"Pak Yan mengatakan bahwa saat tidur malam, di ruang tamu lantai bawah selalu terdengar suara orang berjalan bolak-balik. Tapi ketika lampu dinyalakan dan diperiksa, ruang tamu kosong dan sunyi seketika. Selain itu, setiap pagi ketika bangun, lampu dan TV di ruang tamu selalu menyala sendiri padahal jelas-jelas sudah dimatikan sebelum tidur. San Ge, menurutmu kalau bukan hantu, apa lagi yang bisa terjadi di villa Pak Yan itu?" kata Leizi dengan suara rendah.
"Begitu rupanya. Tapi belum tentu itu hantu, mungkin ada yang sengaja menakut-nakutinya?" kataku sambil menatap Leizi.
Mendengar perkataanku, Leizi terlihat jelas tidak percaya:
"San Ge, masa sih? Aku sudah tanya Pak Yan, semua pintu dan jendela terkunci rapat saat dia tidur."
"Ada anggota keluarga lain di rumah itu?" tanyaku.
"Hanya Pak Yan, putrinya yang baru masuk SMA, dan seorang asisten rumah tangga," jawab Leizi.
"Sekarang berteori di sini percuma. Semuanya harus dilihat langsung di villa. Ayo, kau yang memimpin jalan. Mari kita periksa." Sambil berbicara dengan Leizi, aku memberi isyarat pada pria gemuk di sebelah. Keempat kami segera bergegas menuju villa bos properti bernama Yan itu.
Sepanjang perjalanan, melihat wanita muda yang terus berusaha akrab denganku, rasa jijikku padanya semakin bertambah. Seorang perempuan yang punya toko antik, bukannya menjaga tokonya malah keluyuran dan bergaul dengan bos-bos kaya, perempuan macam apa ini?
Selama di perjalanan, aku sengaja menghindari wanita muda itu. Saat tiba di villa Pak Yan, beliau langsung menyambut kami dengan ramah dari kejauhan.
"Bisa ditunjukkan mana Shifu Zuo?" tanya Pak Yan sopan sambil menatapku dan pria gemuk.
"Saya." Aku melangkah maju.
"Shifu Zuo, salam kenal. Maaf tidak bisa menyambut langsung, kondisi kesehatan saya sedang tidak baik..." Pak Yan mengulurkan tangan kanannya dengan penuh tata krama.
Dengan berlagak misterius, kuanggukkan kepala perlahan sebelum menjabat tangannya sebentar lalu segera menarik kembali tangan.
"Silakan masuk, mari masuk." Pak Yan mengajak kami masuk ke villanya.
Di ruang tengah villa, setelah duduk sesuai posisi tamu-tuan rumah, pembantu menyuguhkan teh. Obrolan santai berlangsung tanpa menyentuh inti persoalan. Tak lama kemudian, terlihat seorang pria paruh baya bertubuh kerempeng turun dari lantai dua sambil memegang kompas hitam.
Begitu melihatnya, Direktur Yan segera berdiri menyambut dengan senyum lebar, "Tuan Huang, bagaimana hasil pemeriksaannya?" Sikap dan nada bicaranya menunjukkan rasa hormat yang luar biasa. Melihat ini, hatiku berdesir. Jangan-jangan direktur ini telah memanggil orang sakti?
Aku memusatkan perhatian pada Tuan Huang. Meski ada energi Yang putih di tubuhnya, tapi jelas tidak mencukupi. Keseimbangan Yin-Yangnya sudah terganggu. Hatiku mulai bingung, bagaimana mungkin orang yang bahkan tidak bisa menyeimbangkan energi sendiri disebut orang sakti?
Tapi kalau soal penampilan dan akting, aku dan si Gemuk jelas kalah dari Tuan Huang ini. Dia jauh lebih pandai berpura-pura dan bersikap dingin...
Ah! Zaman sekarang cari uang susah payah! Lihat fenomena aneh, tangkap hantu saja persaingannya ketat begini. Akting mereka semua dasar hampir menyamai bintang Hollywood!
Tapi semua ini kusimpan dalam hati. Lebih baik tidak berkomentar agar tidak menimbulkan masalah.
Namun saat pria bermarga Huang itu turun tangga, matanya melirik ke arahku dan si Gemuk. Dengan nada datar ia bertanya pada Direktur Yan, "Dua itu...?"
"Oh, mereka adalah Taoist Maoshan yang saya undang." Jawaban Direktur Yan pada Tuan Huang terdengar canggung.
"Oh? Apakah Tuan Yan tidak mempercayaiku, Huang Jielin?" Huang Jielin menatap tajam sang direktur.
“Bukan begitu, Tuan Huang. Bukankah Anda sendiri yang bilang, tidak hanya ada tata letak feng shui yang dipasang di rumah saya, tapi juga ada makhluk halus di villa ini? Saya 100% percaya dengan keahlian Tuan dalam feng shui. Tapi menangkap makhluk halus itu kan spesialisasi Sekte Mao Shan? Jadi saya ambil inisiatif mengundang dua Taoist Maoshan untuk membantu.” Direktur Yan menjelaskan dengan sabar pada Huang Jielin.
