“Kehidupan manusia terdiri dari dua energi: Yin dan Yang. Yang disebut 'Yang mengubah Qi, Yin membentuk wujud' - energi Yang bersifat tak kasat mata sedangkan Yin sebaliknya. Contohnya, pikiranmu yang tajam dan gerakanmu yang gesit adalah manifestasi energi Yang yang cukup. Yin mengacu pada tubuh, tulang, daging, darah, dan kulit. Analoginya, seperti mayat yang organnya masih utuh tapi semua tanda kehidupan hilang - ini karena energi Yang sudah lenyap. Inilah prinsip 'Yang mengubah Qi, Yin membentuk wujud'. Yang tak terlihat, Yin bisa dilihat dan diraba.” Master Gui terus menjelaskan sambil mendekatiku.
Setiap katanya kukunci kuat dalam ingatan. Saat ini yang bisa kulakukan hanyalah mendengar dengan seksama, belajar sungguh-sungguh, lalu berusaha mati-matian. Kalimat An Rushuang terus bergema dalam benakku:
“Seorang pria tidak takut mati-matian, yang ditakutkan adalah kesia-siaan...”
“Konsep Yin-Yang sudah kujelaskan. Sekarang waktumu belajar merasakan keberadaan energi Yang dalam dirimu.” Master Gui lalu duduk bersila di hadapanku.
Melihat itu, aku segera menirunya duduk bersila.
“Kami para daoshi bermeditasi berbeda dengan biksu. Postur duduk harus tegak dan alami, kepala menghadap ke depan, dagu sedikit ditarik, mata setengah terpejam, bibir sedikit merapat, gigi tidak mengatup; dada depan tidak mengembang, punggung belakang sedikit membulat, kedua tangan disilangkan di paha, perut atas masuk ke dalam, pantat menonjol ke belakang; kedua lutut tidak rapat, posisi kaki terpisah. Dada tegap dan perut ditarik, bahu sejajar vertikal dengan pinggul.” Master Gui menatapku sambil berkata.
Setelah aku menyelesaikan sesuai petunjuk Master Gui, ia melanjutkan: “Untuk merasakan keberadaan energi Yang, pertama harus belajar pernapasan. Seluruh tubuh rileks dan tenang, pikiran fokus tanpa gangguan. Pertama buka mulut, hembuskan perlahan udara kotor dari dalam tubuh, lalu hirup udara murni melalui hidung, telan dengan kesadaran menuju Dantian bawah, tarik napas sampai penuh. Kemudian rapatkan bibir, gigi bertemu, lidah menekan langit-langit, penglihatan dan pendengaran dipusatkan ke dalam, tarik dan hembuskan napas melalui hidung. Setiap tarikan dan embusan napas harus berasal dari Dantian. Shisan, sekarang kau harus mencapai kondisi dimana hati memimpin energi, dan energi mengikuti hati. Saat menarik napas, arahkan energi ke Dantian dengan kesadaran, saat menghembuskan, keluarkan energi melampaui jasad melalui kesadaran. Ini disebut keselarasan antara hati dan napas.” Master Gui berdiri dari lantai dan mulai berjalan mengitariku.
Sebelumnya saat berlatih Teknik Pemurnian Diri, meski bisa merasakan keberadaan Dantian, namun untuk menurunkan setiap tarikan napas ke dalam Dantian – saat ini aku benar-benar belum mampu...
“Sekarang kamu jangan terburu-buru, kegesaan akan membuat kacau. Pada awalnya, nafas setiap orang tidak bisa langsung mencapai Dantian. Di tengah dada manusia sebenarnya ada saluran yang menghubungkan paru-paru di atas dengan Dantian di bawah, ini adalah saluran imajiner yang tercipta dari kekosongan. Jadi saat mengatur nafas, jangan paksakan tekanan nafas, juga jangan tahan nafas. Jangan memaksa, jangan dipaksakan. Asalkan tidak sakit turunkan sedikit, kalau sesak naikkan sedikit. Lama-kelamaan akan perlahan terbuka, ikuti perlahan perasaan tubuhmu sendiri.” Master Gui melihat aku benar-benar tidak tahu cara menurunkan nafas ke Dantian, lalu mulai terus menerus menjelaskan di sampingku.
Dengan terus mencoba dan bimbingan Master Gui yang tak henti, setelah setengah jam aku mulai bisa perlahan menurunkan nafas ke Dantian.
Master Gui yang terus mengamatiku segera berkata: "Baik, teknik pernafasan dasar sudah kamu kuasai. Sekarang lanjutkan dengan merasakan energi Yang dalam tubuhmu. Tubuh manusia bagaikan alam semesta mini, jantung adalah langit, ginjal adalah bumi. Dengan mengatur nafas, sifat hati akan perlahan tenang dan menyatu dengan energi ginjal. Setelah lama berlatih, ini akan menjadi alami. Bahkan tanpa disengaja, nafas akan terkumpul di Dantian seolah ada daya tarik tak kasat mata - itulah energi Yang! Apa kamu merasakannya?"
"Belum..." Jawabku jujur.
"Tidak merasakannya itu wajar! Kira kamu jenius?! Lanjutkan latihan!" Master Gui membentakku.
