Hanba mengaum bangkit dari tanah, mengacungkan kedua cakarnya dan langsung menerjang Master Qingfeng.
"Master Qingfeng melihatnya, meski tidak panik, tapi tidak sempat mengulang mantra. Dengan cepat ia mengeluarkan pedang kayu hitam dari tubuhnya, menghantam zombie Hanba dengan sekuat tenaga."
"Namun Master Qingfeng terlambat setengah langkah. Saat aku bangkit dari tanah sebelum sempat melihat jelas, terdengar jeritan menderita darinya. Seluruh tubuhnya terlempar dan menabrak jendela kamar. Kaca dan bingkai kayu hancur, tubuhnya terpelanting keluar rumah."
"Zombie Hanba tak berhenti. Dengan sekali raungan, tubuhnya bergerak dan melompat keluar melalui jendela yang sama."
"Kini, khawatir terjadi sesuatu di halaman, aku segera mengejar. Baru sampai di pekarangan, kulihat Master Qingfeng memegang beberapa kertas jimat, berdiri tegak di tengah halaman. Sementara Hanba berdiri berhadapan, saling mengamati mencari celah lawan."
"Shifu, apa Anda baik-baik saja?" Tanyaku pada Master Qingfeng.
Master Qingfeng menggerakkan lehernya, lalu berkata padaku: "Apa yang bisa terjadi pada shifu-mu? Barusan aku sengaja mengulur waktu, ruangan itu terlalu sempit, sulit bagiku untuk mengeluarkan jurus." Belum selesai Master Qingfeng bicara, Hanba tiba-tiba menggeram rendah. Seiring geramannya, aku bisa melihat bulu hijau di tubuhnya mulai rontok perlahan, awalnya sedikit demi sedikit, lalu berguguran, seluruh tubuhnya juga semakin gemetar hebat.
Saat aku masih bingung melihat fenomena ini, wajah Master Qingfeng tiba-tiba memucat. Dengan satu tangan membentuk Mudra, tangan lainnya yang memegang pedang kayu hitam segera mengeluarkan selembar Kertas jimat kuning dan menempelkannya pada bilah pedang. Ia lalu cepat-cepat melantunkan mantra: "Qi fu long, gong zhi huo, wai xing ju, ding gong jian, zi jiao shen, qi hui ting, Jíjí rú lǜ lìng! Lenyap!!" Begitu mantra selesai, Kertas jimat di pedang tiba-tiba terbakar sendiri. Kilatan cahaya mirip petir mulai bermunculan di permukaan pedang kayu hitam yang tadinya biasa saja.
"Kretek-kretek" suara gemericik cahaya itu terus berbunyi.
"Shisan, cepat masuk ke dalam rumah! Apapun yang terjadi di luar, atau suara apapun yang kau dengar, jangan sekali-kali keluar!!" Master Qingfeng berteriak padaku saat itu.
Aku benar-benar takut Master Qingfeng terganggu, setelah mendengarnya, tanpa ragu langsung lari kembali ke dalam rumah. Begitu masuk, Pisau Naga Lilin dan Burung Feniks di tanganku sekejap kehilangan cahaya merah. Ini pertanda waktu pisau itu telah habis.
Pertama-tama kusimpan Pisau Naga Lilin dan Burung Feniks dengan rapat di badan, lalu kulari ke arah pria gemuk yang terbaring di lantai.
Saat kusampai di sampingnya, kuraih lengannya untuk membangunkannya dari tanah. Tapi baru saja kusentuh lengannya, tubuhku langsung gemetar—ternyata tubuh pria gemuk ini masih hangat!
Ada suhu tubuh! Artinya dia belum mati! Dengan gembira, segera kubantu pria gemuk itu duduk. Kucoba periksa napasnya—meski agak lemah, tapi masih ada!
Cepat kusobek bajunya untuk memeriksa dada kirinya. Di sana terlihat tiga lubang berdarah mengerikan. Meski darah sudah hampir tidak mengalir lagi, lukanya terlihat sangat dalam dengan daging hancur. Melihat ini, hatiku bertanya-tanya: Secara logika, luka sedalam ini pasti sudah menembus jantungnya. Mengapa dia masih hidup?
Dengan hati-hati kuletakkan tangan di dada kiri pria gemuk itu. Setelah lama menunggu, tak ada detak jantung sama sekali!
Ini... apa yang sebenarnya terjadi? Mengapa dia masih bernapas tapi tanpa detak jantung? Saat kebingunganku semakin menjadi, sang paman tua di dalam rumah mulai berjalan membungkuk mendekati kami.
“Bagaimana kondisi temanmu ini？Barusan saya ambilkan obat penahan darah di dalam rumah untuknya.” Paman menatap pria gemuk yang berlumuran darah sambil bertanya padaku.
