"Shifu, rencana apa sekarang?" Tanyaku pada Master Qingfeng sambil menatap Haicheng KTV di depan kami.
“KTV Haicheng ini memang milik Pang Dahai, pria paruh baya yang dulu berpura-pura menjadi penyelamatku dan Fang Ziyan dari Lin Muxin di KTV itu.”
“Jelas, dia juga terlibat dalam konspirasi yang ingin mencabut nyawaku dan menghancurkan hidupku. Sungguh pengecut!”
Master Qingfeng menyeringai dingin, mengeluarkan air mata sapi dan daun pohon Liǔ dari sakunya untuk membuka mata yin. Lalu ia mengambil empat batang hio dari tabung kertas, menancapkannya di celah tanah dan menyalakannya.
Setelah semuanya siap, ia mengeluarkan lonceng tembaga dari tas ranselnya. Lonceng itu digoyangkannya di depan keempat hio yang menyala, mengeluarkan dentang "ding ling-ding ling" yang berirama.
Suaranya tak keras, tapi jelas terdengar hingga jauh.
“Shifu, ini sedang melakukan apa?” Tanyaku penasaran. Meski sudah menduga ia sedang memanggil arwah yin yang mati, aku tak tahan untuk bertanya.
“Memanggil hantu.” Mata Master Qingfeng tak lepas dari keempat hio yang tertancap di tanah.
Ternyata tebakanku tepat.
“Shisan, tahukah kau mengapa aku menancapkan empat batang hino di tanah?” Tanya Master Qingfeng sambil terus menggoyangkan lonceng tembaga.
“Kenapa?” Aku mengernyit.
“Jadi buku《Pegangan Ilmu Taois Maoshan》 yang kuberikan malah kau anggap panduan mengawinkan babi? Nggak pernah dibaca ya? Dasar ‘Tiga Dewa Empat Hantu’ saja tak kau pahami!” Suaranya kesal bagai menghardik besi yang tak bisa jadi pedang.
“Buku itu mencatat begitu banyak hal yang beragam, bagaimana aku bisa mengingat semuanya? Ngomong-ngomong, apa arti istilah 'tiga untuk dewa, empat untuk hantu' ini?” Aku berpura-pura antusias bertanya.
“Istilah 'Shen San Gui Si' dalam Taoisme merujuk pada ritual membakar kertas persembahan. Saat mempersembahkan untuk dewa, bakar tiga lembar sekaligus. Untuk arwah, empat lembar sekaligus. Angka tiga melambangkan energi Yang, empat mewakili energi Yin. Prinsip sama berlaku untuk dupa - tiga batang untuk dewa, empat batang untuk arwah dalam tiga tahun pertama setelah kematian.” Master Qingfeng menjelaskan panjang lebar.
Setelah itu, ia mengangkat kepala dengan kesal sambil memandang sekitar, “Ada apa hari ini? Apakah ada benda penangkal energi Yin di sini? Sudah lama kugetok lonceng tapi tak ada arwah yang datang?”
“Aku mana tahu? Aku belum pernah memanggil hantu,” jawabku sambil menatap sekeliling.
“Jangan-jangan karena hampir subuh? Tapi masih ada sejam lagi,” gumam Master Qingfeng sambil memandang lonceng tembaga di tangannya.
Tepat saat ia selesai bicara, angin dingin tiba-tiba menyapu wajahku. Seluruh tubuhku menggigil seperti dicelupkan ke air es.
Sensasi ini sudah kukenal setelah beberapa kali mengalaminya. Ini pasti energi Yin dari para hantu - mereka datang!
Melihat ini, Master Qingfeng segera menggoyangkan lonceng tembaga di tangannya lebih cepat. Seiring dengan percepatan goyangan lonceng, energi Yin di sekitar kami semakin pekat. Suhu di sekitar kami langsung turun beberapa derajat.
Mari saya jelaskan begini: Biasanya saat kita berjalan malam, tiba-tiba merasa dingin di suatu tempat, atau ada angin dingin yang menusuk sampai ke tulang, kemungkinan besar ada makhluk halus yang lewat.
Tapi jika bertemu, jangan panik. Anggap saja tidak melihat dan lewati saja. Jika tidak ada permusuhan, sebagian besar hantu tidak akan mengganggu - takut hukum langit, takut Mao Shan, takut Buddha.
Inilah arti pepatah "Orang yang tak berbuat jahat, tengah malam pun tak takut ketukan hantu".
Entah berapa banyak roh penasaran yang berhasil dipanggil Master Qingfeng. Saat saya menunduk melihat empat batang dupa, ternyata dupa-dupa itu menyusut dengan cepat, mungkin dihisap oleh roh-roh yang datang.
Dupa habis secepat ini, berapa banyak hantu di sekitar sini?! Syukurlah saya tidak iseng mengolesi air mata sapi untuk membuka Yin Yan, pasti sudah ketakutan setengah mati.
Meski tidak bisa melihat, tapi energi Yin di sekitar terasa sangat jelas.
