Pria gemuk juga bangkit dari tanah, mengambil sebongkah batu dan melemparkannya ke arah rubah tua itu.
"Shixiong, aku akan jadi pengalih perhatian! Cepat serang dia!!"
Melihat ini, hatiku dipenuhi rasa frustrasi. Dasar idiot ini pasti lupa bawa otak keluar rumah. Situasi sekarang jelas sudah tak perlu kita turun tangan...
Si rubah tua sama sekali tak menganggap pria gemuk sebagai ancaman. Dengan menolehkan kepala, dia menghindari batu itu lalu menatap Zhenren Gui. "Hehe, ternyata Zhenren Gui dari Aliran Longhu. Aku memang kurang awas..." Ucap rubah tua itu terpotong ketika tiba-tiba menerjang ke kiri, langsung menyergap pria gemuk dan mencekik lehernya dengan erat.
Pria gemuk berusaha melepaskan diri dengan kedua tangan, tapi cekikan malah makin kencang sampai dia tak bisa bicara.
"Jangan bergerak, satu gerakan lagi, aku akan mengakhiri nyawanya. Bukankah Aliran Longhu selalu berprinsip menyelamatkan dunia dan menolong orang? Lepaskan aku, maka aku akan melepas pria gemuk ini." Belum lagi ucapan rubah tua siluman itu selesai, tiba-tiba cahaya terang menyorot dari paha pria gemuk, diikuti suara berirama yang keluar dari tubuhnya:
"Langit nan luas adalah cintaku, di kaki gunung hijau bunga bermekaran, irama seperti apa yang paling menggoyang..."
Ini ternyata nada dering ponsel si pria gemuk!!
Nada dering yang keras itu berbunyi di saat genting, membuat rubah tua siluman kaget oleh lagu Phoenix Legend yang tiba-tiba menyala. Sebelum sempat bereaksi, sebuah bayangan sudah menyergapnya!
Zhenren Gui dalam sekejap sudah berlari ke depan rubah tua siluman, menghantamkan telapak tangan ke dadanya hingga terlempar jauh. Jeritan menderita bergema bersama nada dering "The Most Dazzling Ethnic Style" di kompleks makam angker ini...
Rubah tua siluman bangkit sambil merunduk, keempat cakarnya mencengkeram tanah. Mulut runcingnya menganga memperlihatkan gigi-gigi tajam berlumuran darah, mendesis marah ke arah Zhenren Gui seolah ingin bertarung mati-matian.
Zhenren Gui sama sekali tak gentar. Dengan dengus dingin, ia mengeluarkan lima bendera kecil berwarna berbeda dari jubahnya. Dengan lemparan cepat, kelima bendera itu bertebaran di udara dan mulai berputar-putar sendiri mengelilinginya tanpa tertiup angin.
Melihat ini, si rubah tua itu tubuhnya jelas-jelas gemetar, semangat berani yang sebelumnya ingin bertarung habis-habisan dengan Zhenren Gui langsung lenyap bagai salju terkena matahari. Seluruh tubuhnya berputar cepat ke belakang dan melarikan diri dengan panik ke dalam kompleks makam.
Zhenren Gui yang melihat hal ini tidak terburu-buru. Matanya berkilat tajam, kedua tangannya cepat-cepat membentuk mudra yang sangat rumit, sambil melantunkan mantra dengan cepat. Kemudian ia berteriak keras:
"Jíjí rú lǜ lìng! She!!" Lalu kedua tangannya menunjuk ke arah lari si rubah tua. Lima bendera seolah memiliki mata sendiri, langsung mengejarnya dengan kecepatan tinggi.
Selanjutnya, aku mendengar jeritan-jeritan melengking yang semakin menusuk telinga dari kedalaman kompleks makam. Suara kesakitan yang semakin mencekam itu terus bergema puluhan detik sebelum perlahan melemah dan akhirnya menghilang...
Lima bendera berwarna-warni itu pun terbang keluar dari balik kompleks makam dan kembali mendarat di tangan Zhenren Gui.
Melihat ini, si pria gemuk buru-buru mendekat dan bertanya dengan sisa ketakutan, "Hei Zhenren, apakah rubah tua itu sudah mati atau belum??"
Zhenren Gui pertama-tama menyimpan kembali lima bendera miliknya, lalu memandang si pria gemuk dan berkata datar, "Sudah mati..."
"Mendengar perkataan Zhenren ini, aku segera berlari ke arah Bai Ruotong yang terbaring di tanah. Tidak tahu bagaimana keadaannya sekarang. Meskipun awalnya dia menipu aku dan pria gemuk untuk datang ke sini, tapi akhirnya dia mengorbankan nyawanya untuk menyelamatkan kami. Hanya karena ini saja, aku pasti tidak akan meninggalkannya."
"Sampai di dekat Bai Ruotong, kuangkat tubuhnya dari tanah. Melihat ke bawah, kudapati banyak darah mengalir dari sudut mulutnya, separuh kerah bajunya sudah basah kuyup."
"Melihat ini, hatiku langsung berdebar. Cepat kuraih tanganku untuk memeriksa nafasnya. Meski lemah, syukurlah masih ada, dia belum mati."
"Shixiong, apa dia baik-baik saja?" Pria gemuk mendekat sambil melihat Bai Ruotong yang penuh darah dan bertanya.
"Aku menggelengkan kepala, tidak tahu harus menjawab apa."
"Zhenren juga mendekat. Pertama dia meletakkan tangan di dahi Bai Ruotong, lalu memeriksa denyut nadinya sebelum berkata padaku: 'Dia baik-baik saja, hanya pingsan. Tapi kenapa fisiknya agak berbeda dengan kita? Selain itu dia membawa Qi Kebijaksanaan. Kalau orang biasa, pasti sudah tidak bisa bertahan.' Zhenren memandangi Bai Ruotong dengan ekspresi penuh tanda tanya."
