangi rasa takut di dasar hatiku.
Sebelum sempat berpikir panjang, kepala itu menjerit aneh dan langsung menyergapku dengan cepat.
Aku mengerahkan keberanian, berteriak: "Cepat seperti perintah hukum!" Sambil menyodorkan Fu Pengusir Hantu Zichen Wujia di tanganku ke arah kepala itu.
Tapi kepala itu dengan lincah berputar di udara, menghindari seranganku.
Gagal mengenainya, aku segera menarik kembali fu sambil menenangkan diri. Pengalamanku menghadapi maut berkali-kali membuatku tetap tenang di saat genting ini.
Sementara kepala itu belum mendekat, aku menyerahkan kertas jimat ke tangan kiri, tangan kanan cepat-cepat mengeluarkan kotak berisi bubuk sinabar dari tas ransel, membuka tutup kotak dengan satu tangan, melihat ke bawah - hanya tersisa sedikit sinabar di dalam kotak.
Bersamaan dengan itu kepala itu menjerit aneh lagi, membuka mulut lebar-lebar memperlihatkan deretan gigi tajam hitam, menggigit ke arah betisku!
Melihat ini, aku tidak menghindar, menarik napas dalam-dalam. Saat kepala itu mendekat, aku cepat-cepat membalikkan kotak sinabar di tangan, menuangkan sisa terakhir bubuk sinabar ke atas kepala itu.
Kepala yang terkena sinabar itu mengeluarkan jeritan melengking yang sangat menyakitkan, terlempar ke belakang dan berputar-putar tak tentu arah seperti lalat tak berkepala.
Kulihat ini kesempatan emas - sekarang saatnya mengambil nyawanya! Cepat aku melangkah maju beberapa langkah, menempelkan Fu Pengusir Hantu Zichen Wujia di tangan ke kepala yang melayang di udara itu.
Jeritan yang lebih menusuk keluar dari mulut kepala itu. Setelah ditempeli jimat, asap putih mulai mengepul terus-menerus dari kepala tersebut. Kemudian kepala itu berhenti berputar dan melesat kabur ke satu arah dengan kecepatan luar biasa.
Kulihat tak mungkin mengejarnya, apalagi perangkat pengusir roh jahat yang kubawa hanya tersisa satu Fu Pengusir Hantu Zichen Wujia. Akhirnya kuputuskan tidak mengejar.
Ah! Hari ini agak disayangkan, tak sempat mengambil nyawanya. Pemilik kepala itu pasti seorang dukun santet yang menguasai ilmu kepala terbang. Masalah di kemudian hari pasti tak terhindarkan.
Tapi sudah lari ya sudah, tidak ada cara lain.
“Fang Ziyan, kamu tidak apa-apa?” Aku menoleh dan bertanya, tapi saat menoleh, aku baru sadar Fang Ziyan entah sejak kapan sudah menghilang!
Sekeliling sepi tak berpenghuni!
“Fang Ziyan? Fang Ziyan?!...” Aku berteriak cemas sambil memandang sekeliling. Jika Fang Ziyan tiba-tiba menghilang dalam situasi seperti ini, pasti nasibnya akan buruk.
“Jangan teriak lagi, dia baik-baik saja. Aku melihatnya pergi sendiri tadi saat kamu sedang bertarung dengan kepala manusia itu.” Suara An Rushuang terdengar dari belakangku.
Aku menoleh dan melihatnya sudah keluar dari Giok, berdiri tenang di belakangku sambil menatapku.
Mendengar perkataan An Rushuang ini, hatiku merasa sedikit kecewa. Meskipun aku tidak menyukai Fang Ziyan dalam artian romantis, tapi aku menganggapnya sebagai teman. Saat dia dalam masalah, aku bergegas menyelamatkannya tanpa ragu. Tapi dia malah kabur berulang kali di tengah bahaya. Hasil seperti ini membuatku merasa hampa dan kehilangan semangat.
“Zuo Shisan, maafkan aku. Untuk hal yang sebelumnya, kamu tidak akan menyalahkanku, kan?” An Rushuang menatapku dan berkata.
“Maaf? Hal apa?” Aku bertanya bingung.
“Yaitu kejadian di hutan produksi itu. Aku menyuruh kalian mengikat benang merah di jempol dan tidur di bawah tempat tidur. Tapi siapa sangka masih...”
“Sudah, An Rushuang. Jangan bicara seperti itu. Jangan pernah minta maaf padaku. Kejadian itu bukan salahmu. Aku sepenuhnya percaya padamu.” Aku menyela ucapannya sebelum An Rushuang selesai bicara.
“Aku sekarang kadang sangat membenci diri sendiri yang tak berguna, hanya bisa memandangi kau terjebak dalam bahaya berulang kali tanpa bisa berbuat apa-apa. Andai aku masih memiliki kekuatan seribu tahun seperti dulu, tadi makhluk kepala itu berani mendekatimu, langsung kuhancurkan rohnya! Tapi sekarang...” Suara An Rushuang penuh penyesalan dan rasa bersalah.
Mendengar perkataannya, hatiku seperti teriris. Segera kujawab, "An Rushuang, jangan kau berpikir begitu! Tanpamu, aku sudah mati dimangsa siluman ular saat berusia sembilan tahun. Kau telah menyelamatkanku berkali-kali, hutangku padamu terlalu besar. Justru aku yang tak berguna sampai membuatmu seperti ini, andai bukan karena aku..."
"Sst~~!" An Rushuang memberi isyarat agar aku diam, lalu melambaikan tangan menyuruhku berjongkok di tepi sungai.
Langsung kusadari dia pasti menemukan sesuatu. Segera kusembunyikan diri di balik pohon Liǔ tepi sungai sambil merendahkan postur.
Dari posisi jongkok, kulihat ke arah yang ditunjuk An Rushuang. Tak lama kemudian, muncul bayangan manusia berwarna hitam bergerak limbung mendekati kami!
Pemandangan ini segera membuatku curiga. Taman ini sudah ditinggalkan bertahun-tahun, tak mungkin ada orang datang di malam hari!
