Dalam keadaan setengah sadar, seolah aku berjalan di dunia abu-abu yang sedang hujan. Tak kuhiraukan rintik hujan, hanya berjalan tak tentu arah. Sejak saat An Rushuang menutup matanya, hatiku tak pernah lagi cerah.
Hujan pun reda. Di dunia kelabu ini tiba-tiba kulihat An Rushuang, bersama kenangan-kenangan kami. Semua bayangan itu berputar ulang seperti rekaman, muncul satu per satu di hadapanku.
Sejak usiaku sembilan tahun saat pertama bertemu dengannya. Kata "pergi"-nya membuat iblis cacing panjang itu benar-benar menggelinding kabur. Sejak itu bukan hanya kau nikahi, tapi juga berakar dalam di relung hatiku.
"Di halaman rumah Tukang Kayu Cheng, dia sekali lagi menyelamatkanku, memindahkan Kutukan Hantu dari tubuhku ke tubuhnya sendiri, nyaris membuat rohnya tercerai-berai. Kemudian, dia menemani aku lolos dari hutan belantara yang dipenuhi Energi Yin dan hantu-hantu mengerikan."
Aku masih ingat lagu indah yang pernah dinyanyikannya untukku, juga setiap kata yang pernah diucapkannya:
"Bagaimana jika ku katakan ini semua karena takdir dan cinta pada pandangan pertama, percayakah kau?"
"Bahkan jika suatu hari seluruh dunia menyangkalmu, aku akan tetap di sisimu menyangkal seluruh semesta."
"Suamiku, kau harus berjanji padaku: jadilah pria sejati yang teguh pendirian."
……
Perasaanku pada An Rushuang, dari kekaguman masa kecil hingga cinta saat ini, benar-benar murni tanpa kepalsuan.
Tiba-tiba seluruh pemandangan di sekitarku lenyap, hanya menyisakan bayangan samar An Rushuang di hadapanku.
Saat ini dia sepertinya sedang tersenyum menatapku...
Melihat An Rushuang lagi, jantungku berdebar gembira. Teriak namanya sambil berlari kencang ke arahnya.
Tapi tidak peduli seberapa cepat aku berlari, bayangan An Rushuang justru semakin menjauh, hingga akhirnya menghilang sama sekali...
"Rushuang! Rushuang! Rushuang, jangan pergi! Tunggu aku!..." Teriakkanku terhenti oleh rasa perih di wajah, membuatku tersentak membuka mata.
"Kebetulan melihat wajah kekanak-kanakan Master Lu yang seperti gadis kecil, aku menoleh ke sekeliling dan menyadari bahwa saat ini aku sedang berbaring di tempat tidur kayu di dalam sebuah pondok kayu. Aku langsung duduk dari tempat tidur itu dan bertanya pada Master Lu di depanku: 'Master Lu, di mana Rushuang? Apakah rohnya sudah tercerai-berai?!' Jantungku berdebar kencang, sambil berharap Master Lu akan memberi kabar tentang An Rushuang, aku juga diliputi ketakutan akan kabar buruk.
Jika An Rushuang benar-benar rohnya tercerai-berai, aku tidak tahu apakah aku bisa menahan pukulan ini.
Master Lu menatapku sejenak, lalu berkata dengan nada dingin: 'Untuk sementara dia baik-baik saja. Untungnya kau menggunakan energi Yang dari tubuhmu untuk menutupi Yin-nya, dan aku sudah mengembalikannya ke giokmu.' Setelah berkata demikian, dia berdiri dan berjalan ke meja kayu di samping lalu duduk.
Mendengar penjelasan Master Lu, jantungku yang sebelumnya menggantung di tenggorokan akhirnya kembali tenang.
'Yang penting dia baik-baik saja, yang penting dia selamat...'
'Meski saat ini dia baik-baik saja, tapi justru kau yang bermasalah sekarang.' Suara Master Lu padaku tetap datar tanpa emosi.
