"Mikir nenekmu!! Kalau ada cara ngapain aku masih di sini?!" Aku membentak si gendut.
"Sial, Hu Yijun hari ini benar-benar sial tujuh turunan! Istri kabur, malam ini ketemu hantu lagi!!" Si Hu Yijun menggerutu dalam formasi.
"Gendut, tadi sudah kuberi tahu baik-baik, kamu malah pamer mau membunuh tentara Jepang, mengobarkan revolusi. Sekarang nyata, menyesal pun tak ada gunanya! Nangis aja sana." Kataku pada si gendut.
Selama bicara, mataku tak lepas dari nenek tua itu. Kertas jimat di mayat tanpa kepalanya sudah berubah merah total, jatuh ke tanah.
Kepala dan tubuh tanpa kepala itu mulai menyatu perlahan.
Seorang nenek berdarah dengan jas hujan merah dan payung hitam muncul, senyum dingin di bibirnya, melangkah mendekat.
“Kalian……semua akan mati……” Suara aneh yang tidak jelas gender keluar dari mulut nenek tukang santet itu, membuat seluruh tubuhku merinding.
Setiap langkahnya mendekat, kurasakan suhu sekitar turun sedikit. Kutebak, ini akibat kelebihan energi Yin. Sebenarnya apa sih nenek tukang santet di seberang itu? Manusia atau hantu? Kok bisa punya energi Yin sekuat ini?!
Lima ayam jago besar dalam sangkar di sampingku mulai gelisah, terus berkotek tak henti. Tapi suara ayam ini sama sekali tidak mempan menghadapi nenek tukang santet itu.
Saat kulihat matanya menyorotkan cahaya dingin, semakin mendekati formasi Wu Yang, aku baru saja ingin memanggil Master Qingfeng lagi. Si gendut di samping tiba-tiba berteriak, "Hei adik, jangan-jangan... formasi ini nggak manjur?! Kayaknya hantu itu levelnya tinggi banget!"
Kulemparkan pandangan ke si gendut. Di situasi seperti ini dia masih bisa analisa keadaan dengan tenang, tidak sampai panik dibuatnya. Mentalnya benar-benar kuat.
"Aku juga nggak tau formasi ini manjur atau nggak. Yang penting kita tahan sampai Shifu datang," jawabku jujur padanya.
"Shifu-mu kapan datengnya?" Si gendut bertanya gugup.
"Santai, pasti sebentar lagi dia..." Entah kenapa, tiba-tiba rasa jengkelku pada si gendut ini mulai menghilang.
Mungkin karena kita berdua sudah menjadi seperti serangga di tali yang sama, hidup dan mati terikat bersama.
Saat nenek tukang santet itu mendekat, di luar formasi Lima Matahari, tangisan mulai terdengar. Lima potong kayu di sudut-sudut ruangan bergetar halus. Suara tangisan itu penuh kesedihan dan dendam. Mendengarnya, kepalaku terasa sakit seperti mau pecah, ketakutan terdalam dalam hati pun terpicu.
Tapi sekarang, meski ketakutan, aku harus tetap di sini. Di dalam hatiku selalu ada semangat dan kemarahan yang terus menyiksaku. Beberapa dendam, seberapa pun takutnya, harus dibalas!
Jadi segera kurajut mantra Jalan Tao "Teknik Pemurnian Diri" dalam hati, baru suara-suara hantu dan serigala itu pengaruhnya berkurang.
Tapi si Gendut di sampingku tak menguasai Teknik Pemurnian Diri. Pikirannya sudah kacau oleh tangisan itu. Kedua tangannya memegangi kepala, wajahnya menyeringai kesakitan.
"Sang Taoist datang!! Satu Titik Tiga Kemurnian, Dua Titik Yin-Yang, Tiga Titik Lima Unsur, Bebaskan!!!" Suara Master Qingfeng tiba-tiba bergema dari belakangku. Badannya melesat menerjang tukang santet.
Dia akhirnya datang!
Kuperhatikan, Master Qingfeng kini memegang pedang koin tembaga di tangan kirinya. Sekali tebas, tukang santet itu terdorong mundur beberapa langkah. Dengan cepat dia mengeluarkan kertas jimat dari tangan kiri, menempelkannya di pedang. Bilah pedang langsung berpendar kuning. Teriaknya:
"Bintang Tujuh Langit Surgawi, Lima Matahari Meminjam Matahari!"
"Lanjutkan menebas ke arah dukun santet itu dengan ganas! Sambil itu, Master Qingfeng menginjakkan kaki mengikuti pola langkah Qixing Bu Tian Gang, sehingga ilmu Tao yang dikerahkan semakin meningkat, membuat dukun santet itu tak berkutik sama sekali.
Saat ini, aura Master Qingfeng benar-benar tak terbantahkan.
Melihat situasi ini, dukun santet itu hanya bisa menghindar, takut pedang koin tembaga berhias kertas jimat itu menyentuh tubuhnya.
Setiap langkah maju Master Qingfeng, pedang koin tembaga diayunkan, sementara mulutnya melantunkan mantra Qixing Bu Tian Gang:
"Yī qì hùndùn guàn wǒ xíng!
Yǔ bù xiāng tuī dēng yángmíng!
Tiān huí dì zhuǎn lǚ liù jiǎ!
Niè gāng lǚ dǒu qí jiǔ líng!
Yà zhǐ fú yāo zhòng xié jīng!
