Untungnya sejak Giok milik An Rushuang mulai memanas, perhatianku sudah sepenuhnya tertuju pada wanita itu. Begitu melihat serangan mendadaknya, kakiku menjejak tanah kuat-kuat. Tubuhku melompat ke samping, berguling di tempat, lalu langsung bangkit berdiri.
"Czzt! Czzt! Czzt!..." Daun-daun itu melesat kosong. Di tempat mereka jatuh, debu tebal beterbangan - daun lembut itu ternyata mampu menghujam tanah dengan kekuatan dahsyat!
Melihat ini dari sudut mataku, aku tak bisa menahan decak kagum. Sungguh hebat kemampuan wanita ini! Cuma dengan beberapa helai daun biasa, bisa sebegitu kuatnya?!
“Hmph, aku benar-benar tidak menyadari, gerakan tubuhmu cukup cepat, masih bisa menghindar!” Wanita itu menatapku sambil tersenyum.
“Kamu sebenarnya siapa? Ada urusan apa mencariku?” Aku bertanya sambil menatap wanita itu.
Tak disangka dia malah tersenyum manis padaku, “Apa tidak boleh mencarimu meski tanpa urusan? Zuo Shisan.”
Dia bahkan tahu namaku! Siapakah sebenarnya wanita di hadapanku ini?! Urusan apa yang dia bawa? Saat ini keraguan mulai bermunculan dalam benakku.
“Kamu ini siapa sebenarnya?” Aku menatapnya dan mengulangi pertanyaanku.
“Kamu ingin tahu... tapi aku sengaja tidak akan memberitahumu.” Dia berpura-pura bersikap kekanak-kanakan sambil menatapku.
Sudahlah, jika dia tidak mau bicara, aku pun tidak akan memaksa. Sekalipun dia bercerita sekarang, tetap saja aku tidak bisa mempercayainya.
“Kalau memang tidak ada urusan, aku masih ada pekerjaan. Duluan ya.” Karena terbatasnya waktu, aku tidak ingin berlama-lama dengan wanita asing yang misterius ini.
Mendengar ucapanku, bibir merahnya sedikit terangkat, menampakkan senyum aneh. Dia meletakkan tas ranselnya di tanah, jari-jari rampingnya yang seperti tunas bambu perlahan terangkat. Tiba-tiba tubuhnya berputar, lalu mulai menari dengan gerakan yang gemulai seperti tarian.
"Saat wanita itu terus menari dan memutar tubuhnya di dalam hutan lebat ini, dedaunan di tanah pun mulai beterbangan mengikuti gerakannya. Lincah, anggun, mempesona. Bentuk tubuh wanita itu yang luar biasa indah bergerak luwes bagai ular lentur, sementara dedaunan yang beterbangan di udara ibarat dewi bidadari yang setiap langkahnya menumbuhkan bunga teratai. Aku terpana menyaksikannya, pikiran ini kosong dari segala pikiran lain, hanya tersisa siluet wanita yang sedang menari di depan mata..."
Namun tepat di saat itu, giok yang menggantung di leherku tiba-tiba memanas. Seketika itu pula, rohku yang hampir terlepas ditarik kembali ke tubuh.
"Glek..." Aku menelan ludah sambil memandangi wanita memikat itu. Telapak tangan ku geser perlahan ke paha, lalu mencubit keras-keras. Rasa sakit itu segera menyadarkanku.
Barusan aku terkena ilmu pelet yang dikeluarkan wanita itu! Begitu tersadar, aku segera mengeluarkan Pisau Naga Lilin dan Burung Feniks dari tas ransel, memusatkan seluruh energi pada kedua mata, lalu menatap tajam ke arahnya. Aku ingin menggunakan Yin Yang Yan ini untuk melihat apakah dia manusia atau siluman.
Tapi saat kuperhatikan, tak kudapati sedikit pun aura kejahatan pada tubuhnya. Malah ada kabut putih tipis yang mengelilinginya - itu energi Yang. Ternyata dia manusia.
“Hehe, bocah kecil, kau memang punya keahlian, bisa lolos dari bujuk rayuku. Orang yang dipilih Master Gui memang bukan sembarangan.” Wanita itu tersenyum padaku.
“Kau kenal Master Gui?” Tanyaku penasaran.
“Lebih dari sekadar kenal. Tahukah kau siapa aku?” Senyumnya masih mengembang, lesung pipi tipis terlihat di wajah pucatnya.
“Kalau tahu, takkan kutatanya tadi.” Jawabku kesal.
“Dengarlah, namaku Qiu Shasha. Tanyakan pada gurumu Qingfeng tentangku. Sekarang ada urusan, lain kali akan kukunjungi lagi Zuo Shisan... Sebelum pergi, pesanku: Pria harus teguh memilih jalan, meski jauh...” Setelah berkata demikian, tubuhnya melesat dengan lompatan 7-8 meter per gerakan - lebih cepat dari Master Lu maupun Master Gui - sebelum menghilang di Hutan Lebat.