“Aku... Aku bilang Shifu, sudah cukup. Nanti kalau Bapak panggil terlalu banyak hantu, belum sempat urus Pang Dahai, kita malah dikeroyok mereka dulu.” Aku mengingatkan Master Qingfeng yang masih terus menggoyang lonceng ritual dengan khawatir.
Mendengar perkataanku, Master Qingfeng menyimpan lonceng tembaganya lalu mengeluarkan pedang koin tembaga dari tas. Ia berteriak ke sekeliling: "Saudara-saudara! Aku adalah pemimpin Aliran Longhu dari Sekte Mao Shan. Jangan takut! Jangan lari! Siapa yang lari, akan kusingkirkan duluan!" Kali ini Master Qingfeng terus berteriak sambil memandang ke sekeliling.
Tampaknya perkataannya efektif. Hawa dingin di sekitar masih terasa, jadi kupahami roh-roh penasaran yang dipanggil belum pergi.
“Lihat KTV Haicheng di depan?! Pergi bikin onar di sana! Teror terus! Selama tidak ada korban jiwa, bikin rusuh tiap malam, tiap bulan! Usir semua pengunjungnya sampai KTV ini bangkrut! Segala konsekuensi akan kutanggung! Setelah misi selesai, akan kubuat Formasi Kelahiran Kembali untuk mengantarmu bereinkarnasi!!” Usai berpidato, Master Qingfeng tiba-tiba melakukan gerakan seperti petugas bandara memberi instruksi lepas landas pesawat: satu tangan di punggung, jongkok sambil berteriak kencang:
“MULAI!!!”
Beberapa detik kemudian, hawa dingin di sekitar tiba-tiba menghilang. Mungkin semua roh penasaran itu sudah menyerbu KTV Haicheng.
Master Qingfeng baru saja menepuk tangan, bangkit berdiri, mengeluarkan sebatang rokok dari saku, melemparkannya dengan gaya ke mulut, menyalakannya dengan korek api, menghisap sekali, lalu menatap tiga jari tanganku yang sedang sok gaya:
"Tiga!"
"Dua!"
"Satu!"
Begitu kata "Satu!" meluncur dari mulut Master Qingfeng, suara jeritan histeris memanggil "Ayah!", "Sun Wukong!" langsung bergema dari dalam Haicheng KTV tak jauh sana!
Terus-menerus tak putus, gelombang demi gelombang. Tak lama kemudian, kerumunan orang berhamburan keluar dari Haicheng KTV. Ada yang sampai kehilangan sepatu tapi tak peduli, terus lari membabi buta seperti roket. Kayaknya ada yang bisa lari 100 meter dalam 9 detik!
"Gimana Shisan? Puas? Si gendut apa tadi..."
"Pang Dahai," jawabku.
"Iya iya! Liat nanti siapa yang berani balik ke KTV si Pang Dahai ini!" Master Qingfeng menghisap rokoknya sambil menyunggingkan senyum licik, memandangi pelanggan yang terus lari keluar dari Haicheng KTV.
"Shifu, jangan sampai pengunjung biasa jadi trauma," kataku pada Master Qingfeng. Soalnya mereka kan tidak bersalah. Kalau sampai ada yang kena shock berat, hatiku juga tidak enak.
“Tenang saja, kau tak perlu khawatir. Roh-roh penasaran itu lebih tahu batas daripada aku. Lagipula jam 3-4 pagi masih nongkrong di luar nyanyi-nyanyi, mana ada orang waras?! Janganlah kau ikut campur urusan ini. Shifu-mu yang sudah dewasa ini pasti punya pertimbangan sendiri.” Master Qingfeng mengibaskan tangan sambil berkata padaku.
Beberapa saat kemudian, semakin sedikit orang yang berlarian keluar dari Haicheng KTV. Hanya terdengar jeritan seorang pria dari dalam yang begitu memilukan, seakan-akan mencabik-cabik jiwa. Kata "mengerikan" saja tak cukup menggambarkannya!
Meski itu jeritan kesakitan, aku bisa mengenali suara Pang Dahai. Pasti dia. Dalam hati aku bergumam senang. Si brengsek Pang Dahai ini sebelumnya tak pernah bermasalah denganku, tapi diam-diam bersekongkol dengan Lin Muxin untuk menjerumuskanku ke jurang maut. Sekarang dia ketakutan sampai begini, mana mungkin aku tidak senang?!
Roh-roh penasaran yang sebelumnya masuk ke Haicheng KTV meskipun berwujud hantu, namun karena terikat ajaran Taoisme, mereka tak bisa sembarangan menakuti manusia. Mau tak mau harus menahan diri meski sudah mati ingin menakut-nakuti orang.
Tapi sekarang berkat dukungan Master Qingfeng dari Aliran Longhu ini, para roh penasaran itu akhirnya bisa melampiaskan hasratnya. Nah, inilah saatnya! Akhirnya mereka bisa puas menakuti-nakuti orang!!