“Setelah mendengar perkataan Master Gui, aku mulai memusatkan seluruh konsentrasi dan mulai melakukan sesuai yang dia ajarkan dengan serius. Setiap kali bernapas dan mengeluarkan napas, aku menurunkan udara yang dihirup ke Dantian, namun tetap tidak merasakan munculnya kekuatan tak kasat mata.”
“Meski gagal setiap kali, aku tidak putus asa. Menyatukan tubuh dan pikiran, membersihkan hati dari gangguan, memasuki keadaan meditasi, terus berlatih tanpa henti satu demi satu...”
……
“Shixiong, berhenti dulu latihannya, waktunya makan.” Suara pria gemuk itu terdengar.
“Mendengar suaranya, aku segera membuka mata. Baru kusadari langit mulai gelap, ternyata sekarang sudah sore hari!!”
“Tadi aku ternyata duduk di platform latihan seharian penuh untuk bertapa?! Waktu berlalu tanpa terasa begitu cepat!”
“Shixiong, ini karena latihan berlebihan atau terkena gangguan energi jahat?! Diam saja ngapain?! Makan!!” Pria gemuk itu mendekatiku sambil berteriak melihatku masih duduk di tempat.
“Oh, datang, datang.” Kataku sambil bangkit dari platform latihan. Awalnya kukira kakiku akan pegal atau mati rasa, tapi yang mengejutkan, setelah duduk bersila seharian tanpa bergerak, seluruh tubuhku hanya merasa lelah tanpa sedikitpun rasa pegal atau kebas...
“Saat kembali ke dapur bersama pria gemuk itu, baru kuketahui dari mulutnya bahwa Shifu Qingfeng dan Master Gui sudah pergi urusan bisnis sejak siang. Malam ini hanya kami berdua yang makan.”
"Setelah makan malam, membereskan meja dan piring, aku berkata pada pria gemuk: 'Hei gemuk, kamu tertarik ikut latihan ilmu Tao bersamaku nggak?'"
"Shixiong, udahlah deh! Lebih baik bunuh aja gue daripada disuruh duduk kayak batu seharian. Pergi sendiri aja lo." Pria gemuk langsung geleng-geleng kepala sambil mengibaskan tangan mendengar perkataanku.
"Baiklah, aku yang pergi sendiri." Kataku sambil bersiap ke halaman belakang untuk berlatih, terus mencari dan merasakan keberadaan energi Yang.
Pria gemuk buru-buru menahanku: "Shixiong, lo beneran kerasukan ya? Udah latihan seharian, malemnya nggak istirahat juga?"
Aku menggeleng:
"Aku ingin secepatnya jadi kuat..."
Langkahku melangkah keluar dapur menuju platform latihan di belakang Kuil Tao. Aku mulai bersila, mengatur napas untuk mencari energi Yang dalam diri.
Baru mulai latihan, aku langsung masuk kondisi meditasi. Awalnya masih dengar derik serangga dan desau angin, tapi perlahan rasanya diri ini menyatu dengan alam semesta. Seluruh tubuh hanya merasakan tarikan dan embusan napas.
Setiap tarikan napas kukendalikan ke Dantian, setiap embusan keluar dari hidung. Perkataan Master Gui terus bergema dalam benak:
"Tubuh manusia bagai mikrokosmos. Jantung adalah langit, ginjal bumi. Dengan latihan napas, sifat hati pelan-pelan tunduk, bersatu dengan energi ginjal. Lama-kelamaan jadi alamiah. Meski tak dikendalikan, napas otomatis berkumpul di Dantian - tarikan tak kasat mata itulah energi Yang!"
……
Ta...tak kasat mata! Aku merasakannya!!
Tiba-tiba dalam satu tarikan napas, setelah udara itu tenggelam ke Dantian, langsung disedot oleh kekuatan tak kasat mata. Dan kekuatan tak kasat mata ini, jika tidak salah, itu adalah energi Yang!!
Akhirnya aku bisa merasakan keberadaan energi Yang dalam diriku sendiri.
Hatiku dipenuhi sukacita, aku langsung melompat dari podium latihan. Kebahagiaan saat ini tidak kalah dengan kegembiraanku saat kedua kali makan permen susu Dai Bai Tu. Akhirnya berhasil.
"Shisan, kamu senang sekali. Apa kamu sudah merasakan letak energi Yang?" Saat itu, suara An Rushuang tiba-tiba terdengar dari belakangku.
Mendengar suaranya, aku menoleh dan melihatnya sedang duduk di batu di belakangku tanpa kusadari. Tangannya memainkan sebatang rumput ekor anjing, matanya menatapku dengan tenang.
"Rushuang, sejak kapan kamu keluar?" tanyaku pada An Rushuang.
"Coba tebak..." An Rushuang tersenyum nakal padaku.
"Jangan-jangan kamu menemani aku di sini semalaman?" Aku tidak tahu berapa lama sebelumnya aku bermeditasi, tapi dilihat dari siang hari, pasti sudah beberapa jam.
An Rushuang malah menghindari pertanyaanku. Matanya memancarkan ekspresi aneh saat bertanya: "Shisan, aku terus berpikir... Kalau nanti kamu benar-benar menjadi ahli Tao sehebat Tiga Zhenren Aliran Longhu, bahkan lebih hebat dari mereka... Akankah... akankah kamu melupakanku?"