Pria gemuk yang duduk di sampingku tiba-tiba berdiri, menatap ahli feng shui bernama Huang Jielin sambil bertanya pada Direktur Yan: “Direktur Yan, orang itu ngapain sih?”
Mendengar pertanyaan itu, aku geleng-geleng kepala sambil tersenyum. Ini balas dendam ala dirinya. Seperti biasa, dia tidak mau rugi dalam urusan mulut. Kesal juga dibuatnya, diperlakukan seperti barang yang bisa diinterogasi seenaknya.
Wajah Direktur Yan berubah sejenak mendengar pertanyaan itu, lalu segera tersenyum: “Ini Tuan Huang Jielin, ahli feng shui nomor satu di Shandong!”
Pria gemuk itu menghela napas, tak berkata sepatah pun. Dia kembali duduk dan asyik menyeruput tehnya.
Huang Jielin yang diacuhkan begitu rupa tampak kesal. Dia mengelak dari Direktur Yan, mendekati sofa tempat kami duduk, lalu duduk berseberangan dengan kami.
“Kalau boleh tahu, dari aliran mana kedua daoshi muda ini? Siapa guru kalian?”
"Belum sempat aku bicara, si pria gemuk sudah mendahuluiku dengan membual: "Berguru dari Sekte Naga Harimau Maoshan, muris langsung dari pemimpin sekte Longhu Zong."
Tak disangka, master feng shui bernama Huang Jielin itu setelah mendengar ucapan si gemuk, terdiam beberapa detik lalu mulai tertawa terbahak-bahak:
"Haha... Menurutku kalian berdua muda-mudi ini, makan boleh sembarangan tapi bicara jangan ngawur! Longhu Zong itu tempat apa? Ucapan kalian ini keterlaluan sekali!"
"Apa yang keterlaluan? Kalau Tuan Huang kenal orang Longhu Zong, silakan tanya saja." Kataku sambil tersenyum pada Huang Jielin.
Mendengar ucapanku, Huang Jielin memandang ke arahku lalu berkata: "Masalah asal-usul kalian berdua apakah benar dari Longhu Zong atau tidak, kita kesampingkan dulu. Tapi kabarnya para daoshi Sekte Maoshan selain ahli pengusiran hantu dan penaklukan siluman, juga menguasai ilmu fisiognomi, ramalan nasib, dan feng shui. Kalau kalian mengaku dari Longhu Zong, berani saya tanya tentang feng shui villa Direktur Yan ini. Menurut analisa kalian, kamar utama seharusnya di ruangan mana?"
Saat Huang Jielin mengajukan pertanyaan ini, aku paham maksudnya menjebak kami berdua agar malu di hadapan Direktur Yan.
Menatap Pak Yan, dia juga tampak menunggu aku dan pria gemuk berbicara. Tampaknya dia tidak terlalu mempercayai kami berdua. Jika bukan karena rekomendasi wanita muda itu, mungkin rubah tua itu sama sekali tidak akan percaya. Jadi dia sengaja memanfaatkan konflik antara Huang Jielin dengan kami untuk membuktikan kemampuan kami, sesuatu yang sangat dia inginkan.
Benar-benar, pedagang-pedagang ini lebih licik dari monyet!
Prinsipnya, selama orang tidak mengganggu kita, kita tidak perlu melawan. Tapi karena Huang Jielin yang memulai, kita tidak boleh didzolimi bukan? Aku segera berdiri dan mulai mengamati villa ini dengan seksama.
Kulihat sebelum membangun villa ini, Pak Yan pasti meminta konsultan feng shui yang kompeten. Pintu masuk tidak langsung menghadap dapur/kamar mandi - ciri Rumah Rejeki. Ruang tamu di tengah rumah membawa keberuntungan besar. Banyak tanaman hijau di tepi dinding memperkuat energi rumah. Pintu tidak berhadapan langsung dengan jendela besar sehingga tidak bocor rejeki. Lampu sorot hangat di atap memperkuat keharmonisan keluarga. Tidak ada sudut tajam atau struktur yang menyerang. Dari semua aspek, tata letak feng shui villa ini sangat baik. Jika masih ada kejadian aneh di tempat dengan feng shui sebaik ini, hanya ada satu penjelasan:
Rumahnya tidak bermasalah, tapi penghuninya yang bermasalah!
“Bagaimana? Aku bilang, teman muda, kamu sudah bolak-balik mengelilingi rumah ini beberapa kali. Sudahkah kamu melihat di mana kamar utama keluarga Pak Yan? Kalau tidak tahu, katakan saja. Lagipula, aliran Mao Shan-mu memang tidak terlalu ahli dalam feng shui. Aku dan Pak Yan bisa memaklumi.” Huang Jielin bangkit dari sofa dan mendesakku.
Meski kata-katanya terkesan sopan, sesungguhnya dia sedang menyiramkan cap "penipu" ke aku dan si pria gemuk tanpa sisa!
