Saat bendera itu mendekati Cheng Jiangran, aku segera mengeluarkan Fu dari tas yang diberikan Master Qingfeng, berpikir jika bendera itu tidak bisa menghentikannya, maka akan menggunakan Fu ini untuk meminjam petir. Meskipun sebelumnya Master Qingfeng telah mengatakan padaku bahwa Fu ini tidak boleh digunakan sembarangan kecuali dalam situasi hidup-mati.
Namun sekarang sudah saatnya harus digunakan! Berapa pun harga yang harus dibayar, hari ini aku tidak akan membiarkan Cheng Jiangran melarikan diri lagi!
Saat aku melemparkan bendera yang memancarkan cahaya kuning redup itu ke dalam kabut darah di sekitar kepala Cheng Jiangran yang melayang, tiba-tiba kedua matanya memancarkan sinar tajam. Bibirnya meregang menunjukkan senyum jahat, lalu kepalanya mulai berputar cepat lagi. Kabut darah di sekitarnya semakin pekat dan tebal.
Pada saat itu, cahaya kuning suram pada bendera di dalam kabut darah mulai memudar perlahan hingga menghilang. Bendera itu pun hancur menjadi debu halus bersamaan dengan lenyapnya cahaya...
"Goblog, sehebat ini!!" Hatiku berdebar kencang melihat pemandangan ini. Bendera-bendera ini semua hadiah dari Master Gui, mengandung energi Yang bawaan belum lagi mantra Lima Unsur yang kuterapkan. Tapi Cheng Jiangran dengan mudah menghancurkannya!
Melihat ini, aku tahu harus mengeluarkan jurus pamungkas. Segera kugigit jari hingga berdarah, lalu mengoleskannya di bagian atas Fu. Dengan darah Yang sebagai panduan, Tao Yin-Yang sebagai inti, kuundang petir langit untuk membasmi kejahatan.
Sebenarnya saat Master Qingfeng menggunakan Fu Pinjam Petir sebelumnya, itu bukan benar-benar meminjam petir surgawi. Beliau menggunakan energi Yang-nya sendiri untuk membuka Xiao Lei dalam Fu Pinjam Petir guna menghadapi Hanba yang belum terbentuk sempurna. Tapi Cheng Jiangran di seberang jelas bukan musuh yang bisa dibasmi oleh Xiao Lei. Karena itu, sekarang aku harus meminjam kekuatan Petir Surgawi.
Awalnya aku berniat menggunakan "Lóng Hŭ Qī Shè Yìn", namun setelah mempertimbangkan ketidakstabilan jurus itu dan risiko yang menyertainya, akhirnya kupilih Fu Pinjam Petir yang memiliki efek samping namun lebih aman.
“Langit dan bumi Xuanzong, akar segala Qi, berlatih ribuan malapetaka, guntur tunduk pada perintah, makhluk gaib lupa wujud, dewa petir sembunyikan nama...” Aku memanfaatkan waktu sebelum Cheng Jiangran menerjang, membentuk jurus petir dengan satu tangan sambil melantunkan mantra peminjaman petir dengan cepat.
Cheng Jiangran yang mendengar mantra yang terus kukutipkan langsung berubah wajahnya pucat ketakutan, menatapku dengan ekspresi terkejut: "Meminjam... Petir Surgawi!? Kau merusak umur Yang dan tingkat kultivasimu yang dilatih susah payah!!" Teriak Cheng Jiangran sambil kepala terpisahnya menatapku tanpa berkedip, kedua matanya dipenuhi ketakutan dan kegentaran.
"Donghui bersilang, Lima Qi menggeliat!" Aku berteriak keras. Kertas jimat seketika memancarkan sinar kuning. Di langit yang gelap, awan hitam melayang menutupi cahaya bulan. Sekitar semakin suram. Menggenggam Fu Pinjam Petir, kutatap dingin Cheng Jiangran: "Meski harus mengurangi Umur Yang dan tingkat kultivasi, bahkan nyawaku sekalipun, hari ini kubalas dendam untuk Kakek-Nenek!! Segera tunduk seperti..."
“Tunggu!! Asal kau tidak membunuhku, aku akan beri tahu siapa dalang di balik perintah pembunuhan Kakek-Nenekmu!!” Saat Cheng Jiangran melihatku bersiap mengaktifkan Fu Pemanggil Petir, dia buru-buru memotong pembicaraanku.
Mendengar perkataan Cheng Jiangran, aku segera menelan dua kata terakhir yang belum sempat kuucapkan. Menatapnya aku bertanya: “Siapa sebenarnya?!!”
“Kau harus jamin akan melepaskanku setelah aku memberi tahu.” Cheng Jiangran menatapku.
“Baik! Aku janji!” Tanpa pikir panjang kusetujui. Sebenarnya dalam hati sudah kuputuskan, meski Cheng Jiangran memberi informasi hari ini, takkan kulepaskan dia. Untuk sampah masyarakat seperti ini, buat apa menepati janji?
