Ketika melihat Ular Biru itu melengkungkan bagian depan tubuhnya, aku malah semakin berdiri di tempat, tak berani bergerak sedikitpun, khawatir ular biru itu akan segera menggigitku. Seluruh tubuhku tak terkendali mengeluarkan keringat dingin. Ular Biru di seberangku ini bagaikan Dewa Kematian, kehidupan aku sepenuhnya berada di bawah kendali kehendaknya!
waktu Setiap detik berlalu, ketegangan di hatiku semakin bertambah. Tiba-tiba, Ular Biru itu membuka mulutnya tanpa peringatan, menunjukkan deretan taring tajam sambil mengeluarkan suara "Creek!" sebelum tubuhnya melengkung cepat ke belakang!
Bahaya, dia pasti akan menggigit!!!
Melihat ini, aku memutuskan untuk mempertaruhkan nyali. Tak peduli apakah akan tergigit atau tidak, aku langsung berusaha mundur.
“Zhōu jiū! Zhōu jiū~!!”
"Pada saat genting ini, tiba-tiba terdengar dua suara burung yang sangat aneh di atas hutan, membuat ular biru yang sedang bersiap menyerangku terkejut. Kepala birunya terangkat ke atas, perhatiannya terhadapku segera teralihkan.
Melihat kesempatan ini, entah dari mana datangnya keberanian, aku langsung mengayunkan pisau pemberian Master Lu ke arah kepala ular biru itu dengan sekuat tenaga!
Pisau ini tidak tahu terbuat dari bahan apa, tidak hanya bisa mengusir hantu tapi juga sangat tajam. Saat pisau menyambar kepala ular biru itu, tanpa kesulitan sama sekali kepala ular berbentuk peti mati itu langsung terpenggal dari tubuhnya.
Kepala ular biru segera jatuh dari tanaman merambat ke tanah yang dipenuhi ranting kering dan daun busuk. Tubuh ular tanpa kepala masih melilit tanaman merambat, terus bergerak-gerak, tampaknya tidak akan mati dalam waktu dekat.
"Shisan, kamu tidak apa-apa?" An Rushuang yang melihatku memenggal kepala ular itu tampak lega, menepuk dadanya sambil bertanya padaku.
"Aku melirik kepala ular yang tergeletak di tanah dengan mata tertutup dan tak bergerak, lalu berkata pada An Rushuang: 'Aku baik-baik saja, tadi benar-benar membuatku ketakutan. Hampir saja digigit ular ini. Untung ada suara burung tadi. Ngomong-ngomong, Rushuang, kamu tahu ini ular jenis apa?! Kok seluruh tubuhnya biru dan bentuknya begitu mengerikan.'"
An Rushuang menarikku mundur beberapa langkah dari tubuh ular tak berkepala itu, baru menjelaskan: "Menurut dugaanku, ini seharusnya ular biru. Di zaman kami dulu disebut juga ular selatan. Sangat berbisa. Tapi meski di zaman kami, aku hanya dengar dari orang tua tentang ular yang sering membahayakan manusia ini, belum pernah melihatnya sama sekali. Tak disangka malah bertemu di sini." An Rushuang berkata padaku.
"Begitu rupanya. Seberapa mematikannya bisanya?" Tanyaku sambil menatap An Rushuang. Meski dari bentuk dan warna ular biru itu kuduga sebagai ular berbisa tinggi, tetap saja ini hanya perkiraanku.
"Sangat mematikan. Di Gua Keluarga Chen, Wuzhou, dulu ada yang membuat racun dari kepala ular biru, disebut 'Obat Biru'. Racunnya dahsyat, korban bisa tewas seketika. Tapi karena ular biru terlalu langka, racun ini jarang ditemui." An Rushuang menerangkan padaku.
"Astaga! Untung tadi tidak sampai tergigit. Kalau tidak, pasti aku sudah mati di sini." Setelah mendengar penjelasan An Rushuang tentang ular biru, aku merinding membayangkan konsekuensi mengerikan jika sampai tergigit tadi.
Menyelesaikan ular biru, tepat saat aku bersiap mencari jalan kembali untuk melanjutkan perjalanan, tiba-tiba An Rushuang berteriak kaget melihat ke arah belakangku: "Shisan, hati-hati!!!"
Melihat ekspresi terkejut An Rushuang, aku segera menoleh ke belakang. Aku melihat tubuh ular biru tanpa kepala itu entah sejak kapan telah jatuh ke tanah dan sedang merayap mendekatiku dengan kecepatan yang luar biasa!
Apa yang terjadi?! Bukankah kepalanya sudah hilang, bagaimana bisa masih melihatku?!
Namun situasi saat ini tidak memungkinkanku untuk berpikir panjang. Kaki-kakiku mundur mencoba menghindar, tapi akhirnya tidak sempat. Tubuh ular biru itu langsung menyergap kakiku, bagian tubuh tanpa kepala itu segera melilit erat kedua kakiku.
Perubahan mendadak ini membuatku gemetar ketakutan. Bagaimana bisa ular ini memiliki daya hidup yang begitu ulet!!
