“Goblog, hebat sekali!!” Pria gemuk tak tahan menyela.
Master Qingfeng meliriknya: “Ini sudah hebat? Sebenarnya kriteria murid Gan Shijiang sangat ketat, bahkan lebih ketat dari Aliran Longhu kami.”
“Seperti apa ketatnya?” tanyaku.
“Jika seseorang ingin menjadi Gan Shijiang (pengendali mayat), ia harus memenuhi tiga syarat: berani, fisik kuat, dan berwajah buruk. Pakaian Gan Shijiang juga memiliki aturan khusus. Tidak peduli musim atau cuaca, mereka harus memakai sandal jerami, jubah panjang kain biru, ikat pinggang hitam di pinggang, topi kain biru di kepala, serta membawa paket Fu penangkal roh jahat di sabuk pinggang.” Master Qingfeng menatapku dan si pria gemuk sambil menjelaskan, sepertinya hari ini ia sangat bersemangat berbagi cerita. Setelah selesai, ia melanjutkan, "Dalam praktik pengendalian mayat, terdapat banyak pantangan termasuk konsep 'Tiga Yang Boleh Dikendalikan' dan 'Tiga Yang Tak Boleh Dikendalikan'."
“Apa saja tiga yang boleh dan tidak boleh itu?” si pria gemuk bertanya penuh antusias.
“Yang disebut 'Tiga Boleh' adalah: mayat yang dipenggal kepalanya lalu dijahit kembali, yang dihukum gantung, dan yang tewas dalam sangkar hukuman. Sedangkan 'Tiga Tak Boleh' meliputi: yang mati sakit, bunuh diri dengan gantung diri atau melompat ke sungai, serta mayat yang cacat akibat sambaran petir atau kebakaran.” Master Qingfeng memandang kami sambil menerangkan.
“Ada aturan seperti itu? Mengapa harus begitu?” tanya si pria gemuk penasaran.
“Kalau aku tahu jawabannya, aku sudah jadi pengendali mayat. Jadi para Gan Shijiang yang menerima pekerjaan tanpa menanyakan penyebab kematian mayat, pasti palsu.” Master Qingfeng mengakhiri ucapannya dengan memasukkan puntung rokok ke asbak di meja.
“Cukup, hari sudah larut. Kalian segera istirahat. Besok pagi kita berlima akan berangkat ke Xiangxi.” Ucap Master Qingfeng sambil kembali mengangkat buku di meja dan mulai membacanya.
“Lima orang? Lalu siapa dua orang lainnya?” tanyaku.
“Zhao Man dan Shibomu.” Master Qingfeng mengangkat kelopak matanya sambil berkata padaku.
“Shibo? Apakah Master Lu juga ikut kita?!” Aku sama sekali tidak mengerti mengapa Master Qingfeng ingin membawa Master Lu ikut petualangan ini. Sekarang dia bukan Master Lu yang dulu lagi, sejujurnya dia hanya gadis kecil berusia 13-14 tahun.
“Hun ketiga Shibomu masih belum ditemukan oleh Aliran Longhu sampai sekarang. Selain diriku sendiri, aku tidak bisa benar-benar tenang menitipkannya di mana pun atau kepada siapa pun. Selain itu, membawanya ke Desa Sanli di Yuanling, Xiangxi kali ini juga punya maksud lain.” Master Qingfeng menatapku.
“Oh, paham. Kalau begitu aku dan pria gemuk ini pulang dulu. Oh ya Shifu, buku... bukumu terbalik...” Setelah berkata demikian, aku segera lari keluar bersama si pria gemuk.
“Shixiong, bukannya kamu masih harus latihan? Aku akan memarkir mobil di halaman dulu lalu merebus air. Kamu latihan saja.” Kata si pria gemuk.
“Oke, makasih.” Aku mengangguk lalu berlari ke gerbang kuil Tao untuk mulai lari jarak jauh hari ini.
Setelah menyelesaikan lari 20 kilometer dan kembali ke kuil, aku langsung melanjutkan latihan squat berdiri, push-up, dan sit-up di halaman. Huzi juga ikut meramaikan suasana dengan mengibas-ngibaskan ekor sambil berputar dan menjulurkan lidah di sekitarku.
Setelah semua selesai, pria gemuk itu sudah memanaskan air dan mandi. Giliranku tiba. Setelah aku selesai mandi, dia sudah kembali ke kamar dan tertidur. Ketika aku masuk, suara dengkurannya terus bergema di dalam ruangan...
Dengan pasrah, aku menghela nafas lalu berbaring. Kusetel alarm di ponsel, lalu perlahan tertidur diiringi dengkuran pria gemuk itu.
Pagi hari berikutnya, kami berdua terbangun oleh alarm ponselku. Setelah berpakaian dan membersihkan diri, kulihat ke arah kamar Master Qingfeng. Ruangannya masih sepi - apakah dia belum bangun?
Persis saat pikiran itu melintas, Master Qingfeng membuka pintu sambil menguap lebar. Biasanya dia bangun lebih pagi dari kami. Kurasa hanya ada satu alasan keterlambatannya hari ini: pasti semalam dia begadang.
"Shifu, sudah bangun?" Sambutku ketika melihat Master Qingfeng keluar.
Master Qingfeng mengangguk padaku, lalu berjalan menuju pintu utama Kuil Tao dan membukanya.
Di saat yang sama, Lu Yu tiba-tiba muncul dari kamarnya dengan mata mengantuk. Dia mengusap-usap matanya sambil mendekatiku: "Kakak, tolong cuci muka aku."