"Mendengar perkataan Zhenren, hatiku gemetar. Bai Ruotong ini manusia atau siluman? Kalau siluman, kenapa bahkan ahli seperti Zhenren dan Si Bekas Luka tidak bisa mengenalinya? Lalu apa sebenarnya Qi Kebijaksanaan itu?"
"Tapi kalau bilang dia manusia, dia sendiri sudah mengakui dirinya siluman, ini bagaimana menjelaskannya?" Melihat Bai Ruotong yang masih memejamkan mata, aku mulai bingung...
Tapi mengingat perkataan rubah tua sebelumnya, aku sedikit memahami. Mungkin rubah tua itu tertarik pada kemampuan khusus Bai Ruotong yang bahkan setelah berubah wujud manusia tetap tak terdeteksi oleh praktisi ilmu Tao, makanya dia selalu menyuruh Bai Ruotong memancing korban ke sini untuk disantap. Kalau makhluk siluman lain yang membunuh sebanyak ini, pasti sudah ketahuan oleh Aliran Longhu atau Tim Penyelidik Fenomena Gaib.
Tapi apakah tebakanku tepat atau tidak, harus menunggu Bai Ruotong siuman dan memberitahuku sendiri.
Awalnya aku ingin menceritakan hal ini kepada Zhenren Gui, tapi setelah dipikir-pikir, aku urungkan. Jangan-jangan kalau Zhenren Gui tahu Bai Ruotong bukan manusia tapi siluman, dia akan "bersikap adil tanpa kompromi" dan membasmi Bai Ruotong. Aku dan si pria gemuk takkan bisa menghentikannya.
"Ngomong-ngomong, Zhenren Gui, bagaimana Bisa menemukan tempat ini?" Setelah mendengar Bai Ruotong tidak apa-apa dari Zhenren Gui, hatiku lega. Kubalikkan badan dan bertanya padanya.
Zhenren Gui tersenyum mendengar pertanyaanku: "Sama seperti terakhir kali kutemui kau di penginapan, mencari lokasimu tidak sulit. Sudah, ini bukan tempat baik, pulang saja kalau urusanmu selesai."
Setelah mendengar perkataan Zhenren Gui, aku mengangguk dan menatap pria gemuk sambil bertanya: “Hei gemuk, mau bantu menggendong tidak?” Pria gemuk itu mungkin masih trauma dengan siluman rubah, buru-buru melambaikan tangan padaku: “Gendong sendiri saja, aku tidak mau!”
Dengan terpaksa, aku pun menggendong Bai Ruotong dan bersiap keluar dari kompleks pemakaman bersama pria gemuk itu.
Sebelum pergi, aku memandang Zhenren Gui dan bertanya: “Zhenren Gui, tadi Anda bilang mencari aku, ada keperluan apa sebenarnya?” Awalnya ingin kutanyakan tentang Cap Pembunuh Naga dan Macan Tujuh – ilmu Tao apa itu? Mengapa pertama kali bisa kugunakan, tapi hari ini tidak?
Tapi teringatlah aku akan peringatan An Rushuang: “Membawa harta berharga, tanpa perlindungan pedang, harus ekstra hati-hati.” Maka kusimpan dulu pertanyaan itu, nanti akan kutanyakan pada Master Qingfeng.
Saat ini, orang yang paling kupercaya selain An Rushuang, hanyalah Shifu-ku.
Mendengar itu, Zhenren Gui mendekatiku dan bertanya dengan ekspresi sangat serius: “Shisan, aku mau tanya sesuatu, kau harus jujur.”
“Apa itu?” tanyaku penasaran.
“Beberapa hari terakhir, apakah ada orang aneh yang mencarimu?” Tatapannya menembus.
Orang aneh? Pertanyaan itu langsung mengingatkanku pada pria bertopi lebar dengan cadar hitam!
“Ada satu,” jawabku.
Zhenren Gui melanjutkan: “Siapa dia? Apa kau mengenalnya?”
“Aku juga tidak tahu siapa dia. Orang itu selalu memakai topi lebar yang menutupi wajahnya saat bertemu denganku.” Kataku.
Zhenren Gui mengangguk setelah mendengar, merenung sejenak sebelum berkata padaku, “Kalau bertemu orang itu lagi dan ingin selamat, jauhi dia sejauh mungkin. Cukup, kalian segera pulang. Aku juga ada urusan, pamit dulu.” Setelah meninggalkan pesan itu, Zhenren Gui pergi dengan langkah lebar.
Aku terdiam di tempat, bertanya-tanya maksud perkataan Zhenren Gui. Sama sekali tidak paham apa tujuan pria bertopi itu, apakah dia baik atau jahat?
Aku menghela napas, memaksa otakku beristirahat sejenak. Memanggil pria gemuk untuk menggendong Bai Ruotong, kami berjalan menyusuri jalan setapak yang kami lalui sebelumnya.
Meski bulan malam ini terang, jalan di malam hari tetap sulit, apalagi sambil menggendong orang. Ketika kami sampai di mobil pria gemuk yang diparkir di bawah pohon di ujung jalan, kuambil ponsel dan melihat jam sudah hampir pukul 4:30 dini hari. Fajar mulai merekah.
Pria gemuk itu menghisap rokok dulu di mobil untuk menenangkan diri, baru menyalakan mesin dan membawa kami serta Bai Ruotong yang terluka menuju kota Dongdian.
Mobil belum juga bergerak, Bai Ruotong yang terbaring di kursi belakang batuk beberapa kali dan terbangun. Kalimat pertamanya setelah sadar adalah padaku:
“San Ge, a...aku ingin turun.”
