Setelah pisau belati menggores, wajah manusia itu terlihat seperti terbuat dari besi, sama sekali tidak berpengaruh. Tampaknya Pisau Naga Lilin dan Burung Feniks yang masih tersegel ini tidak jauh berbeda dengan pisau belati biasa.
Saat itu wajah pucat pasi itu membuka mulut, mengeluarkan teriakan mencekam, lalu langsung menggigit leherku.
Melihat ini, aku menenangkan kewarasan dan segera mengeluarkan selembar Fu Pengusir Hantu Zichen Wujia dari saku, lalu menempelkannya ke wajah pucat itu.
Setelah Fu Pengusir Hantu Zichen Wujia menempel di wajah pucat itu, seketika wajah tersebut menjadi terdistorsi. Disertai teriakan menyayat hati, wajah itu berubah menjadi gumpalan asap hitam dan menghilang dalam kabut putih.
Tampaknya selain nenek hantu berusia seratus tahun, arwah-arwah jahat lainnya di sini tidak terlalu kuat. Penemuan ini membuatku sedikit lega untuk sementara.
"Braak! Braak! Braak!..." Bunyi tembakan terus bergema di sekitar. Zhao Man terus menembak, menghancurkan wajah-wajah yang mengejar dari belakang menjadi asap hitam.
Aku segera menggunakan kesempatan ini untuk mengeluarkan dua lembar Fu Pengusir Hantu Zichen Wujia, memberikan satu kepada Bai Ruotong di sampingku: "Simpan baik-baik! Jika ada sesuatu mendekatimu, hadapi dengan kertas jimat ini!"
Bai Ruotong menerima kertas jimat itu dariku, mengangguk tegas, lalu waspada memandang ke sekeliling.
"Adik, kasih Kakak satu dong." Lao Liu dari kejauhan yang mungkin melihatku menggunakan Fu Pengusir Hantu Zichen Wujia, dengan muka tebal meminta padaku.
Dengan enggan, aku takut dia celaka kehilangan nyawa. Akhirnya kuberikan lembar terakhir Fu Pengusir Hantu Zichen Wujia itu padanya.
Setelah Lao Liu menerima kertas jimat dariku, dia terus-menerus berterima kasih, hampir saja membungkuk menghormatiku.
Saat itu, aku melirik ke arah Si Bekas Luka dan menyadari tangannya kini memegang paku besi panjang yang entah dari mana muncul.
Dia terus menancapkan paku-paku besi itu ke tubuh nenek berwajah pucat itu. Setiap paku yang tertancap, Energi Yin di tubuh nenek itu langsung berkurang.
Setelah semua paku di tangan Si Bekas Luka habis tertancap, dia melompat mundur sambil berteriak ke Zhao Man: "Tembak!!"
"Braak!" Peluru yang ditembakkan Zhao Man tepat mengenai tengah dahi nenek itu. Daging di wajahnya mulai mengurai perlahan, berubah menjadi tengkorak tak berkulit dengan rongga mata hitam yang menatapku.
Tengkorak itu roboh ke tanah, berubah menjadi asap hitam. Gemerincing paku-paku yang berjatuhan memenuhi udara.
Energi Yin di sekeliling pun ikut menghilang. Rupanya Si Bekas Luka berhasil mengalahkan hantu nenek itu. Pria ini terlalu misterius, banyak kemampuan tersembunyi. Kukira keahliannya melebihi Master Qingfeng, shifuku.
Bahkan jauh lebih unggul.
Si Bekas Luka memungut satu per satu paku besi panjang itu dari tanah, menyimpannya rapi di tas ranselnya.
"Melihat ini, aku tidak bisa menahan rasa penasaran, lalu mendekat dan bertanya, 'Kakak Yue, paku-paku panjang di tanganmu itu apa?'"
Si Bekas Luka menepuk-nepuk tangannya sambil memandangku, "Paku peti mati, untuk mengusir roh jahat dan menangkal bala."
"Paku peti mati bisa mengusir roh jahat? Aku sudah bertahun-tahun menggali makam bersama kakakku, baru pertama kali dengar hal trik seperti ini." Lao Liu mendekat sambil berkata.
"Sebenarnya tidak semua paku peti mati bisa digunakan. Paku harus terkubur di tanah lebih dari sembilan tahun, ditempa dari besi mentah, dengan panjang dan berat yang memenuhi ketentuan ketat. Mengumpulkan set paku seperti ini sulitnya sama seperti mencari tujuh bola naga." Si Bekas Luka yang biasanya serius justru melontarkan canda, mungkin ingin meredakan ketegangan.
Sementara kami berbicara, kabut di sekitar mulai menghilang. Namun langit tetap suram, udara lembap, dan cuaca semakin pengap.
Si Bekas Luka menengadahkan kepala melihat langit, lalu bertanya pada Chen Yuluo di sampingnya, "Xiao Chen, sudah bisa tentukan lokasi pasti makam kuno? Kalau sudah, kita harus segera bergerak."
"Ikuti aku." Chen Yuluo berjalan menuju pekarangan belakang rumah yin ini.
"Delapan sebagai akar, rumah sebagai tanah, meridian sebagai akar, fenomena sebagai pusat. Pintu masuk makam kuno ada di posisi ini, penyimpangan tidak lebih dari tiga puluh tiga sentimeter, bisa digali!" Chen Yuluo menunjuk suatu titik dengan kakinya lalu berkata pada kerumunan.
