Setelah paman menyembelih ayam jago, Master Qingfeng mengambil tulang leher dan paha dari dua ekor ayam tersebut. Beliau membersihkan darahnya dengan air dingin lalu menyimpannya di dalam tas ransel.
Untuk darah anjing hitam, Master Qingfeng mengeluarkan tabung bambu kecil. Dengan hati-hati beliau menuangkannya ke dalam tabung, menutup rapat lalu memasukkannya juga ke dalam tas.
Semua persiapan selesai. Kini aku dan Master Qingfeng bersiap menyantap makan siang di rumah paman sebelum berangkat mencari sarang Hanba.
Singkat cerita, setelah makan siang kami berpamitan pada paman. Dengan perlengkapan lengkap, kami berjalan menuju arah barat desa.
Sepanjang perjalanan Master Qingfeng terus mengkalkulasi posisi dengan Kompas di tangannya. Setelah beberapa kali berganti arah dan berputar-putar selama hampir satu jam, kami kembali ke desa yang sama.
"Shifu, bukannya kita sedang mencari Hanba? Kenapa malah balik ke sini?" Tanyaku sambil memandang bingung ke arah Master Qingfeng.
“Tampaknya persembunyian Hanba itu berada di dalam desa ini.” Master Qingfeng berkata kepadaku dengan wajah muram.
Mendengar ucapan Master Qingfeng ini, bulu kudukku merinding. Ternyata Hanba itu selama ini bersembunyi di dalam desa. Jika penduduk desa mengetahuinya, pasti mereka semua akan ketakutan setengah mati?!
Saat mengikuti Master Qingfeng kembali ke desa, beliau membawaku berkeliling jalan setapak sambil memperhatikan kompas di tangannya. Setelah berjalan sekitar lebih dari sepuluh menit, akhirnya kami tiba di dekat sebuah toko peti mati.
Tempat ini tidak hanya menjual peti mati, tetapi juga peralatan persembahan seperti dupa dan kertas perak. Di pintu tergantung papan nama tua, menunjukkan bahwa toko ini sudah beroperasi cukup lama.
Namun yang membuatku penasaran, di pedesaan - terutama desa yang tidak terlalu besar - sekarang jarang ada toko peti mati pribadi seperti ini. Pertama, di satu desa mungkin hanya ada beberapa kematian dalam beberapa tahun, sehingga sulit bertahan. Kedua, bahkan jika ada yang meninggal, kebutuhan seperti peti mati dan karangan bunga biasanya sudah ditangani langsung oleh krematorium.
"Di sekitar sini, tidak mungkin salah. Shisan, fokuskan semua perhatianmu pada penglihatanmu sekarang. Gunakan matamu untuk mencari asap hitam di sekitar sini." Tiba-tiba Master Qingfeng yang berjalan di depan berhenti dan menoleh kepadaku.
Setelah mendengar perintah Master Qingfeng, aku memusatkan konsentrasi dan menyapu pandangan ke sekeliling. Tapi setelah mengamati area sekitar toko peti mati dengan cermat, sama sekali tidak kulihat asap hitam yang disebutkan beliau.
“Shifu, aku tidak melihat asap hitam apa pun?” Aku bertanya pada Master Qingfeng.
“Tidak ada?! Tidak mungkin, perhitungan bagua ku pasti tidak salah. Lihat lagi lebih hati-hati, pastikan benar-benar memperhatikan.” Master Qingfeng berkata padaku.
“Baik.” Aku mengangguk dan mulai mengamati sekeliling lagi.
Tiba-tiba, di sebelah selatan yang tidak terlalu jauh, samar-samar kulihat helaian tipis asap hitam. Tidak jelas, kadang muncul kadang menghilang.
“Shifu, aku melihatnya! Di selatan!” Aku menunjuk ke arah selatan sambil berkata pada Master Qingfeng.
Master Qingfeng mengikuti arah tunjukanku, lalu mengangguk cepat:
“Ayo, kita periksa ke sana.”
Kami berdua segera berjalan menuju lokasi tersebut.
Melewati jalan tanah itu, terlihat sebuah rumah tembok tanah yang telah lama ditinggalkan. Bangunannya sudah rusak parah, ditumbuhi rumput liar di dalam maupun luar. Bahkan di dalam ruangan tumbuh pohon wutong tinggi, dari atap hingga lantai dipenuhi jejak waktu dan kesepian.
Setelah melewati rumah itu, di halaman depan kami menemukan sumur kering besar. Master Qingfeng segera berkata: “Shisan, periksa apakah ada asap hitam di dasar sumur ini.”
Aku melongok ke dalam. Karena mulut sumur sangat lebar dan berbentuk persegi empat, meski dalamnya lebih dari 10 meter, dasar sumur tetap terlihat jelas.
Saat mengamati, langsung kulihat helaian tipis asap hitam melayang-layang di dasar sumur.
“Ada, Shifu ada, Zombie Hanba itu sepertinya bersembunyi di dasar sumur ini.” Melihat asap hitam itu, aku segera berkata pada Master Qingfeng.
“Baik, kamu tunggu di sini, aku akan meminjam tali rami dan senter, segera kembali.” Master Qingfeng langsung berlari menuju desa.
