Aku masih ingin berdebat dengan Master Qingfeng, tapi tiba-tiba dari peti mati di lubang air terdengar suara "Duk!" yang keras.
Suara itu bergema jelas di tempat yang sempit ini.
Master Qingfeng langsung mengarahkan senternya ke peti mati. Ratusan lintah penghisap darah masih menempel di permukaan, namun peti mati itu tampak normal saja.
“Peti mati kayu yin?” Saat ini An Rushuang juga melihat ke arah peti mati yang berada di dalam kubangan air itu, langsung mengenali materialnya sekilas.
Master Qingfeng yang mendengar kata "kayu yin" langsung menatap An Rushuang dengan wajah terkejut dan bertanya: "Rushuang, kamu yakin peti mati itu terbuat dari kayu yin?" Dari perubahan panggilan Master Qingfeng yang tiba-tiba terhadap An Rushuang, aku menyimpulkan sepertinya dia mengakui istri hantuku ini.
An Rushuang mengangguk, berkata dengan penuh keyakinan: "Ya, pasti tidak salah. Lumpur tak menggerogoti tulang yang kokoh, masuk balairung bersinar terang. Kayu sehitam arang, warna yang unik, mengkilap saat basah, berbeda dari kayu biasa. Pantulan cahaya senter kalian di permukaan peti mati itu, selain kayu yin kualitas terbaik, tak mungkin ada kayu lain yang bisa seperti ini."
"Kayu yin, apa itu kayu yin?" tanyaku.
"Yang disebut kayu yin, juga disebut shayin, sebenarnya sudah melampaui kategori kayu biasa. Langka dan tidak bisa diperbarui, negara mengklasifikasikannya sebagai 'harta nasional'. Teksturnya berminyak, tahan lembab, beraroma wangi, tak lapuk selama ribuan tahun, anti rayap, terbentuk secara alami." Master Qingfeng menjelaskan padaku.
"Hanya saja..." An Rushuang terus menatap peti mati itu, separuh kalimat tertelan kembali.
"Hanya saja apa?" tanyaku. Kini aku merasa peti mati di ujung rantai besi semakin ringan, hampir tak perlu tenaga untuk menahannya.
“Hanya saja kayu chenmu ini dari zaman kuno hingga sekarang sangat langka, meskipun ada yang menggunakannya untuk peti mati, pasti bukan orang biasa yang bisa memakainya.” An Rushuang berkata.
“Lalu bagaimana dengan orang kaya?” Aku melanjutkan pertanyaan.
Saat itu Master Qingfeng menggelengkan tangan padaku:
“Lebih baik memiliki satu potong kayu hitam daripada peti emas penuh. Benda ini tidak bisa dibeli dengan uang. Sejak zaman kuno, berapa banyak kaisar dan pejabat yang ingin menggunakan kayu chenmu sebagai peti mati setelah mati? Tapi berapa yang benar-benar bisa mendapatkannya? Yuan Shikai, pencuri negara di era Republik Tiongkok, yang melawan arus sejarah, 'mimpi kaisar'-nya tidak bertahan lama sebelum ia mati. Untuk menunjukkan status kekaisarannya, keluarganya bersusah payah menghabiskan harta benda mencari kayu chenmu, akhirnya hanya bisa menyusun setengah peti mati chenmu, menjadi bahan tertawaan sejarah. Tapi ini juga menunjukkan betapa langkanya kayu chenmu.”
“Sekarang aku semakin penasaran, siapakah yang dimakamkan dalam peti mati chenmu ini? Bahkan kaisar pun belum tentu bisa mendapatkannya, tapi peti chenmu ini malah muncul di lubang air bawah sumur ini. Ini sungguh mengejutkan!”
“Shifu, kenapa aku merasa peti mati ini semakin ringan?” Aku bertanya pada Master Qingfeng. Begitu pertanyaan keluar, aku langsung tersadar, jantung berdebar kencang. Peti mati yang semakin ringan... mungkinkah... mungkinkah mayat di dalamnya sudah keluar?!
Mendengar perkataanku, Master Qingfeng juga tampak curiga. Ia langsung berjalan ke arahku sambil membawa senter.
Tapi baru beberapa langkah dia berjalan, senter di tangannya tiba-tiba berkedip beberapa kali lalu padam seketika! Sekeliling langsung gelap gulita.
"Sial! Senter apa ini kualitasnya! Merek Sanlu ya?!" Master Qingfeng mengeluh sambil memukul-mukul senter di tangannya, tapi tetap tidak menyala.
Manusia akan merasa takut dalam kegelapan ekstrem, apalagi di depan kita ada peti mati berisi mayat yang terkubur dalam genangan air.
"Jangan panik, aku bisa melihat. Peti mati itu tidak ada keanehan." Suara An Rushuang terdengar, membuat hatiku sedikit tenang. Rasa panik pun berkurang drastis.
"Krak!" Suara ringan terdengar, cahaya menyala dari arah Master Qingfeng. Kini dia telah menyalakan korek api di tangannya. Meski nyalanya kecil, sekeliling jadi cukup terang.
"Senter rusak ini, gagal di saat genting!" Gerutu Master Qingfeng sambil perlahan mendekatiku dengan korek api di tangan.
"Kamu bilang peti mati ini jadi ringan?" Master Qingfeng bertanya padaku setelah sampai di depanku.
"Shifu... nyala api korek api di tanganmu kenapa berubah warna?!" Tiba-tiba kulihat nyala kuning pada korek api Master Qingfeng berubah menjadi hijau terang, persis seperti api hantu yang sering muncul di sekitar kuburan malam hari.
