Mendengar perkataan Chen Yuluo, semua orang segera menyalakan senter dan mulai menyisir area yang tidak terlalu luas ini.
Tapi setelah enam orang mencari lama di sekitar pintu perunggu, tidak ada yang menemukan mekanisme pembukanya. Semangat kami mulai turun. Jika tidak ditemukan, pintu ini mustahil terbuka dan kami harus mundur.
Lalu meminta Lao Liu menggali lubang pencurian baru di tanah di belakang pintu perunggu. Cara ini tidak hanya makan waktu dan tenaga, tapi juga berisiko memicu perangkap makam. Terlalu banyak lubang pencurian tidak ada untungnya.
Saat semua hampir menyerah, Bai Ruotong tiba-tiba berteriak, "Lihat! Apa itu?!"
"Semua orang mendengar suaranya, segera berkumpul dan mengikuti arah sorotan senternya. Di pintu perunggu itu terlihat sebuah batu yang menonjol, posisinya kecil dan tersembunyi. Jika tidak diperhatikan baik-baik, hampir mustahil ditemukan."
"Apa itu perangkapnya? Orang zaman dulu licik sekali, menyembunyikan mekanisme di situ. Kalau bukan si adik ini yang melihat, kita bisa mencari seumur hidup tak ketemu." Lao Liu menatap batu menonjol itu bertanya.
"Sangat mungkin. Mari kita coba dulu." Si Bekas Luka berjalan mendekati pintu perunggu, berhenti lalu menoleh memperingatkan, "Kalian mundur sedikit! Ini mungkin juga mekanisme jebakan!"
Setelah semua mundur, Si Bekas Luka mengangkat kaki, mengulurkan tangan dan menekan batu di pintu perunggu itu.
Awalnya sekuat apapun dia mendorong, batu itu seolah menyatu dengan pintu perunggu, sama sekali tak bergerak.
Melihat ini, Si Bekas Luka berteriak ke Lao Liu, "Lao Liu, berikan aku pahat!"
Si Bekas Luka mengambil pahat dari Lao Liu, segera menusukkan ujungnya ke celah batu. Setelah menggoyang-goyangkannya ke kiri-kanan, dia mencabut pahat lalu menekan lagi dengan tangan. Batu itu akhirnya tenggelam sepenuhnya.
Seketika Si Bekas Luka mundur beberapa langkah waspada, menjaga jarak dari pintu perunggu.
"Krek! Krek! Krek!..." Bunyi aneh bergema saat pintu perlahan terbuka ke dua sisi.
Di balik pintu perunggu, gelap gulita. Senter berkekuatan tinggi menyorot ke dalam, namun kegelapan tak berujung langsung menelan habis cahaya senter...
Bau lembab, busuk, dan menyengat segera menyeruak dari dalam pintu perunggu. Aroma yang tak terkatakan ini membuat mata berlinang air.
Tiba-tiba Zhao Man mengeluarkan benda mirip sumbu api dari sakunya. Dengan korek api, dia menyalakannya lalu melemparkannya ke belakang pintu perunggu.
Benda itu terus menyala di dalam, tak padam karena kekurangan oksigen. Ternyata meski udaranya sangat buruk, tidak membahayakan pernapasan.
Setelah mengamati api kecil di balik pintu beberapa saat, Zhao Man berkata, "Seharusnya udara di dalam aman. Tapi untuk jaga-jaga, lebih baik kita tunggu sebentar di sini."
Si Bekas Luka mengangguk, melihat jam tangannya: "Sepuluh menit. Setelah itu kita masuk."
Sepuluh menit berlalu sekejap mata. Semua mulai siaga. Si Bekas Luka memimpin, melangkah pertama ke dalam.
Saat kakinya baru menginjak lantai di balik pintu perunggu, tiba-tiba! Suara tawa dingin bergema dari dalam, memenuhi ruangan.
Tawa tak terduga yang bergema di makam kuno nan luas ini membuat tubuh semua orang yang baru saja melangkah langsung kaku ketakutan!
"Siapa?! Siapa yang berani tertawa?!" teriak Lao Liu sambil gemetar.
Si Bekas Luka juga berhenti berjalan, berkata pada kami: "Huh, cuma trik psikologis. Tawa tadi itu rekaman sengaja dibuat pemilik makam untuk menakut-nakuti pencuri makam, sama sekali tidak ada apa-apa."
"Rekaman? Jaman dulu kan tidak ada alat perekam, bagaimana mereka merekam?" Lao Liu melihat sekeliling dengan suara gemetar bertanya.
"Merekam tidak harus pakai alat perekam. Dinding dan lantai makam kuno ini membentuk ruang siklus suara. Jika kita jalan sedikit ke depan, pasti ada dinding yang berfungsi memantulkan suara rekaman itu berulang-ulang." Si Bekas Luka menjelaskan.
