Aku terus berjalan membuntuti Master Lu tanpa bicara. Jarak dari sini ke Kuil Qingzhu tidak bisa dibilang jauh tapi juga tidak dekat. Jika terus berjalan kaki, butuh lima enam jam baru sampai.
Tidak lama kemudian, kami berhasil melewati area yang sulit itu. Master Lu mulai berlari lagi, aku terpaksa mengatupkan gigi dan mengikutinya. Sepanjang perjalanan, ketika dia melihatku benar-benar tak sanggup berlari lagi, dia mengizinkanku beristirahat sebentar di tempat, lalu melanjutkan lari lagi. Saat kembali ke Kuil Qingzhu, dasar, aku lelah seperti anjing Huzi.
Begitu masuk gerbang kuil, melihat Master Qingfeng, hampir saja aku menangis di tempat. Sekarang memandang wajah Master Qingfeng yang ingin kutonjok itu, kenapa terasa begitu akrab?
Master Qingfeng pertama-tama memandangiku dari atas ke bawah. Melihat pakaianku yang tidak rapi, wajahnya langsung menunjukkan ekspresi khawatir. Dia bertanya padaku: "Shisan, kenapa setelah beberapa hari pergi dengan Shibomu, kau jadi seperti ini? Apakah Pegangan Ilmu Taois Maoshan tidak hilang?"
Begitu mendengar perkataan Master Qingfeng, ingin sekali aku meninjunya. Jadi dia bukan khawatir padaku, tapi pada buku usangnya itu.
Tapi sekarang badanku sudah sangat lelah dan pegal-pegal. Aku malas berdebat dengan Master Qingfeng, langsung masuk ke kuil Tao menuju kamarku.
Sementara Master Qingfeng menemani Master Lu ke aula depan kuil. Saat melewati aula depan dalam perjalanan ke kamar, kulihat ada beberapa bayangan orang di dalam. Rupanya ada orang lain di sana.
Sudah sekian lama di Kuil Qingzhu, ini pertama kalinya kulihat begitu banyak orang datang ke kuil secara bersamaan. Jadi aku merasa pasti ada sesuatu yang akan terjadi.
Firasatku mengatakan, mungkin hal ini terkait dengan peta misterius yang ditemukan Master Qingfeng dari mangkuk keramik sebelumnya.
"Tapi karena Shifu-ku Master Qingfeng dan yang lainnya tidak berniat memberitahuku, aku juga malas bertanya lebih banyak. Sekarang aku hanya ingin kembali ke kamar dan langsung berbaring di tempat tidur."
"Belum sempat masuk ke dalam rumah, Huzi sudah mengibas-ngibaskan ekor menyambutku. Aku benar-benar tidak punya tenaga ekstra untuk bermain dengannya. Setelah mengelus kepalanya, aku langsung mendorong pintu masuk."
"Begitu masuk ke dalam kamar, aku langsung merebahkan diri di tempat tidur. Sejak kecil, ini pertama kalinya aku merasa ranjang kayu keras ini begitu nyaman."
"Setelah beristirahat sebentar di tempat tidur, teringat sudah lama tidak menghubungi keluarga, kuambil ponsel dan mengisi dayanya. Menunggu sebentar, lalu menyalakan ponsel."
"Pertama kuhubungi orang tuaku, memberi kabar bahwa semuanya baik-baik saja. Kemudian kutelepon kakek dan nenek. Setelah mendengar nasihat nenek selama lebih dari sepuluh menit, baru kumatikan telepon."
"Usai menelepon, kulihat di SMS ada nomor tak dikenal yang sudah meneleponku lebih dari sepuluh kali dalam tiga hari terakhir."
"Siapa yang mau meneleponku berkali-kali seperti ini?"
"Sambil berpikir, kuhubungi balik nomor itu. Dering telepon berbunyi beberapa kali, lalu suara perempuan terdengar dari ponsel:"
"'Xiao Shifu, akhirnya aku bisa menghubungimu! Ke mana saja kamu selama ini?'"
"Mendengar perkataannya, aku langsung bingung. Buru-buru bertanya: 'Anda siapa?'"
"'Xiao Shifu, benar-benar mudah lupa ya. Saya orang yang waktu itu mengajakmu dan temanmu membeli mangkuk keramik. Masih ingat? Kamu juga pernah membaca garis wajahku.' Perempuan di ujung telepon itu mengingatkanku."
“Oh ya, aku ingat sekarang. Ada apa? Cari aku untuk urusan apa?” Setelah diingatkan olehnya, aku langsung teringat. Wanita yang meneleponku ini adalah wanita muda pengemudi Audi merah beberapa waktu lalu. Waktu itu aku dan Leizi bahkan sempat menipunya dua puluh ribu yuan plus dua unit iPhone.
Tapi kenapa dia tiba-tiba menghubungiku? Apa karena tipu muslihatku soal cara merebut suami orang ketiga ketahuan? Ingat hal ini, dadaku langsung berdebar-debar.
“Tempat temanku belakangan sering terjadi hal-hal aneh. Jadi aku ingin bayarmu untuk datang memeriksanya. Tapi nomermu tidak bisa dihubungi. Akhirnya aku kontak temanmu itu. Katanya dia juga bisa menangani, jadi aku suruh dia datang.” Wanita muda itu menjelaskan lewat telepon.
Mendengar penjelasannya, kepalaku langsung panas. Dasar Leizi! Dia ngerti apa?! Mau menangani urusan gaib? Kalau benar-benar ketemu makhluk halus, bisa-bisa nyawanya melayang! Sama saja bunuh diri!