“Bagus, kuharap kau menepati janji. Sebenarnya dalang di balik pembunuhan Kakek dan Nenekmu adalah...” Di tengah kalimat, matanya berkilat licik, senyum kemenangan mengembang di sudut bibirnya.
Melihat ini, dadaku sesak. Dalam hati berteriak: Tidak baik! Tiba-tiba bau busuk menyengat datang dari belakang. Dasar paman sialan, terkecoh! Tanpa sempat berpikir, aku melompat ke depan.
Tepat di detik itu, tubuh tanpa kepala Cheng Jiangran yang berada di depanku tiba-tiba menerjang.
Dalam situasi genting terjepit depan-belakang ini, tak ada lagi ruang untuk menghindar. Kutekan gigi: Dasar, bertarung habis-habisan!!
"Jíjí rú lǜ lìng!!" Aku berteriak kencang, lalu melemparkan Fu Pinjam Petir ke arah tubuh tanpa kepala Cheng Jiangran di depanku. Kertas jimat itu langsung melesat dan menempel erat di dada tubuh tak berkepala itu, disusul gemuruh dahsyat dari langit di atas kepalaku.
Tiba-tiba cahaya putih menyilaukan menghujam dari langit, menyebabkanku tak bisa membuka mata. "KRAK!!!" Suara ledakan menggelegar di telinga membuat kupingku berdenging tak henti, kepala serasa dipenuhi bintang-bintang.
Saat hendak membuka mata, rasa sakit tajam seperti cakaran cakar hitam mumi kering sebelumnya menghantam punggungku. Aku melompat ke depan sambil menahan sakit, membalikkan badan dan melihat satu mumi tambahan sedang mengayunkan cakar berdarahnya untuk menerjangku lagi!
"Dasar nenek! Aku akan menghancurkammu hari ini!!" Mataku memerah marah. Dari tas ransel kuambil Fu Enam Jia Pengusir Roh Jahat, lalu nekat menerjang mumi itu.
Mendekati mumi, tangan kiri ku pukul dan kunci lengan keriputnya, menariknya kuat-kuat. Tangan kanan ku tempelkan Fu Enam Jia ke dadanya dengan mantap.
"Tepat saat kuku hitam panjang mumi itu hampir menyentuh wajahku, Fu Enam Ding Enam Jia segera kutempelkan di dadanya. Seketika seluruh tubuh mumi itu gemetar, mengeluarkan asap putih bergumpal-gumpal sebelum roboh ke tanah.
Aku menghela napas lega. Untung tubuh mumi ini pendek dan lengannya pendek, kalau tidak wajahku pasti sudah rusak parah tadi!
Saat aku baru saja ingin menoleh, tiba-tiba muncul firasat buruk yang sangat kuat. Cepat-cepat kulihat ke belakang. Dalam pandanganku, selain mayat tanpa kepala yang sudah menghitam tersambar petir, kepala Cheng Jiangran kini menghilang bagai embun di terik matahari, lenyap dalam sekejap...
Meski kepala Cheng Jiangran menghilang, dia pasti belum kabur. Masih kulihat energi kejahatan Yin bergumpal di sekeliling. Intuisiku terus mengatakan, di tempat tak terlihat, ada sepasang mata yang mengawasi ketat setiap gerak-gerikku.
"Cheng Jiangran kau keparat sialan! Beraninya keluar hadapi kakek ini!!" Teriakku memecah kesunyian. Namun baru saja teriakan itu keluar, kepalaku langsung pusing, seluruh tubuh lemas tak bertenaga, hampir saja terjatuh di tempat.
"Sial! Mungkin racun mayat dalam tubuhku sebelumnya mulai bereaksi, kuku-kuku mumi itu memang tidak bersih!" Begitu pikirku, aku segera menunduk dan melihat ke bahu kiriku yang terluka. Beberapa luka bekas cakaran mumi itu mulai mengeluarkan cairan kental berwarna kuning...
Benar saja, racun mayatnya mulai bekerja sekarang!
Tak ada waktu untuk terus berurusan dengan si keparat itu. Aku harus segera menemukannya... Persis saat pikiran itu melintas, kepalaku pusing, kakiku lunglai, tubuhku terjatuh ke tanah.
Tiba-tiba, sebuah lengan tak jelas asalnya menyambut jatuhku, lalu segera menyodorkan sehelai daun herbal berwarna hijau pucat.
"San Ge, cepat makan ini."
Suara Bai Ruotong!
Mendengar suaranya, aku segera mengambil ramuan herbal itu dan langsung menelannya. Aroma obat yang segar segera menyebar dari tenggorokan ke seluruh tubuh, hingga mencapai dantian.
Seketika energiku pulih. Pusing dan lemas yang sebelumnya langsung lenyap...
Baru sekarang aku menoleh ke Bai Ruotong yang masih memelukku, bertanya heran: "Bai Ruotong, kenapa kamu tiba-tiba datang? Kamu tahu aku di sini?"
“Karena kamu memakan……” Bai Ruotong tiba-tiba berhenti di tengah kalimat. Hidung mungilnya mengendus-endus udara sekeliling, lalu wajahnya berubah pucat. Dengan kedua tangannya, dia mendorongku keras di dada!