"Oke! Lao Liu mulai kerja!" Si Bekas Luka yang sudah siap sebelumnya mengeluarkan sekop lipat Luo Yang dari tas ranselnya dan menyerahkannya ke Lao Liu di sampingnya.
Sekop Luo Yang yang dimaksud terutama digunakan untuk membuat lubang eksplorasi dan mengambil sampel tanah saat menggali makam ilegal.
Kulihat sekilas, bilah sekop itu bukan berbentuk pipih melainkan setengah silinder seperti pipa genteng, sangat mirip senjata tajam yang umum di era 70-80an - tusuk pipa.
Lao Liu kini memegang sekop Luo Yang itu dan mulai menggali lubang eksplorasi di sekitarnya. Setelah lama mencari, akhirnya menunjuk satu titik dan berkata pada Si Bekas Luka: "Di sini, tidak mungkin salah!"
"Gali!" Si Bekas Luka mengeluarkan sekop tentara lipat dari tasnya dan bergegas mendekat.
Keduanya mulai bekerja sama. Tak lama kemudian lubang sudah sedalam lebih dari satu meter. Aku kini benar-benar mengagumi kemampuan Lao Liu. Sekop Luo Yang di tangannya digunakan dengan sempurna - tusuk dan tarik, bukan hanya menggali tapi juga membawa tanah keluar, gerakannya cepat dan berirama seolah tak kenal lelah.
Saat penggalian separuh jalan, Si Bekas Luka dan Lao Liu duduk beristirahat di dasar lubang. Setelah menghabiskan sebatang rokok, mereka melanjutkan kerja.
Anehnya, setiap kali Si Bekas Luka menggali satu sekop tanah ke bawah, dia harus mengangkat tanah ke atas. Sedangkan Lao Liu terus menggali tanpa pernah mengangkat tanah, benar-benar menunjukkan perbedaan antara profesional dan amatir.
Sebenarnya aku pernah dengar, pencuri makam kelas kakap bisa menggali lubang sedalam belasan meter tanpa meninggalkan tumpukan tanah di permukaan!
Yang membingungkan, meski area sekitar kuburan berupa dataran rata dengan tanah yang sangat padat, dalam radius ratusan meter hingga beberapa kilometer tidak terlihat gundukan tanah. Jadi mustahil tanah ditumpuk di luar, apalagi lubangnya kecil dan ditutup saat bekerja. Teknik setinggi ini bukanlah kemampuan orang biasa.
Setelah menggali lebih dari setengah jam, tiba-tiba Lao Liu di bawah berteriak gembira: "Ketemu! Tanah hidup! Ada makam!!"
"Gimana? Ketemu?" Kami berempat di atas langsung menghampiri dan bertanya.
"Belum bisa, atap makam ini terlalu tebal. Sekop biasa tidak bisa menembus!!" Suara Lao Liu kembali terdengar.
"Tidak bisa tembus?" Zhao Man bertanya dari atas.
"Iya nih, ini batu bata anti maling, lebih dari sepuluh lapisan. Bayangkan bata hijau disusun tujuh vertikal tujuh horizontal, total lebih dari sepuluh lapis dengan ketebalan lebih dari dua meter. Sekuat apa itu?!" teriak Lao Liu dari bawah.
"Turunkan tali, tarik kami dulu. Pakai detonator!" Si Bekas Luka memberi perintah.
Mendengar itu, Zhao Man segera mengeluarkan tali pendakian dari tas ransel dan menurunkannya.
Begitu Si Bekas Luka dan Lao Liu memanjat tali naik ke atas, Si Bekas Luka langsung menyiapkan detonator tanpa beristirahat.
Lebih dari sepuluh menit kemudian...
“Boom!!!” Suara ledakan keras menggema di dalam makam bawah tanah ini, getarannya membuat tanah bergetar ringan.
Saat asap menghilang, kami mendekat dan melihat bahwa atap batu bata hijau di bawah telah diledakkan hingga membentuk lubang dalam, namun atap makam kuno itu masih belum sepenuhnya jebol.
Melihat ini, Si Bekas Luka terpaksa menyetel ulang detonator. Ledakan kembali mengguncang makam ini. Untungnya lokasinya di hutan belantara, kalau di tempat lain, Kantor polisi pasti akan segera datang.
Saat asap menghilang, kami kembali mengintip ke lubang pencurian. Kali ini hanya kegelapan tak berujung yang terlihat, pertanda lubang telah tembus.
"Lao Liu, bisakah kau mengenali dinasti mana makam kuno ini dari bentuk atapnya?" Si Bekas Luka bertanya pada Lao Liu.
"Delapan puluh persen kemungkinan dari dinasti Qing," jawab Lao Liu.
"Qing? Lalu di bagian mana makam kuno ini kau gali lubangnya?" Si Bekas Luka menatap lubang pencurian sambil bertanya lagi.
"Mungkin dekat pintu makam, kadang di dekat dinding belakang makam. Semua mungkin saja." Lao Liu terdiam sejenak sebelum menjawab.
"Baik! Biarkan makam ini bernapas dulu. Begitu hari gelap, kita turun ke makam!" Si Bekas Luka mengeluarkan rokok dari saku, menyalakannya, dan menghirup dalam-dalam tanpa mengembuskan asapnya...