“Hal aneh apa yang terjadi di tempat temanmu?” Aku buru-buru bertanya.
"Teman saya membuka rumah duka, entah karena alasan apa, akhir-akhir ini setiap dua minggu selalu ada satu jenazah yang hilang secara misterius. Setelah melapor ke polisi, mereka juga tidak menemukan petunjuk apapun, rekaman CCTV pun kosong. Sudah tiga jenazah hilang berturut-turut, keluarga almarhum masih sering datang membuat keributan di rumah duka itu. Dia tidak bisa memberikan penjelasan memuaskan, masalah ini tidak bisa diselesaikan dengan uang. Beberapa hari lalu saat dia minum-minum di rumahku, dia menceritakan semuanya. Aku juga merasa aneh, jadi ingin menghubungimu untuk memeriksa apakah ini terkait masalah feng shui..."
Sebelum wanita muda itu selesai bicara, aku buru-buru menyela: "Kapan temanku itu datang?"
"Pagi tadi aku baru menjemputnya dari stasiun, sekarang dia diajak makan siang oleh temanku itu," jawab wanita muda itu.
Tanpa berpikir panjang, segera kumatikan telepon dan menghubungi nomor Leizi.
Anak ini semakin tidak karuan, tidak tahu diri kemampuan sendiri sudah mau berpura-pura jadi master demi cari harta. Kalau tidak hati-hati bisa membahayakan diri sendiri. Mungkin Leizi terinspirasi melihatku waktu itu hanya dengan beberapa kalimat saja bisa membujuk wanita muda itu memberikan 20 ribu yuan dan dua ponsel, jadi dia ingin mencoba sendiri.
Dering telepon berkepanjangan tapi Leizi tidak juga mengangkat. Aku semakin gelisah dan terus mencoba menghubungi...
“Sudah telpon tiga kali berturut-turut, tetap tidak tersambung. Aku semakin panik, buru-buru menuju aula depan untuk pamit pada Master Qingfeng dan Master Lu sebelum pergi ke kota mencari Leizi.”
“Sampai di aula utama kuil, baru mau masuk ternyata pintu tertutup. Master Qingfeng dan Master Lu sedang berdiskusi serius dengan rombongan sebelumnya. Aku tak enak mengganggu, akhirnya mengirim SMS ke Master Qingfeng, ganti baju dan bergegas keluar gerbang kuil.”
“Keluar dari gerbang kuil, aku jalan kaki ke kabupaten lalu naik mobil menuju kota.”
“Di dalam mobil, kuambil ponsel dan menelepon wanita muda itu. Kukabari akan segera datang dan minta tolong cari Leizi terlebih dahulu.”
“Sesampainya di Terminal Bus Dongdian, baru keluar dari terminal, ponselku berdering.”
“Kukeluarkan ponsel - ternyata telepon dari Leizi. Segera kuangkat:”
“Leizi, dasar kau lari ke mana?! Kenapa tidak angkat telepon?!” bentakku kesal.
“A...aku di Dongdian, tadi ketinggalan ponsel. Ada apa, San Ge?” jawab Leizi di telepon.
“Ada apa?! Ngapain kau di kota? Mau bantu rumah duka urusi hal aneh?! Otakmu dimana?! Urusan begituan bisa sembarangan diurus?!” teriakku marah.
“San Ge, kan ada kertas jimat yang kau berikan kemarin? Kupikir ini sudah cukup, makanya...” Leizi berusaha menjelaskan.
Mendengar perkataan Leizi ini, aku tertegun beberapa detik, lalu tiba-tiba teringat. Saat kami bersama-sama mengusir hantu perempuan di villa Lin Sen sebelumnya, aku memberikan Leizi sebuah Fu Pengusir Hantu Zichen Wujia untuk perlindungan diri. Tak kusangka dia sekarang ingin menggunakan kertas jimat itu untuk menangani urusan aneh di rumah duka.
"Kamu sekarang di mana?" Aku malas berdebat panjang dengan Leizi. Langsung kutanyakan lokasinya, berniat menjemput dan menariknya pulang. Aku tahu betul sifat keras kepalanya - pasti bukan inisiatif sendiri mau ikut campur. Kemungkinan besar dia dibujuk oleh wanita muda dan kelompoknya. Leizi memang suka pamer dan gengsi, jadi mustahil memanggilnya kembali lewat telepon saja.
"Rumah Duka Dongdian." Jawab Leizi padaku.
Aku langsung menutup telepon, memanggil taksi di pinggir jalan, dan bergegas menuju Rumah Duka Dongdian.
Dua puluh menit kemudian, taksi berhenti di belakang Rumah Duka Dongdian. Setelah membayar, aku masuk melalui pintu belakang.
Di pelataran rumah duka, baru saja kukeluarkan ponsel untuk menelepon Leizi, tiba-tiba sebuah mobil putih masuk dari gerbang utama. Dua orang, laki-laki dan perempuan, turun dari mobil itu.
Mereka membuka pintu belakang mobil, mengangkat keranda berisi mayat dalam kantong plastik biru, lalu berjalan menuju dalam rumah duka.
Kuperhatikan kedua orang itu. Gadis di antara mereka terlihat sangat familiar bagiku.
Oh benar! Aku baru ingat, gadis itu adalah putri keluarga Bai yang sebelumnya menuduhku membunuh ayahnya!!
Tapi dia seorang perempuan, bagaimana mungkin dia memilih bekerja sebagai pemindah mayat di rumah duka ini?