'Aku? Masalah apa?' Aku memandang Master Lu dengan bingung.
'Meski dia telah menyerap energi Yang-mu untuk sementara menyelamatkan hantu Yin-nya, tapi karena kehilangan energi Yang secara masif, umur Yang-mu telah berkurang.' Master Lu menjelaskan.
'Berkurang umur? Berapa tahun?' Tanyaku gugup.
'Tiga puluh tahun!' Kalimat yang diucapkan Master Lu dengan santai itu membuat seluruh tubuhku gemetar.
“Tiga puluh tahun?!！”Aku tak sengaja berteriak.
“Benar, kalau tadi malam aku tidak menghentikanmu, energi Yang di seluruh tubuhmu akan langsung dihisap habis oleh istri hantumu, membuatmu mati kehabisan Yang.” Master Lu menjelaskan.
Mendengar perkataan Master Lu, hatiku gemetar sambil menghitung dalam hati:
Jika umurku bisa mencapai 80 tahun, dikurangi 30 tahun berarti hanya sampai 50 tahun. Sekarang usiaku 18, masih ada 32 tahun tersisa. Syukurlah, selama bisa mempertahankan An Rushuang tetap di sisiku, 30 tahun Umur Yang ini sudah sepadan.
Tunggu, tidak! Tiba-tiba aku ingat saat Master Qingfeng menghadapi Ibu-Anak Penunggu Berdarah dulu. Untuk mengalahkan mereka, aku kehilangan 3 tahun umur. Kalau dihitung lagi, sisa umurku tinggal 29 tahun...
Memikirkan ini, aku tersenyum getir. Dari Wu Bi San Que dalam belajar Tao, tiga kekurangan: harta, nyawa, kekuasaan – apakah nasibku sial sampai terkena kekurangan nyawa?
Aku lebih rela tidak punya harta atau kekuasaan asal bisa hidup lebih lama. Siapa mau mati muda? Ah! Benar-benar sial tujuh turunan!
Meski tahu sisa umurku sekitar 29 tahun membuat hatiku berat, setidaknya aku sudah menyelamatkan An Rushuang dari nasib Roh tercerai-berai.
Pikiran ini memberikanku sedikit penghiburan.
“Ngomong-ngomong Master Lu, maksudmu ‘Rushuang untuk sementara aman’ bagaimana?” Tiba-tiba aku ingat kata “sementara” dalam penjelasan Master Lu tadi.
“Sedikit energi Yang-mu bisa mengisi berapa banyak Energi Yin? Dalam 30 hari, jika jamur mayat tidak ditemukan, istri hantumu itu tetap akan Roh tercerai-berai.” Perkataan Master Lu membuat seluruh tubuhku langsung setengah mati rasa.
Duduk diam di tempat tidur cukup lama, barulah aku sadar. Tidak, aku harus manfaatkan waktu satu bulan ini untuk mencari jamur mayat, ke mana pun, dengan cara apa pun.
“Makan dulu ini.” Master Lu mendekatiku dan menyodorkan tanaman obat kecoklatan mirip ginseng ke hadapanku.
Kuambil benda itu dan bertanya: “Master Lu, ini apa?”
“Jangan banyak tanya, disuruh makan ya makan.” Master Lu tetap tak suka bicara panjang.
Tak ada pilihan, kumasukkan tanaman mirip ginseng ini ke mulut. Menggigitnya, selain bau anyir rumput, tak ada rasa aneh. Tidak juga tidak enak, cuma terlalu keras seperti akar pohon, sulit dikunyah.
Setelah susah payah menghabiskan tanaman obat itu, kulihat Master Lu sudah tak ada di pondok kayu. Kuperhatikan ke jendela, ternyata dia sedang berdiri di halaman, memandang satu titik dengan khidmat.
Melihat itu, kukenakan sepatu dan turun dari tempat tidur. Tapi begitu kaki menyentuh lantai, rasa lemas tiba-tiba memenuhi seluruh tubuh, bahkan tak bisa berdiri.