Aku sendiri berjaga di pinggir sumur kering depan gubuk tanah. Angin sepoi-sepoi mulai berhembus, memberikan kesejukan setelah seharian terik matahari yang menyengat. Keringat sudah membasahi seluruh badan selama perjalanan.
Duduk di situ, mataku menjelajahi sekeliling. Lingkungan di sini memang indah dengan pemandangan dan iklim yang nyaman untuk ditinggali. Tapi deretan bukit kecil yang tak beraturan ini tidak memenuhi prinsip Aliran Energi dalam feng shui. Penduduk sini mungkin berumur panjang tapi sulit menjadi kaya.
Tapi kenapa Zombie Hanba bisa muncul di tempat seperti ini? Menurutku, kondisi geografis, iklim, dan kadar Energi Yin di sini tidak memenuhi syarat untuk mutasi mayat.
Saat aku duduk di tepi sumur sambil beristirahat, tiba-tiba terdengar langkah kaki pelan dari belakang. Aku berbalik dan melihat seorang nenek membawa keranjang bambu berjalan tertatih-tatih mendekat.
“Pemuda, kamu dari desa mana?” Nenek itu bertanya dengan logat Mandarin yang tidak standar.
“Kami turis dari luar kota yang sedang lewat,” jawabku singkat.
“Oh, ini wisatawan. Tapi pemuda, meski kamu sedang berwisata, sumur kering ini jangan sampai kamu turuni.” Nenek tua itu menatapku yang sedang duduk di tepi sumur.
Mendengar perkataan nenek itu, hatiku berdesir. Aku buru-buru bertanya, “Kenapa tidak boleh turun?”
“Kamu tidak tahu, sumur bawah tanah yang sudah ditinggalkan bertahun-tahun seperti ini, energi Yin-nya kuat, kelembapannya juga tinggi. Sekuat apapun tubuhmu, kalau terlalu lama di bawah pasti tidak akan tahan menghadapi energi Yin dan hawa dingin sumur ini.” Sang nenek menjelaskan sambil menatapku.
“Tenang, saya tidak akan turun. Hanya duduk-duduk istirahat di sini.” Aku berbohong untuk menghindari percakapan lebih lanjut dengan nenek ini.
“Baiklah, pemuda. Jangan sekali-kali turun ya.” Nenek itu mengingatkanku sekali lagi sebelum pergi.
Memandang punggung nenek yang bungkuk itu menjauh, tiba-tiba aku teringat kakek dan nenekku. Bagaimana kabar mereka di alam sana?
Persis di saat itu, Master Qingfeng juga kembali sambil menggendong gulungan besar tali rami. Aku segera menarik kembali pikiranku dan mulai bekerja sama dengannya. Kami mengikat ujung tali di pohon phoenix dekat situ, sementara ujung lainnya diturunkan ke dasar sumur.
“Shifu, saya yang turun dulu.” Aku bersiap menuruni tali, tapi Master Qingfeng tiba-tiba menarik lenganku:
“Jangan terburu-buru. Aku akan menyusun formasi dulu. Energi Yin dan kelembapan di dasar sumur ini terlalu kuat, turun sembarangan bisa sangat berbahaya bagi tubuh.”
"Master Qingfeng mulai menggunakan Benang Modao untuk membentuk diagram Bagua di sekitar mulut sumur," sambil menancapkan dua tulang paha ayam jago di tengah, lalu menuangkan darah anjing hitam ke delapan mata formasi.
Setelah semuanya siap, Master Qingfeng berdiri di pusat formasi sambil merapal mantra: "Nyawa berasal dari langit, diagram Bagua, menjaga Yin-Yang, asal mula kehidupan menjadi jelas, fokuskan semangat untuk membuka jalan..." Setelah selesai, ia menyalakan lilin dupa tebal dan menancapkannya di kaki.
"Sudah, ayo turun." Master Qingfeng meluncur ke bawah menggunakan tali terlebih dahulu, langkahnya elegan seperti berjalan di taman, menunjukkan aura ahli spiritual sejati.
"Goblog! Menginjak kulit pisang! Siapa dasar yang tega buang sampah sembarangan di sumur? Tidak punya hati nurani?!!" Saat aku melihat ke bawah, Master Qingfeng sudah terjatuh dari tali ke dasar sumur.
Tapi dasar sumur dan dindingnya bersih sekali, sama sekali tidak ada sampah...
Saat aku turun ke bawah, hal pertama yang kurasakan adalah hawa dingin—setidaknya 5°C lebih rendah dari luar—dan bau lembap busuk yang menyengat.
Master Qingfeng melihatku turun, lalu menempelkan "Fu Pengusir Hantu Zichen Wujia" di tali. Aku paham maksudnya - mencegah makhluk tak bersih di dasar sumur memutus tali saat kami pergi. Jika sampai terperangkap di sini, benar-benar masalah besar.
Di dasar sumur, kulihat sebuah lorong gelap di depan. Asap hitam mistis yang menyelimuti sumur ternyata berasal dari sana.
Master Qingfeng juga melihat lorong itu. Ia menempelkan Fu Yang di tubuhku dan dirinya sendiri, lalu berkata "Hati-hati" sambil menyalakan senter. Ia memimpin jalan menuju lorong tersebut...