Chen Yuluo ikut berbicara: "Sebenarnya konsep ini mirip dengan fenomena penampakan dayang di Istana Terlarang. Tembok istana yang merah mengandung besi oksida (Fe3O4). Petir bisa mengalirkan energi listrik. Jika kebetulan ada dayang lewat, dinding itu berfungsi seperti pita rekaman. Saat petir berikutnya menyambar, gambaran dayang itu akan muncul lagi seperti pemutaran rekaman. Prinsip tawa yang terekam di makam ini sama persis."
Mendengar penjelasan Si Bekas Luka dan Chen Yuluo, detak jantungku yang berdegup kencang mulai mereda. Kutarik napas panjang, lalu mengikuti mereka masuk ke balik pintu perunggu itu.
Setelah melewati pintu perunggu, langsung terlihat lorong makam dengan tanahnya lembap dan lengket. Kakiku seperti tertahan sulit melangkah.
"Grek! Grek!..."
"Tepat saat kami baru saja masuk ke dalam lorong makam ini, pintu batu perunggu di belakang seolah dikendalikan seseorang, mengeluarkan suara berderit dan menutup sendiri perlahan."
"Paman sialan! Ini?!"
"Goblog Sialan!! Ada hantu?! Pintu makam perunggu itu kok bisa nutup, kalau kita ga bisa keluar bakal mati terkubur hidup-hidup di sini!!" Lao Liu berteriak histeris sambil menatap pintu yang sudah tertutup.
"Jangan takut, paling-paling kita gali lubang di atas kepala untuk kabur. Yang penting bisa masuk pasti bisa keluar, jangan lebay." Si Bekas Luka justru terlihat tenang.
"Gimana kalau kita benar-benar ga bisa keluar?!" Kulihat Lao Liu sudah di ambang kehancuran.
Katanya pencuri makam profesional, kok mentalnya lemah begini? Bai Ruotong aja lebih baik. Aku mulai meragukan kredensial Lao Liu.
Kalau bukan karena melihat keahliannya menggali makam sebelumnya, kupikir dia cuma penipu pencari harta.
"Di kamusku tidak ada kata 'bagaimana kalau'." Si Bekas Luka melempar kalimat dingin itu sambil terus berjalan.
Dalam kegelapan, hanya cahaya senter yang menyinari. Sekeliling yang gelap gulita membuatku merasa tertekan, sulit bernapas.
Bai Ruotong di sampingku juga tak sadar meraih ujung bajuku erat-erat. Meski diam sejak turun ke makam, jelas dia sangat tegang.
"Tidak heran, seorang gadis kecil yang masih bersekolah seperti ini turun ke makam kuno, siapa pun yang menggantikannya pasti tidak akan tahan."
"Terus berjalan ke depan, muncul sebuah dinding batu yang menghalangi gema. Apa yang dikatakan Si Bekas Luka ternyata benar. Suara tawa yang kami dengar saat pertama masuk ke lorong makam tadi memang sengaja direkam oleh orang zaman dulu untuk menakut-nakuti. Kalau pencuri makam biasa mendengar suara ini, pasti sudah kabur ketakutan."
"Setelah memutar dinding batu itu, rombongan kami terus menyusuri kedalaman lorong makam. Setelah berjalan sekitar lima hingga enam menit, tiba-tiba kulihat di kedua sisi lorong makam tumbuh tanaman rambat merah darah yang melilit dinding."
"Tanaman rambat ini sangat lebat. Aku pernah melihatnya di kuil kuno di luar sebelumnya. Kenapa di lorong makam kuno ini juga ada? Apakah ada hubungan di antara mereka?"
"Saat ini tenggorokanku terasa kering. Ada firasat samar bahwa makam kuno ini tidak sesederhana yang kubayangkan sebelumnya."
"San Ge, lihat depan." Bai Ruotong yang selama ini berjalan di sampingku tiba-tiba berbicara.
"Aku mengangkat kepala dan menyorotkan senter kuat ke depan. Setelah dilihat seksama, tepat di depan terlihat sebuah dinding batu lagi."
"Setelah didekati, di dinding batu itu terukir talisman merah. Di tengahnya ada beberapa karakter besar aneh yang tidak bisa dikenali oleh siapa pun dari dinasti mana asalnya."
"Di atas karakter-karakter besar itu tergantung sebuah cermin perunggu yang diukir gambar monster berwajah manusia bertubuh lipan."
“Semuanya, aku rasa makam ini tidak biasa, mana ada lorong makam kuno sepanjang ini?” Saat itu Lao Liu berkata dengan ragu sambil menatap semua orang.
“Kapten Yue, cepat ke sini lihat!!” Zhao Man yang sudah sampai di seberang tembok batu itu tiba-tiba berteriak pada kami.
Dari nada bicaranya yang tegang dan panik, hatiku langsung merasa kaget.
Apa sebenarnya yang dilihat Zhao Man di balik tembok batu itu, sampai wanita kuat yang biasa tenang menghadapi bahaya ini bisa merasa ketakutan?