Kaki-kaki mengeras, aku berusaha melepaskan diri dari belitan tubuh ular, tapi malah semakin erat. Melihatku terbelit, An Rushuang segera berjongkok ingin membantuku melepaskan lilitan di kaki.
Saat An Rushuang berjongkok, tiba-tiba kudengar suara dari belakang. Aku cepat menoleh dan kebetulan melihat kepala ular yang sebelumnya sudah jatuh ke tanah itu. Kepala itu telah membuka kedua matanya, memandangku dengan tatapan penuh racun dari sepasang mata segitiga hijau menyala!
Ditatapnya begitu, seluruh tubuhku menggigil kedinginan. Segera aku berteriak ke An Rushuang, "Rushuang, cepat lihat, kepala ular itu hidup lagi!!"
Mendengar teriakanku, An Rushuang langsung menengok ke arah belakangku.
Saat An Rushuang mengangkat kepala, kulihat kepala ular biru itu menggunakan sisa tubuh pendek yang masih menempel, melengkungkan badan, menyentak tanah, lalu melayang terbang! Mulutnya menganga lebar hendak menggigit betisku!
"Goblog!!" Aku langsung loncat ketakutan dari tanah, ingin menghindar. Tapi dalam panik, aku lupa kalau kedua kakiku masih terbelit tubuh ular. Alih-alih bisa melompat, kakiku malah tersandung, membuat seluruh tubuhku jatuh menimpa An Rushuang.
An Rushuang ingin menghindar, tapi takut aku terluka. Belum sempat berdiri, tubuhnya sudah kurebahkan.
Sensasi lembut terasa di tubuh bawahku. Tiba-tiba betisku diserang rasa sakit menusuk dingin. Daging di betis seakan dicangkuk kail ikan dengan kuat.
Sialan! Benar-benar tergigit!!
Darahku mendidih. Kukoleh kepala, kepala ular biru itu masih menggigit erat betisku. Mata segitiganya menatapku tajam.
Menahan sakit, kudorong tubuhku dengan satu tangan sampai setengah duduk. Langsung kuhujamkan pisau di tanganku ke kepala ular itu.
“Dasar, aku suruh kamu gigit!!”
Belati di tanganku langsung menembus seluruh kepala ular itu, lalu aku mengeratkan gigi dan dengan sekali tarikan kuat, langsung membelah kepala ular menjadi dua bagian.
Di saat itu, An Rushuang di bawah tubuhku juga panik, tubuhnya tiba-tiba menjadi kabur, menembus seluruh tubuhku dan mendarat di seberangku. Dia berjongkok, saat melihat betisku yang berlumuran darah akibat gigitan kepala ular, tanpa ragu langsung berkata: "Shisan, berikan belati padaku."
Tanpa pikir panjang, langsung kuserahkan belati itu ke An Rushuang. Setelah menerimanya, dia mengambil ranting kering dan meruncingkannya, lalu berkata: "Shisan, tahan sakitnya." Kemudian menggunakan ujung tajam ranting untuk menusuk perlahan membuka sebuah lubang kecil di luka gigitan ularku.
Darah yang sudah menghitam segera mengalir keluar dari luka yang dibukanya. Entah karena sudah mati rasa atau ketakutan sampai lupa sakit, saat An Rushuang membuka lukaku, sama sekali tidak terasa sakit.
Pertama dia memeras darah hitam dari lukaku dengan kedua tangan, lalu memotong tubuh ular yang melilitku dengan belati, terakhir memotong sepotong kecil ekor dari ular biru itu dan menyerahkannya padaku:
"Makan ini, ekor ular biru bisa menetralkan racun." Kata An Rushuang sambil menatapku.
"Apa? Dimakan mentah?!" Aku melihat ekor ular kecil berlumuran darah itu dengan terkejut.
"Iya, cepatlah makan! Bisa ular biru ini sangat mematikan, kalau terlambat sudah tidak tertolong." An Rushuang berbicara padaku dengan wajah panik.
"Baik!" Aku menyetujui, mengambil potongan ekor ular kecil dari tangan An Rushuang. Dengan mata terpejam, kulemparkan seluruhnya ke mulut dan menelannya bulat-bulat.
Meski begitu, aroma amis darah yang memualkan tetap menyengat di tenggorokan.
Setelah menelan ekor ular itu, An Rushuang merobek kain dari bajuku dengan pisau belati dan membalut lukuku.
"Masih sakit?" An Rushuang bertanya sambil memandangku khawatir.
Aku menggeleng:
"Sekarang kakiku kesemutan, tidak sakit."
"Syukurlah." An Rushuang menghela napas lega lalu duduk.
"Rushuang, terima kasih... Bagaimana kamu tahu ekor ular itu bisa menawar bisa?" Aku hampir mengucapkan terima kasih, tapi merasa itu terlalu formal, lalu segera mengubah pertanyaan.
"Bisa ular biru diatasi ekornya. Meski di zaman kami ular biru sudah langka, pepatah ini tetap tersebar." An Rushuang menjelaskan.
Belum sempat kujawab, tiba-tiba terdengar suara "shashasha" aneh dari samping yang semakin keras dan beragam...