“Saya tidak tahu apa yang terjadi dengan teman saya ini. Meski suhu tubuh dan napasnya masih ada, detak jantungnya justru hilang.” Jawabku pada paman itu.
Paman mendengarkan ucapanku lalu menyerahkan obat penahan darah dan perban ke tanganku. Kemudian dia meletakkan telapak tangan di dada kiri pria gemuk itu. “Hah?” Paman terkejut saat merasakan tidak ada detak jantung, tapi segera memindahkan tangannya ke dada kanan. Setelah beberapa saat, wajahnya berbinar saat berkata padaku: “Temanmu ini memang ditakdirkan berumur panjang! Jantungnya tumbuh di sebelah kanan!”
Sebelum paman selesai bicara, segera kurentangkan tangan ke dada kanan pria gemuk itu. Tak lama, benar-benar kurasakan detak jantung berirama yang keluar dari sana.
Benar juga!
“Paman, ada orang yang jantungnya di sebelah kanan?” Tanyaku. Sepanjang hidupku, baru kali ini mendengar hal seperti itu.
Paman mengangguk padaku: “Ada, walau sangat langka. Waktu muda dulu di rumah sakit, saya pernah jumpai satu kasus.” Paman menjelaskan sambil menghela napas.
Rupanya selama ini aku yang kurang pengetahuan. Setelah mendengar penjelasan paman, napasku agak lega. Segera kuterapkan obat penahan darah ke luka di dada kiri pria gemuk itu, lalu membalutnya dengan perban.
Semoga dia selamat. Kabarnya orang gemuk banyak rezeki, mungkin kali ini dia benar-benar bisa mengubah kesialan menjadi keberuntungan...
“Pemuda, bagaimana kabar Shifu muda di luar?” Paman tua ini menatap ke pintu sambil bertanya kepadaku dengan wajah khawatir.
Sebenarnya sejak tadi saat membantu pria gemuk membalut lukanya, aku terus mengkhawatirkan Master Qingfeng. Meski bicaranya santai, aku pernah berhadapan dengan Hanba ini dan tahu betul betapa sulitnya mengalahkannya. Selain kekuatan besar, gerakan cepat, dan kuku tajam, yang paling menakutkan adalah kemampuannya berpikir mandiri dan memahami taktik pertempuran.
Memang benar zombie yang sudah berevolusi ini sangat berbeda dari zombie biasa.
“Masterku pasti baik-baik saja.” Kataku pada paman tua itu. Namun tak lama setelah ucapan itu, terdengar suara gemuruh "Braak! Braak! Braak!..." dari halaman luar, persis seperti suara pukulan petinju ke kantong pasir!
Mendengar suara itu, jantungku berdebar kencang. Ingin buru-buru keluar membantu Master Qingfeng, teringat pesannya: "Jangan keluar apapun yang kau dengar di luar." Jadi aku memilih mendekati jendela dan mengintip ke halaman.
Dengan cahaya bulan dari luar, pandangan saya langsung tertuju pada Master Qingfeng yang saat itu memegang sebuah cermin tembaga bersudut di depan dadanya, berhadapan dengan Hanba. Suara "Braak! Braak! Braak!" ternyata berasal dari hentakan kaki Master Qingfeng ke tanah. Entah mengapa, setiap kali dia menghentak, debu beterbangan dari tanah dengan kekuatan penuh!
Zombie Hanba itu tampak sangat takut dengan cermin tembaga di tangan Master Qingfeng, tidak berani mendekat. Saat ayam berkokok tanda pagi datang, makhluk itu mengaum keras ke arah Master Qingfeng sebelum berbalik dan melompati tembok pagar, menghilang dalam sekejap di langit yang belum sepenuhnya terang...
Setelah Hanba pergi, Master Qingfeng bergumam pelan, "Sialan! Akhirnya pergi juga. Kalau dia bertahan lebih lama, aku sudah meninggal..." Tiba-tiba tubuhnya gemetar disertai suara "krak!" Cermin tembaga di tangannya pecah berkeping-keping. Master Qingfeng terhuyung beberapa langkah sebelum terjatuh telentang.
Melihat kejadian ini, aku segera melompat keluar dari jendela dan berlari ke arah Master Qingfeng.
"Shifu, Shifu, apa kamu baik-baik saja?" Aku membantu Master Qingfeng bangun sambil bertanya.
Master Qingfeng membuka matanya perlahan, berbisik kepadaku: "Kalau... pria gemuk itu beruntung belum mati, carikan bunga madu dan perak, forsythia, Bai Tou Weng, Baihua Sheshe. Tumbuk semua bahan itu bersama-sama dan oleskan pada lukanya... untuk mencegah racun mayat menyebabkan mutasi... Aku harus... tidur dulu..." Setelah berkata demikian, kepalanya terkulai dan ia pun terlelap tak sadarkan diri.