Ada apa ini? Apa karena energi Yang yang terkuras terlalu banyak?
Menarik napas dalam-dalam, aku duduk di pinggir kasur menunggu cukup lama, kedua kaki perlahan mulai mendapat sedikit tenaga, bisa turun dari kasur dan berjalan dengan susah payah.
Keluar dari pondok kayu, aku melihat Master Lu yang sedang dalam keadaan trance dan bertanya: "Master Lu, bagaimana kau menemukanku tadi malam?"
"Pisau Naga Lilin dan Burung Feniks." Master Lu menjawabku dengan sikap dingin hanya empat karakter itu, ucapannya selalu padat dan bermakna.
"Lalu... mengapa kau memberikanku Pisau Naga Lilin dan Burung Feniks yang begitu berharga ini?" Aku terus bertanya sambil menatapnya.
Menunggu cukup lama, Master Lu tidak kunjung menjawab pertanyaanku ini. Akhirnya aku mengganti pertanyaan, "Omong-omong, Master Lu, apa artinya Hantu Roh?" Karena dari pamannya Cheng Jiangran, Leizi menyebut An Rushuang sebagai Hantu Roh, jadi aku penasaran dengan sebutan ini.
"Hantu Roh adalah salah satu dari 36 kategori hantu. Ribuan tahun latihan spiritual, terbebas dari energi Yin, wujud ilahinya tak kasatmata, gerbang hantu tak bernama, tiga gunung tanpa identitas. Meski tak bereinkarnasi, sulit kembali ke dunia suci. Akhirnya tak punya tujuan, hanya menunggu reinkarnasi ke tubuh baru." Master Lu menjelaskan padaku.
Setelah mendengar penjelasan Master Lu, aku sama sekali tidak paham. Apa bedanya ini dengan tidak menjelaskan sama sekali?
"Master Lu, aku masih belum mengerti." Aku menggaruk kepala sambil berkata.
“Hantu yang berusia seribu tahun, akan menjadi roh. Jika hantu ini tidak melanggar pantangan pembunuhan, disebut Hantu Roh, harus dihormati saat bertemu.” Kali ini Master Lu menjelaskan dengan bahasa yang lebih mudah dimengerti.
“Oh, ternyata begitu.”
Kalau dari awal bicara seperti ini kan aku langsung paham? Tadi bicara pakai bahasa setengah kuno, sama sekali tidak kumengerti.
“Di mana ini sekarang？” Aku melihat-lihat halaman kecil di luar pondok kayu itu dan bertanya pada Master Lu.
Tampaknya Master Lu sangat menyukai bunga plum, di seluruh halamannya ditanam penuh pohon plum tanpa tanaman lain.
“Aliran Longhu. Tunggu di sini, aku akan keluar sebentar.” Master Lu berjalan keluar halaman, tubuhnya melesat dan melompat beberapa kali sebelum menghilang di antara pepohonan hijau.
Ah! Kapan ya aku bisa memiliki kelincahan seperti Master Lu? Melihat sosoknya menghilang, hatiku dipenuhi rasa iri.
Kembali sendirian ke dalam pondok, kudapati tas ransel, ponsel, serta lilin naga dan phoenix kesembilan tertata rapi di meja. Kutekan tombol ponsel itu dan terkejut melihat baterainya masih tersisa 5%.
Ada SMS belum terbaca dari nomor tak dikenal: "Zuo Shisan, dari pertemuan terakhir kulihat hantu perempuan dalam giokmu kekurangan energi Yin. Pasti sangat butuh jamur mayat? Seminggu lagi kami akan menjelajahi makam besar. Di sana ada yang kubutuhkan, dan juga jamur mayat yang kaudambakan. Jika berminat, balas dalam 24 jam. Jangan beri tahu siapapun. Lewat waktu, tawaran hangus. - Dao Ban Lian."