Siapakah wanita ini? Mengapa memberi pesan itu? Bagaimana di usia muda sudah memiliki level kemampuan spiritual mengerikan? Kini makin banyak orang misterius dengan kemampuan tinggi di sekitarku.
Sudahlah, yang penting segera kembali sebelum melewati batas waktu perjanjian dengan Master Gui.
“Memikirkan hal itu, aku segera berlari kencang menuju jalan yang tadi kulewati.”
Sepanjang perjalanan aku tak berani berhenti, melaju dengan kecepatan maksimum menuju Kuil Qingzhu. Beruntung tidak ada kejadian aneh lagi. Saat tiba, Master Qingfeng dan Master Gui sedang bermain catur di halaman, sementara pria gemuk sibuk menyajikan teh. Huzi berjongkok di bawah meja batu sambil terus menggigit-gigit ekornya.
“Master Gui, aku kembali.” Teriakku sambil terengah-engah.
Master Gui bahkan tak melirik jam, hanya mengangguk halus: “Berdiri terbalik di tembok, latih energi Yang dengan teknik Tunaxi.”
Sebelum sempat menanyakan tentang wanita bernama Qiu Shasha, tugas baru sudah datang. Kupendam dulu urusan Qiu Shasha dan mendekati tembok.
Tapi dalam hati, aku yakin Master Gui pasti tahu wanita itu menungguku di jalan pulang.
Baru saja berdiri terbalik di tembok, suara pria gemuk sudah terdengar:
“Shifu, langkah caturnya salah! Harusnya kuda loncat untuk skak Master Gui!”
“Shifu, lihat nih, langkah ini salah lagi. Harusnya gerakkan mobil (juru) untuk lindungi jenderal.”
“Shifu, awas meriammu.”
“Shifu...”
“Diam kau! Orang bijak tidak komentar saat orang main catur!!” Master Qingfeng mengaum tak tahan dengan celotehnya.
“Pria gemuk itu hanya bisa mengangkat bahu dengan canggung, lalu pergi mencari Huzi untuk bermain.”
“Melihat penampilan pria gemuk itu, aku tersenyum, kemudian memejamkan mata perlahan dan mulai berlatih teknik pernapasan dengan tenang.”
“Seiring setiap latihan, kurasakan ada hawa panas di dantian. Semakin sering berlatih, semakin panas rasanya. Darah di seluruh tubuh mulai mengalir deras, dan ketidaknyamanan akibat lama berdiri terbalik perlahan menghilang...”
“Apakah ini efek dari melatih energi Yang tubuh sendiri sehingga energinya bertambah?”
“Sambil berpikir, aku terus berlatih dengan pikiran yang fokus...”
“Waktu berlalu tanpa terasa. Ketika pria gemuk itu memanggilku dari dinding, langit sudah mulai remang-remang. Hari ini pun berlalu dalam latihan.”
“Setelah makan malam bersama pria gemuk, Master Qingfeng, dan Master Gui, selesai membereskan semuanya, pertama-tama aku merebus air untuk mandi, lalu mulai latihan fisik hari ini.”
“Entah kenapa pria gemuk itu hari ini. Setelah aku kembali dari lari jarak jauh, dia malah ikut melakukan push-up di halaman. Tapi baru puluhan kali, dia sudah kelelahan duduk sambil terengah-engah.”
“Aku... Aku bilang Shixiong, Benar-benar kagum padamu. Siang sudah latihan seharian, malam masih semangat begini.” Pria gemuk itu menatapku.
“Kurangilah nonton 'Suara Alam', lebih banyak latihan, nanti juga bisa sepertiku.” Aku menatap pria gemuk itu.
"Sudahlah, hidupmu seperti biksu saja. Sudah tak punya nafsu duniawi, cuma tahu latihan terus. Bahkan makan dan istirahat dihitung waktunya. Aku lihat kamu hampir gila kesurupan. Kalau sudah punya istri, siapa yang tahan dengan kebiasaanmu latihan ilmu Tao setiap hari?" Pria gemuk itu berkata padaku sambil menyalakan sebatang rokok.
Aku yang sedang push-up di tanah langsung membeku mendengar ucapan itu. Tiba-tiba teringat tulisan An Rushuang di podium latihan: "Manusia terlupa dalam ilmu Tao, ikan terlupa di sungai dan danau." Akhirnya aku paham makna tersirat dari kalimat An Rushuang.
Mungkin dia takut suatu hari nanti aku hanya fokus pada latihan ilmu Tao dan melupakannya, karena itu dia mengatakan hal tersebut.
Memikirkan ini, aku buru-buru bangkit dari tanah dan berlari ke podium latihan di halaman belakang.