"Bruk!" Jantungku berdebar kencang mendengar permintaan ini. Aku mencuci muka Shiboku sendiri?! Ini bukan lelucon antariksa?!
Baru sekarang aku menyadari, usia psikologis Master Lu ini pasti bukan remaja belasan tahun. Mungkin lebih muda lagi - mana ada anak belasan tahun yang tidak bisa mencuci muka sendiri?
Aku menengadah memandang Master Qingfeng, ia berpura-pura tak peduli sambil meregangkan tubuh menuju halaman belakang, bersenandung lagu opera Beijing:
"Ekspresinya tak Yin maupun Yang, main apa gerakan licik ini, mereka marga Jenderal atau Wong? Aku harus tanya tak langsung padanya, awasi gerak-geriknya dengan cermat~..."
"Lu Zhen... bukan, Lu Yu, tidak bisakah kamu cuci muka sendiri? Tanganku penuh kapalan..." Aku bertanya pada Lu Yu dengan ragu.
"Tidak, aku mau Kakak yang cuikan untukku." Lu Yu berdiri di sampingku sambil menyembulkan bibir dengan ekspresi marah.
Pria gemuk juga pada saat ini, dengan sedikit nyengir berkata padaku: "Shixiong, aku... aku mau bikin sarapan dulu, kamu lanjutin, lanjutin..." Setelah berkata, dia langsung kabur terbang.
Melihat bayangan pria gemuk yang lari menjauh, aku menunduk memandang Lu Yu yang masih memandangku dengan penuh harap, di hati sama sekali tak tahu harus bagaimana.
"Hei, Shisan, di mana shifu-mu?" Tepat saat itu, suara langkah kaki disertai suara Zhao Man dari arah pintu Kuil Tao masuk ke pendengaranku.
Begitu mendengar suara Zhao Man, seolah meraih sebatang jerami penyelamat nyawa, segera kutunggingkan jari ke arah Zhao Man sambil berkata pada Lu Yu: "Lu Yu, biar kakak perempuan itu cuci muka kamu ya?"
Lu Yu mengikuti arah jari saya melihat ke arah Zhao Man, lalu mengangguk perlahan. Melihat anggukan Lu Yu, akhirnya saya bisa lega. Saya segera berjalan mendekati Zhao Man dan berkata, "Kakak Zhao, tadi kamu juga dengar, tolong bantu aku dong?"
Zhao Man justru lebih kooperatif dari yang saya duga. Tanpa banyak bicara, dia mengangguk lalu berjalan menghampiri Lu Yu. Sambil membujuknya, dia membantu mencuci muka Lu Yu. Benar juga, wanita lebih berbakat dalam menenangkan anak dibanding kami para pria...
Setelah selesai bersih-bersih, Master Qingfeng juga keluar dari halaman belakang. Melihat Zhao Man, dia segera menyapa dan mulai berbisik-bisik dengannya.
Sementara saya pergi ke dapur untuk membantu si pria gemuk menyiapkan makanan.
Setelah sarapan selesai, kami semua kembali ke kamar masing-masing untuk mempersiapkan barang bawaan. Pakaian, kertas jimat penangkal energi jahat, tinta, serta sinabar semuanya sudah siap. Kami berlima pun berencana segera berangkat menuju Kabupaten Yuanling, Xiangxi.
Saat hendak berangkat, saya memberi makan Huzi sampai kenyang dulu. Dengan sedikit khawatir, saya bertanya pada Master Qingfeng, "Shifu, kalau kita pergi, apa ada yang akan memberi makan Huzi nanti?"
Master Qingfeng memberikan tatapan meyakinkan, lalu berkata, "Tenang saja, sudah saya atur. Pasti ada yang memberinya makan, tidak akan kelaparan!"
Setelah mendengar perkataan Master Qingfeng, hatiku sedikit tenang. Dengan jaringan kenalannya, mencari seseorang untuk memberi makan Huzi setiap hari bukanlah hal sulit. Setelah memikirkannya, aku pun melepaskan kekhawatiran. Menggendong tas ransel, aku mengikuti mereka keluar dari gerbang kuil Tao menuju mobil yang diparkir di jalan kecil depan kuil.
Setelah naik mobil, sebelum Zhao Man menyalakan mesin, aku berkata: "Kak Zhao, tolong kendarai pelan-pelan kali ini. Shifu tua ini punya penyakit jantung, hipertensi, hiperlipidemia, diabetes. Hati-hati, jangan sampai langsung mengantarnya pulang ke kampung halaman..."
"Dasar anak nakal! Rupanya kulitmu gatal lagi?!!" Master Qingfeng marah dan menampar kepalaku sambil menoleh.
Aku menghindar dengan gesit. Zhao Man hanya tersenyum tipis tanpa bicara, lalu menjalankan mobil membawa kami menuju jalan raya.
Meski kecepatannya tidak terlalu tinggi, mobil ini jelas tidak lambat. Tak lama kemudian kami telah meninggalkan Beijiu Shui, melewati beberapa jalan kecil menuju tol, langsung menuju Xiangxi, Hunan!
Xiangxi adalah Prefektur Otonomi Etnis Tujia dan Miao. Banyak situs wisata bersejarah di sini seperti Kota Kuno Fenghuang, Kota Kuno Liye, dan lainnya...
Di dalam mobil, kulihat mobil-mobil lain terus disalip. Hatiku terus berdoa: Semoga tidak ada lagi musibah dalam perjalanan ke Xiangxi ini. Sungguh kuharap kami bisa menemukan Fenghuang Dan yang dibutuhkan untuk menghidupkan kembali An Rushuang di sekitar Tanah Pemeliharaan Mayat.