Tiānshén zhù wǒ qián shēn qù!
Yīqiè huò yāng zǒng bù qīn!"
Setiap langkah diinjakkan, aura keseluruhan tubuh Master Qingfeng semakin bertambah!
Mulut, mata, tangan, hati, semangat, kaki, tubuh - ketujuh elemen menyatu. Tujuh langkah terayun, Master Qingfeng tiba-tiba mengayunkan pedang koin tembaga ke bagian bawah tubuh dukun santet. Saat dukun itu melompat menghindar, Master Qingfeng mengangkat kaki dan menendang perutnya, melayangkannya hingga terjatuh di tanah sejauh tiga empat meter.
Gile, selama ini gue gak nyadar kalau Master Qingfeng sakti banget?! Aura penguasanya benar-benar memancar! Kayaknya dia langsung mengeluarkan jurus andalan dari awal buat mengakhiri pertarungan dengan cepat melawan dukun santet itu.
“Selain itu, langkah Tian Gang Qixing yang disebutkan ini, sebenarnya adalah teknik melangkah yang sering kupraktikkan setelah melihat Master Qingfeng berlatih di halaman belakang Kuil Qingzhu. Saat itu aku tidak tahu fungsi dari gerakan ini, hanya merasa kelihatannya keren saat dijalankan, jadi ingin mempelajarinya.”
“Orang gemuk di sampingku langsung terkesima, menarik lenganku sambil terus bertanya:”
“Adik, Shifumu... masih menerima murid baru tidak? Masih butuh murid tidak?......”
“Saat itu, dukun santet yang ditendang oleh Master Qingfeng perlahan bangkit dari tanah. Seluruh tubuhnya gemetaran, asap hitam terus mengepul dari tubuhnya.”
“Langkah Tujuh Bintang Surgawi Maoshan? Kau ini anggota Sekte Longhu dari Mao Shan?!” Dukun santet itu menatap Master Qingfeng dengan tatapan aneh sambil bertanya terkejut.
“Master Qingfeng memegang pedang koin tembaga dengan satu tangan, tidak menjawab. Tangan satunya mengeluarkan sebatang rokok, dengan gaya sok keren menyalakannya pakai satu tangan. Setelah menghirup dalam-dalam, baru berkata: "Salah! Laozi adalah Patriark Sekte Longhu dari Mao Shan!!”
“Sumpah gua muak banget sama shifu ini. Kok bisa di situasi dan waktu apapun dia gak lupa buat gaya sok keren?! Sekarang masih sempat ngerokok, kenapa gak ada petir nyambar aja sih?!”
“Si gemuk yang melihat gaya Master Qingfeng malah semakin kagum, berteriak tak terkendali: "Taoist, keren abis! Aku jatuh cinta!!!" Sekarang setelah melihat dukun santet itu sudah sepenuhnya ditaklukkan Master Qingfeng, hatinya sudah tidak takut lagi, teriak apa saja seenaknya.”
“Master Qingfeng tersedak hebat karena pengakuan mendadak dari si gemuk, sampai-sampai asap rokoknya nyaris membuatnya tercekik, tangannya menutupi tenggorokan sambil terus batuk-batuk.
“Shifu, hati-hati!!!” Tukang santet itu melihat kesempatan menyerang Master Qingfeng, langsung menyergap dengan cepat. Tubuh dan kepalanya terpisah secara bersamaan, kaki-kakinya mengunci tubuh Master Qingfeng sementara kepala yang melayang itu langsung menggigit lehernya.
Melihat ini, hatiku berdebar kencang. Tanpa pikir panjang, aku langsung berlari ke arah Master Qingfeng.
Master Qingfeng tetap tenang. Meski tubuhnya terkunci, dengan tangan kirinya yang bebas ia menggigit jari tengah sampai berdarah, lalu membuat gerakan Mudra dengan cepat sambil membisikkan mantra ke arah kepala terbang itu.
Kepala itu bertubrukan dengan tangan kiri Master Qingfeng dan terlempar beberapa meter.
“Shisan, cepat bantu!!” teriak Master Qingfeng padaku.
Awalnya kupikir dia masih bisa menahan, jadi sengaja tidak mau membantunya—biar dapat pelajaran agar tidak sok jago terus.
Tapi akhirnya aku takut juga kalau dia celaka, jadi kuputuskan berlari mendekat.
“Shifu, bagaimana caraku membantu?” Kucoba menarik mayat tanpa kepala yang melilit tubuhnya, tapi tenagaku tak cukup untuk melepaskannya.
“Ikuti instruksi gerakan tanganku: jempol dan jari tengah direkatkan, jari lain direntangkan alami!” Master Qingfeng berteriak tergesa.
“Sudah!” Aku buru-buru menyusun Mudra sesuai petunjuknya.
“Lalu tekukkan tangan ke atas di depan dada, jari-jari direntangkan alami, telapak menghadap luar.” Master Qingfeng melanjutkan instruksinya.
“Siap.” jawabku.
“Ucapkan mantra 'Yin Zhuo Yang Qing, Ling Guang Shui She', lalu tampar sekuat tenaga ke tubuh mayat tak berkepala ini!” perintah Master Qingfeng.
“Yin Zhuo Yang Qing, Ling Guang Shui She!” Setelah meneriakkan mantra, aku mengerahkan seluruh tenaga untuk menampar tubuh mayat tak berkepala itu.