Cahaya hijau itu menyinari wajah Master Qingfeng, membuat kulitnya tampak hitam kehijauan. Ditambah penampilannya yang memang agak janggal, saat ini dia terlihat lebih mirip hantu daripada hantu asli.
Master Qingfeng juga melihat kobaran api korek di tangannya tiba-tiba berubah warna. Alisnya berkerut sesaat, kemudian dengan cepat mengeluarkan selembar kertas jimat dari tubuhnya dan menekannya ke kobaran api korek tersebut.
Keanehan terjadi tepat pada saat ini, Kertas jimat yang diletakkan di atas kobaran api hijau kehijauan itu ternyata tidak bisa menyala!
"Sepertinya ada hantu yin di dalam sini." Master Qingfeng mengangkat kertas jimat dari api, lalu berkata sambil memandang sekeliling padaku.
"Aku juga ikut merasakannya." Saat ini An Rushuang pun mulai mendekati kami.
"Shifu, harus bagaimana ini? Apa kita mundur atau lawan?" Aku meminta pendapat Master Qingfeng.
Master Qingfeng malah menggelengkan kepala padaku:
"Jangan buru-buru. Aku akan menguji apakah hantu yin itu benar-benar orang dalam peti mati." Sambil berkata demikian, Master Qingfeng segera mengeluarkan lilin pendek dari tas ranselnya dan menyalakannya di tanah.
Setelah lilin dinyalakan, Master Qingfeng kembali mengeluarkan empat batang dupa berwarna hitam pekat dari tubuhnya. Setelah menyalakannya, ia menancapkan dupa tersebut di celah-celah batu bata di sebelah lilin itu, lalu memandangi keempat batang dupa itu dengan tenang.
Seiring detik demi detik berlalu, asap yang mengepul dari keempat dupa itu perlahan berubah warna! Dari awalnya putih bersih, berangsur-angsur berubah menjadi asap kehijauan.
Setelah melihat pemandangan ini, Master Qingfeng bukannya kaget malah tersenyum lega. Beliau berdiri dan berkata padaku serta An Rushuang: "Tidak apa-apa, tadi hanya roh penasaran dari sekitar yang bersembunyi di sini, bukan arwah pemilik peti mati itu." Begitu kata Master Qingfeng selesai, senter tiba-tiba berkedip sendiri lalu menyala lagi, mungkin roh itu sudah pergi.
"Dung!" Tepat saat senter di tangan Master Qingfeng menyala kembali, suara gemuruh terdengar lagi dari peti mati di bawah lubang air, menarik perhatianku, Master Qingfeng, dan An Rushuang secara bersamaan.
Di bawah sorotan lampu senter, kami menatap peti mati kayu hitam itu lama-lama, tapi suara aneh tadi tidak terdengar lagi.
"Shifu, jangan-jangan di dalam peti itu ada zombie?" tanyaku pada Master Qingfeng dengan suara gemetar. Saat ini persediaan kami sudah habis - darah anjing hitam, tulang ayam jago, sinabar, tanah atap - semuanya sudah dipakai. Kalau benar-benar ada mumia zombie yang muncul, kami pasti akan kerepotan.
"Mari kita angkat dulu dan lihat!" ujar Master Qingfeng sambil mendekat. Kami berdua mulai menarik rantai besi itu, perlahan mengangkat peti mati kayu hitam dari dasar lubang air.
Kebetulan, tepat saat peti mati kayu hitam itu berhasil kami angkat, suara aneh tiba-tiba muncul lagi dari dalam lubang air.
“Hati-hati!!” Bersamaan dengan suara An Rushuang, suara gemeretak terdengar dari bawah lubang air. Seekor binatang hitam besar berbentuk ular tiba-tiba meluncur keluar dari lubang itu dan menerjang ke arah kami!
Melihat itu, aku bahkan tidak sempat panik, langsung berbalik dan lari. Jika sampai ditubruk makhluk besar itu, hampir pasti nyawa melayang.
"Brak!" Suara keras menggema. Makhluk itu jatuh menimpa tanah. Kulihat ke belakang - seekor lintah raksasa seukuran mangkuk keramik dengan panjang empat hingga lima meter telah muncul dari lubang air. Tubuhnya yang hitam mengkilap menggeliat-geliat di tanah sementara kepala kecilnya terus bergoyang.
“Goblog, sebesar ini? Pasti sudah jadi siluman!” Aku gemetar ketakutan melihat lintah raksasa ini. Jika sampai mulut besarnya menghisapku, dipastikan aku akan segera berubah menjadi mumi.
“Shisan, mundur lebih jauh!” Dari seberang, Master Qingfeng berteriak memperingatkanku.
Mendengar itu, aku segera mundur beberapa langkah untuk menjaga jarak dengan lintah itu. Saat aku mundur, makhluk itu tiba-tiba menoleh ke arah Master Qingfeng. Tapi si tua licik itu malah menunjuk ke arahku sambil berteriak:
“Lihat di belakangmu! Lihat dia! Dia memiliki tubuh suci Tao bawaan. Menghisap darahnya setara dengan seratus orang sepertiku!”
"Lintah siluman itu sepertinya benar-benar mengerti perkataan Master Qingfeng, langsung menoleh ke arahku. Sepasang mata kecilnya yang tajam menatapku dengan sengit, lalu tubuhnya berkelok-kelok mendekatiku!"
"Dasar tua tak tahu malu! Kalau hari ini aku meninggal, siapa yang akan mengurus pemakamanmu nanti?!" Aku mengumpat keras sebelum berlari sekencang-kencangnya.
